All Chapters of White Love: Chapter 71 - Chapter 80
89 Chapters
Pertemuan Tak Terduga
Mentari memeluk erat gadis kecil itu. Wanita muda itu terlihat lebih segar dan terawat. Mereka pindah ke sebuah kota kecil, jauh dari hiruk pikuk keramaian.  Mentari telah berhasil menjalani hidup barunya bersama Emak dan anaknya. Uang hasil penjualan rumah dan hasil dari uang kontrakan cukup untuk hidup layak ketiganya.  "Bulan jangan main jauh-jauh, ya!" pinta Mentari kepada sang anak.  "Iya, Bunda," sahut gadis kecil itu lembut.  Hari itu, Bulan meminta sang Bunda untuk menemaninya bermain di taman. Biasanya sang Nenek yang menemani Bulan bermain karena Mentari sibuk mengelola sebuah kafe miliknya.  Setiap detik kebersamaan bersama Bulan terasa sangat berharga bagi Mentari.Mereka tampak asyik bermain saat tiba-tiba seorang pria datang menghampiri.  "Tari!" Mentari pun menoleh dan tersenyum lebar saat melih
Read more
Masa lalu
Mentari sudah pergi ke cafe di pagi buta. Di saat sang anak masih tertidur lelap, dibuai oleh indahnya mimpi. Mentari harus bekerja dua kali lebih giat agar cita-citanya menjadikan Bulan sebagai seorang dokter dapat tercapai.  Hari-hari Mentari hanya dilewatkan dengan bekerja dan bekerja. Seolah tidak ada tempat lain di hatinya selain bekerja. Wanita itu sudah begitu terluka. Goresan luka yang ditinggalkan oleh sang mantan suami begitu dalam, hingga membuatnya takut untuk membuka hati kembali.  Namun, ia bersyukur karena masih memiliki Bulan, penyemangat hidupnya. Juga emak sebagai sandaran hidup yang selalu membuatnya kuat menghadapi kejamnya dunia.  Hari itu, Bulan akan pergi ke sekolah diantar oleh Emak. Gadis kecil itu sudah belajar di sekolah pendidikan usia dini. Bulan Kerap kali, meminta sang Bunda untuk mengantarnya ke sekolah. Namun, karena pekerjaan yang tidak memungkinkan. Akhirnya bulan harus p
Read more
Pertemuan
Mentari mundur beberapa langkah saat melihat mantan mertuanya bersujud di kakimu ia menjadi lebih risih melihat sikap dari Mantanmu tuannya itu ibu mohon tadi Tolong temui tangga kali aja wanita paruh baya Itu tampak meneteskan air mata arti Mentari sedikit lagi ia mulai merasakan iba dan tergerak untuk menolong sang mantan suami Baiklah Bu aku akan coba temui Tangga Satu Kali Saja Akhirnya Mentari luluh dan menyanggupi untuk bertemu dengan mantan suaminya. Emak hanya bisa mendukung setiap keputusan sang putri. Sedangkan si kecil Bulan masih tampak bingung melihat adegan bak drama dalam serial televisi. Anak kecil itu tidak mengerti dengan yang terjadi di depannya.  "Mereka siapa, Bun?" tanya Bulan polos.  "Kami kakek dan nenek kamu," sela Babeh saat Kirana baru saja hendak membuka mulut.  Lelaki paruh baya itu sepertinya s
Read more
Tolong atau Abaikan?
Mentari melangkah perlahan mendekati sosok yang menyedihkan bau anyir bercampur busuk semakin tersenyum saat mendekat ke arahnya nikah sudah berapa bulan Lia yang sedang termenung itu tidak membersihkan diri di belakang sana akunya terdengar terisak menahan tangis melihat keadaan Putra kesayangannya "Rangga! Kenapa jadi seperti ini?" lirih mentari dengan tatapan nanar.  Pria yang sudah hilang akal itu bergeming. Ia masih asik dengan dunianya sendiri. Mentari perlahan mendekat ke arah Rangga. Bau anyir yang semakin menusuk tidak dihiraukan lagi, perasaan iba mulai menyelimuti dirinya.  Lelaki gagah dan rupawan yang dahulu meluluhkan hati. Kini, tidak ubahnya seperti orang yang tidak waras yang menyedihkan dan membuat semua orang yang melihat merasa jijik akan dirinya.  "Rangga, tolong jawab, aku!" pekik Mentari tertahan.  Setelah beberapa saat, tiba-tiba lelaki
Read more
Ingatan Masa Lalu
Di dalam ingatan Rangga. Dirinya tidak pernah bercerai dengan Mentari. Hari beranjak senja, Bulan masih asyik bermain bersama sang Ayah. Sedangkan Mentari sudah nampak gelisah. Wanita muda itu menoleh ke arah jam beberapa kali. Kemudian menghampiri Bulan.  "Bulan, ayo kita pulang!" ajak Mentari kepada sang anak, lembut.  "Pulang? Pulang ke mana? Bukankah ini rumah kalian. Ada apa ini Tari? Apa selama ini kita hidup terpisah?" cecar Rangga dengan mata memerah.   "Akhh!" Lelaki yang baru menemukan kebahagiaan itu berteriak histeris. Membuat Bulan dan Mentari ketakutan.  Tiba-tiba Nyak datang menghampiri dan mengajak Mentari dan Bulan untuk ke ruangan lain.  "Ibu mohon, menginaplah malam ini, tunggu sampai Rangga sedikit stabil dan siap menerima kenyataan." Wanita paruh baya itu kembali memohon. Mentari
Read more
Pertemuan
Rangga berjalan perlahan ke dalam rumah Mentari yang disambut hangat oleh Emak yang baru keluar dari dalam rumah.  Malam sebelumnya, Mentari telah menghubungi dan memberitahu Emak tentang keadaan Rangga dan beliau pun bersedia untuk turut membantu memulihkan ingatan Rangga.  "Assalamu'alaikum," sapa Rangga seraya mencium punggung tangan wanita paruh baya itu, takzim.  "Waalaikumsalam," sahut Emak dengan tersenyum tipis.  Mereka pun masuk ke dalam rumah duduk di sebuah kursi sederhana di ruang tamu. Sementara Bulan segera kembali ke kamar.  Rangga menatap ke sekeliling, melihat semua benda yang tergantung di atas dinding dan yang berada di setiap pojok rumah. Lelaki itu mengernyitkan dahi karena tidak nampak fotonya bersama mentari satu pun di rumah itu.  Emak kembali ke ruang tamu dan menyediakan minuman hangat dan beberapa kue u
Read more
Cinta Lama Bersemi kembali
Rangga tampak kaget melihat sosok wanita yang memanggil namanya.  "Kamu lupa ya? Saya Anggi-asisten koki kamu yang dulu," ujarnya dengan tersenyum tipis.  "Ini Mbak Mentari, ya? Cantik sekali, dulu Rangga sering cerita tentang Mbak. Aduh maaf ya, anak saya emang suka bandel," imbuh wanita muda itu seraya menggendong sang anak.  Pantaslah jika menteri tidak mengenali wanita tersebut, karena wanita itu hadir saat Mentari tidak lagi bekerja di resto yang sama dengan Rangga.  "Saya pamit dulu, suami udah nunggu di depan," ucapnya, kemudian berlari pergi meninggalkan keluarga kecil yang masih tampak bingung.  Mentari sempat kaget dan khawatir saat wanita yang hampir mirip dengan Dina itu mendekat ke arahnya. Bayangan Dina masih sangat melukai hatinya.  "Ayo kita pulang saja!" ajak Rangga sambil menggendong sang anak yang masih meringi
Read more
Cinta Lama bersemi kembali 2
Mentari mengambil kotak itu perlahan, kemudian membawanya ke dalam rumah.  "kotak apa, Tar?" tanya Emak penasaran.  Mentari hanya menggeleng dengan tatapan mata masih terfokus ke arah kotak tersebut. Tidak ada nama pengirim atau pun tulisan lainnya. Kotak itu polos dan hanya terbungkus oleh sebuah kertas polos berwarna coklat.  "Bukalah," pinta Emak tampak semakin penasaran.  Tangan Mentari bergetar saat mencoba untuk membuka kotak itu. Ia seperti sudah merasakan sesuatu yang tidak enak, yang berada di dalamnya. Saat kotak terbuka, benar saja Mentari sontak kaget netranya menatap tajam ke dalam. Sebuah foto pernikahan dirinya dengan Rangga yang dilumuri oleh cairan merah seperti darah.  Mentari hampir memekik histeris. Namun, ia segera menutup mulutnya agar tidak menimbulkan keributan dan tidak membuat seisi rumah panik.  Emak ya
Read more
Teror foto
Mentari mengambil kotak itu perlahan, kemudian membawanya ke dalam rumah.  "kotak apa, Tar?" tanya Emak penasaran.  Mentari hanya menggeleng dengan tatapan mata masih terfokus ke arah kotak tersebut. Tidak ada nama pengirim atau pun tulisan lainnya. Kotak itu polos dan hanya terbungkus oleh sebuah kertas polos berwarna coklat.  "Bukalah," pinta Emak tampak semakin penasaran.  Tangan Mentari bergetar saat mencoba untuk membuka kotak itu. Ia seperti sudah merasakan sesuatu yang tidak enak, yang berada di dalamnya. Saat kotak terbuka, benar saja Mentari sontak kaget netranya menatap tajam ke dalam. Sebuah foto pernikahan dirinya dengan Rangga yang dilumuri oleh cairan merah seperti darah.  Mentari hampir memekik histeris. Namun, ia segera menutup mulutnya agar tidak menimbulkan keributan dan tidak membuat seisi rumah panik.  Emak ya
Read more
Mengungkap Sang Peneror
Rangga berusaha untuk mencari informasi mengenai peneror yang telah mengganggu dan mengusik hidupnya bersama Mentari. Ia meminta bantuan beberapa teman ahli dan juga salah satu polisi yang ia kenal.  Pagi-pagi sekali Rangga sudah pergi dari rumah menuju seorang Detektif kenalannya untuk mengungkap identitas sang peneror. Ia menyerahkan beberapa bukti dan nomor telepon yang meneror Mentari.  Butuh beberapa waktu bagi sang detektif untuk mengungkap pemilik nomor telepon tersebut. Akhirnya, Rangga pun pergi untuk menemui Mentari di cafe milik kekasihnya itu.  ***Seminggu sudah setelah kejadian teror foto berlumuran darah itu. Mentari sudah lebih tenang dan tidak terlalu ketakutan seperti kemarin. Wanita muda itu sudah mulai beraktifitas seperti biasanya. Bekerja ke cafe dan terkadang mengantar Bulan ke sekolah.  Pagi itu, Cafe sudah ramai oleh pengunjung. Seperti biasa, Menta
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status