All Chapters of White Love: Chapter 31 - Chapter 40
89 Chapters
Dilema
Aku termangu seorang diri di depan pintu jendela. Ditemani rintik hujan yang tidak kunjung berhenti sejak pagi tadi. Netraku melirik layar gawai beberapa kali. Tidak satu pesan pun datang dari Zidan.Senja beranjak malam, sudut mataku tetiba mengeluarkan bening hangat yang membasahi pipi. Entah perasaan apa ini?antara takut dan bahagia.Masa penantian akan segera berakhir. Cinta telah berlabuh di satu dermaga dan siap berlayar mengarungi samudera. Untuk kesekian kalinya, aku memantapkan hati hanya untuk satu nama.Namun, sudah tiga hari sejak ia menyatakan keseriusannya untuk menikahiku. Lelaki itu tidak memberi kabar sama sekali. Hati mulai gelisah dan takut, apa kejadian lima tahun silam akan terulang kembali?Membayangkannya pun sudah membuat hati ini sakit. Rasa takut mulai menyergap dan mengotori sanubari. Aku tidak akan sanggup jika harus membuat keluarga malu untuk kedua kalinya.Cukuplah satu kali saja, diri ini gagal melangkah ke pelaminan
Read more
Sakinah Bersamamu
Mentari pagi membelai hangat tubuhku. Sepertinya Ibu yang membukakan jendela kamar selepas subuh tadi. Aku beranjak dari tempat tidur, duduk tepat di depan jendela. Menghirup udara yang masih sangat segar, tanpa polusi. Nikmat mana lagi yang kami dustakan, Ya-Rabb.Semua tersedia geratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun. Akan tetapi, hamba terkadang, masih kufur akan nikmatmu.Suara pesan whattshap di gawai mengalihkan pandanganku. Aku bergegas menggapai gawai yang terletak di nakas tidak jauh dari jendela kamar.Aku menarik nafas panjang dan mengembuskannya perlahan. Berharap pesan dari Zidan yang berada di layar gawai."Huff, ternyata dari Salma."Aku mendengkus kesal, kemudian membuka pesan itu perlahan. Salma mengirim sebuah gambar."Asstagfirullah ...."Jantung ini serasa terhenti saat ini juga. Sesak hingga sulit untuk bernafas. Gambar berisi foto Zidan yang tengah memegang tangan Naura. 
Read more
Madu Pilihan Mertua
Mentari dan Rangga awalnya baik-baik saja setelah menginjak usia Perkawinan ke dua tahun. Mentari belum juga terlihat tanda-tanda akan hamil. Sang mertua yang sangat mendambakan seorang cucu mulai memaksa dan menekan pasangan suami istri itu. Akhirnya Rangga terpaksa menuruti perintah sang ibunda untuk menikah lagi dengan wanita pilihan ibunya. Bagaimana nasib Mentari setelahnya? Apakah ia akan mundur atau tetap bersama sang suami? Bab 1 Acara pentas seni yang di adakan Sanggar seni Pitaloka ramai pengunjung, tidak seperti biasanya yang hanya di datangi beberapa orang.    Mentari tampil menawan melakonkan Putri Dayang Sumbi. Sangat serasi dengan penampilan Rangga sebagai Sangkuriang. Para penonton terpaku oleh kepiawaian akting keduanya. Terasa nyata dan penuh penghayatan.    Acara pun ditutup dengan sorak sorai dan tepuk tangan penonton. Selang beberapa menit, sang aktris pun turun dan berbaur bersama pemain lain s
Read more
Mandi kembang
Rangga berjalan santai menuju meja Mira. Lelaki berpostur tegap itu sudah memikirkan sesuatu untuk membalas teman lamanya itu. "Mira ya? Kayaknya udah lama banget nggak ketemu sampe pangling, aye," ucap Rangga berpura-pura seolah baru melihatnya. "Iya, nih udah lama ya. Lu kerja di sini juga? Bareng Mentari?""Iya, udah lama kok. Tapi ... kamu kok berubah banget ya. Jaga badan kali, perawatan ke salon bareng Mentari biar kinclong ," ucap Rangga seraya mengulum senyum. Mira membulatkan bola matanya, wanita itu merasa semakin tidak nyaman. Raut muka semringah berubah murung seketika. Kemudian pergi ke meja kasir diikuti suami dan anaknya yang juga bertubuh subur. Entah kata apa yang cocok untuk menggambarkan hubungan keduanya. Mereka saling peduli dan nyaman saat bersama. "Ngapain lu, diapain si Mira ampe mendeliki gitu matanya pas liat gua," ucap Mentari yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Rangga. 
Read more
Surat Talak
Aku terbangun saat terdengar kumandang azan subuh. Kemudian segera mengambil air wudhu dan shalat di rumah.  Fadil masih terlelap di atas tempat tidur. Entah sampai kapan lelaki itu akan lari dari kewajibannya kepada Allah.  Di dalam sujudku, tidak hentinya diri ini mendoakan Mas Fadil agar kembali ke jalan dan agar rumah tangga ini kembali baik-baik saja.  Aku berusaha bersikap senormal mungkin dan melupakan kejadian semalam. Menyiapkan sarapan dan memasakkannya air panas untuk mandi.  Ayam jantan telah berkokok sedari subuh. Akan tetapi, lelaki itu masih lelap dalam buaian mimpi. Selang beberapa menit, akhirnya Fadil terbangun dan terlihat sedang mencari-cari sesuatu.  Lelaki itu menggapai gawai yang ada di atas nakas, kemudian melakukan sebuah panggilan vidio dengan seseorang.  Aku nengintipnya dari balik pintu, ia terlihat se
Read more
Turun Ranjang
  Siang pun berganti malam, tepat pukul dua belas malam. Emak dan Mentari telah siap dengan ritual mandi kembang.  Angin malam yang menerobos celah jendela mulai menusuk pori-pori kulit gadis yang hanya memakai selembar kain itu.  "Mak, emang harus pake air dingin ya? Aye udah kedinginan nih." "Belum juga mulai, udah dingin aja, lu." "Seriusan, Mak. Kalau nggak percaya, coba Emak aja yang mandi kembang." "Ogah, emang emak mau kawin lagi." "Kali aja." "Udah, ah. Udah waktunya nih." Emak melihat ke arah jam dinding yang ada di luar kamar mandi. Kemudian, menyiramkan air bercampur aneka warna bunga ke atas kepala Mentari. Tidak lupa, beberapa mantra turut dibacakan bersama guyuran air yang mengalir ke tubuh Mentari.  Mentari menggigil kedinginan, seluruh tubuhnya basah kuyup. Angin malam yang menerpa membut gadis lajang itu semakin menggigil hingga menimbulkan bunyi gemerutuk gigi ya
Read more
Galau
Perjodohan Rangga sedikit mengusik hati Mentari. Ada perasaan aneh yang gadis itu rasakan. Antara takut kehilangan sosok sahabat dan kehilangan sebuah perhatian kedepannya. Hari itu, Mentari tidak bersemangat dalam bekerja. Beberapa kali melakukan kesalahan, bahkan hampir menumpahkan pesanan pelanggan. "Ga, ada cewek nyariin lu di depan," ucap Rizal seraya menunjuk ke pintu utama. Rangga tampak mencari sosok yang dimaksud. Manik cokelatnya menatap lurus ke depan. Kemudian pergi ke arah depan. Selang beberapa menit, Rangga kembali bersama seorang gadis belia berambut panjang. Gadis berseragam putih abu-abu itu mengapit lengan Rangga dengan manja. Mereka mendekati Mentari yang tengah membersihkan meja. "Tari, kenalin, ini Dina-adik almarhum Dini," ucap lelaki berpostur tegap itu seraya menatap ke arah gadis cantik di sampingnya. "Mentari," ucap Mentari sembari mengulurkan tangan ke arah Dina.&nb
Read more
Cemburu
Pagi buta, Mentari sudah siap dan tampil cantik dengan seragam restonya. Gadis berlesung pipit itu melirik ke arah jam dinding beberapa kali. "Kenapa, Neng, Nunggu Rangga ya? Udah cantik amat jam segini," ucap Emak berusaha menggoda anaknya. "Ih, Emak, biasa aja," jawab Mentari ketus. Gadis itu mencoba menyembunyikan wajahnya yang mulai merona. "Eh, kalau dipikir-pikir. Lu sama Rangga kan udah sahabatan dari piyik. Kalian juga sama-sama jomlo. Udeh, jadian aja sama Rangga. Ntar Emak yang ngomong ke orang tuanya.""Jomlo dari mane?  Si Rangga tuh kemarin udah dijodohin sama Dina-adiknya almarhum Dini.""Telat dong, lu. Sabar aje, ye. Ntar Emak cariin jodoh yang baik buat lu.""Udah ah, pagi-pagi udah ngomongin jodoh. Aye kan jadi badmood."Mentari pun terdiam, menyadari bahwa Rangga akan segera ada yang memiliki. Itu artinya, ia harus mundur perlahan dan mengubur semua rasa yang terlanjur tumbuh di dalam hati.&nb
Read more
Pengakuan
Matahari bersinar cerah hari ini tidak terik juga tidak mendung. kediaman Rangga sudah terlihat ramai. Para tetamu memenuhi bagian dalam dan luar rumah Rangga. Dina terlihat cantik berbalut kebaya warna merah muda. Gadis muda itu duduk diapit oleh kedua orang tuanya.  Binar di matanya melukiskan kebahagiaan yang ada di dalam hatinya. Rangga pun  terlihat tampan dengan setelan jas warna hitam, senada dengan celana kain hitam. Mereka tampak cocok berdampingan, bagai Romeo dan Juliet. Namun, lelaki berparas tampan itu terlihat agak murung. Seolah ada yang mengusik hatinya. Ia melihat ke sekeliling seperti mencari-cari  seseorang. Para tetamu sudah mulai tidak sabar menunggu acara segera dimulai. Akan tetapi, belum sempat acara dimulai, Rangga meminta izin terlebih dahulu  untuk berbicara dengan Dina. Mereka pun pergi ke arah belakang memilih tempat yang agak sepi. Halaman belakang rumah dipilih Rangga
Read more
Kasmaran
Rangga masuk ke dalam kamar setelah menerima amukan dari kedua orang tuanya. Pria berhidung mancung Itu seolah tidak menghiraukan kata-kata pedas yang keluar dari mulut mereka. Rangga terlalu bahagia karena ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Di dalam benaknya saat ini hanya ada Mentari seorang. Malam itu Rangga tidak bisa tidur. Hatinya gelisah dan tidak sabar menunggu pagi. Ia berharap malam segera berlalu dan berganti siang agar ia bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Di tempat lain keadaan Mentari tidak jauh berbeda dari keadaan Rangga. Gadis berparas ayu itu pun gelisah sepanjang malam. Namun, ada sedikit yang mengganjal hatinya yaitu keadaan Dina. Apa yang terjadi kepada gadis muda itu?  Apa dia baik-baik saja? Mentari merasa sangat bersalah kepada Dina. Ia berharap,  Dina dapat mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan sudi memaafkan dirinya dan Rangga. ***Pagi itu,
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status