Semua Bab Bukan Istri Bayaran: Bab 21 - Bab 30
119 Bab
Tak terduga
POV: Mila. "Kamu pulang akhirnya."Bukan Mas Alister yang menungguku di rumah tapi wanita berambut pirang lurus ini. Dari nada suaranya tidak ada keramahan, yeah... dari awal juga dia memang tidak ramah padaku."Maaf Mbak, aku tadi pergi gak ngasih tahu." Ucapku. Kezia masih menatapku dengan tatapan yang tidak suka. Entah, aku melihat dia seperti jijik padaku."Sebaiknya kamu menjauh dari Alister, jalang sialan!"Aku terkejut mendengar ucapan kasar dan penuh kebencian yang keluar dari mulut Kezia. Ternyata pendidikan tidak menjamin perilaku orang. Mungkin Mas Alister sudah menceritakan tentang dia membeliku dari club malam. Aku hanya perempuan yang melakukan apa pun perintah Mas Alister agar bebas dari tempat maksiat itu."Mbak--""Aku ingat siapa kamu, Mila! Perempuan yang bersama kamu itu pelacur, bukan? Kamu sama teman kamu itu
Baca selengkapnya
Parfum vanila
 POV: Alister.Kehebohan yang diciptakan nenek tua dan Tante rambut pirang ini akhirnya berakhir di ruang tamu.Sejak tadi aku melipat tangan di depan dada, kami duduk berhadapan dengan ekpresi masing-masing. Nenek ini adalah ibu negara di keluarga kami. Dan wanita berpenampilan heboh itu adalah adik ayahku, sudah berkeluarga tapi masih bersembunyi dibawah ketiak ibunya.Aku tidak tahu darimana mereka bisa tahu tentang Mila, dan yang lebih mengejutkanku adalah keadaan menjadi tenang setelah aku mengatakan wanita kampung itu sudah kunikahi agar tidak terjadi pembunuhan di apartemenku. Aku hanya cukup menceraikan Mila dan mengembalikannya ke kampung."Wow... penampilan kamu bener-bener norak ya," komentar Nandia terkekeh melihat pakaian Mila dengan rok panjang dan kaus polos, rambut diikat kuda.Tante Nandia orang yang sangat fashionable dan sosialita
Baca selengkapnya
Serangga
 POV: Mila. "Ini kenapa kok ada bekas gigitan." Aku mengernyit melihat bercak kemerahan di leher. Aku mengangkat dagu dan mengamatinya di depan cermin. Ini biasanya ciptaan Mas Alister, tapi seingatku tadi malem dia tidak membangunkanku. Aku masih sadar sekali tadi pagi bangun dari sofa bukan dari atas ranjang."Mana mungkin Mas Alister kayak pencuri, diem-diem main sun-sun gitu aja. Pasti ini serangga." Heran rumah mewah seperti ini ada serangga. Aku membuka lemari mencari baju berleher, tapi sayangnya tidak ada. Yang kupunya hanya syal berwarna ungu.Aku sangat bersemangat karena ini hari pertamaku kuliah. Sebenarnya sudah masuk dua Minggu lalu, tapi entahlah aku diloloskan tidak mengikuti ospek anak baru begitu saja.Setelah mengenakan pakaian aku keluar dari kamar, menuruni tangga. Nafasku tersengal-sengal karena tenaga yang kuhabiskan dari lantai
Baca selengkapnya
Terjebak di hutan
Mila menutup bukunya dan memasukan ke tasnya, akhirnya matkul hari ini selesai. Wajahnya sembab karena menangis,  dia pun bingung apa yang dia tangisi. Keluarganya masuk penjara atau dia tidak ingin kehilangan suaminya."Hei, kamu gadis obat merah itu, kan?"Mila menoleh pada suara berat yang menghampirinya. Matanya menyipit mengingat-ingat apakah dia mengenal laki-laki ini."Astaga... Mas yang nolong aku waktu kecelakaan itu kan. Obat merahnya manjur, langsung kering luka aku lho." Mila bersuara riang. "Jadi dosen yang nerangin dari tadi itu Mas toh?"Fabian meringis mendengar Mila tidak mengenalnya dari awal. "Aku jadi kecewa, dari tadi aku liatin kamu. Tapi ternyata kamu gak inget ya sama aku." Dari pertama bertemu Fabian langsung memasukan wajah Mila dalam ingatannya. Pertemuan mereka sangat berkesan baginya."Maaf lhoo Mas, aku tadi gak fokus. ""Gak usah minta m
Baca selengkapnya
Tanpa Pengaman
POV: Alister. Di tengah usahaku menormalkan diri, dia malah memintaku untuk duduk di dekatnya. Aku mengamati Mila yang menggigit bibir bawahnya, anak itu pasti sedang gusar di bangku belakang.Tidak, tidak! Untuk kali ini aku tidak akan membiarkan gairah menguasai diriku. Dia bukan budak pemuasku, tapi kan dia istriku juga. Bukankah itu kewajibannya. Di luar perjanjian kami. Sial! Aku meruntuki diriku."Mas." suaranya bergetar. "Kamu ndak dingin?" DAku tidak berniat untuk merespon, tetapi Mila terus saja mengganggu dengan ekpresi kedinginan dan terlihat lelah. Dia berharap aku memberikan kehangatan padanya, tangan Mila menepuk bangku kosong di sampingnya. Aku menarik nafas sebelum berpindah ke sampingnya, Mila bergeser agar aku duduk lebih luas."Mila?" Aku memperhatikan wajahnya yang tersenyum tipis dengan tubuh yang menggigil--memandangnya dengan khawatir. "Kamu gakpapa?" Dia tidak men
Baca selengkapnya
Rival
Pagi-pagi sekali Nenek membuat dapur beserta pelayan-pelayannya sibuk mempersiapkan menu makanan sehat untuk kesuburan pasangan suami-istri itu supaya Mila cepat hamil. Subuh tadi Alister joging sebelum dia meeting jam sepuluh pagi nanti."Aduh Mbah aku ndak sanggup lagi minum jamunya, gelas besar lagi." Mila memasang wajah cemberut, sambil menatap gelas bekas jamunya."Tinggal dikit lagi Mila cepat habisin," paksa wanita ber-uban penuh itu. "Ini bagus untuk kesuburan kamu. Percuma saya suruh kamu lebih agresif di atas ranjang tapi gak hamil-hamil. Mulai sekarang kamu harus dapetin simpati Ali jangan cuma pinter melayani dia saja." Lagi-lagi Nenek mengajari Mila untuk memikat Alister. Bahkan gerakan-gerakan di atas kasur sebagian adalah koreografi Nandia yang diajarkan kepada Mila."Mana mungkin Mas Alister bisa nerima aku Mbah. Dia itu marah-marah aja sama aku."Nenek mengelus rambut pan
Baca selengkapnya
Rasa Perih
POV: Mila. Aku menguap berulang kali sedari tadi. Kelopak mataku terasa berat, jam dinding pukul satu malam. Sudah menjadi ritualku tiap malam menunggu Mas Alister pulang kerja. Aku menuruni tangga dari lantai tiga ke lantai satu. Lalu berjalan ke arah sofa berwarna putih di ruang tengah. Rumah sebesar ini kalau yang tinggal hanya sepasang saja pasti jadi seperti syuting film horor."Ali belum pulang?" suara itu dari Nenek, dia sangat menyayangiku dan berharap dalam perutku ada cicitnya. Aku tersenyum lalu dia menemaniku duduk di sofa empuk ini."Belum Mbah, mungkin dia lembur." Sahutku, Nenek mendesah."Kamu mau lihat orang tua Ali?" Aku mengangguk cepat. Nenek mengambil album dari lemari lalu membuka album lama dan menunjukkan foto-foto silsilah keluarga mereka. Dari kakek, ayah mertuaku, dan foto Alister yang terlihat gagah. Aduh gemesnya, kalau aku punya anak pasti setampan Alister."
Baca selengkapnya
Manusia biasa
 POV: Alister. "Gimana keadaan kamu?" Sebelum aku pulang selalu pertanyaan itu yang keluar. Keiza cedera karena aku, bukan hanya kakinya yang cedera tapi hatinya juga. Beberapa hari ini aku menemani Kezia di rumah sakit dan baru hari ini dia bisa pulang ke rumahnya. "Kamu mau apa aku bawain besok?" wajah Kezia lebih berekspresi daripada kemarin-kemarinnya."Kamu mau pulang? Masih inget kan janji kamu menceraikan Mila, kamu yang bilang gak cinta sama dia. Jadi jangan kelamaan mempertahankan pernikahan itu." Ujar Kezia, pertanyaanku belum dia jawab udah ngasih ultimatum aja.Padahal aku sudah menelpon Mila untuk menjemputnya, tapi Kezia sepertinya belum mau aku pulang. Oma bisa marah kalau begini. Kali ini aku tidak bisa mengecewakan Kezia, dia dan Mila sudah cukup menderita. Lalu bagaimana dengan aku? Aku mencari perasaanku pada Kezia yang mulai memudar. Aku yakin perasaan itu masih ada.&
Baca selengkapnya
Bisikan setan
POV: Mila. Mataku terbuka, merasakan pelukan Mas Alister begitu hangat. Dia belum tahu kalau yang sekarang dia peluk bukan hanya aku tapi juga anak dalam perutku. Seluruh pikiranku dan tubuhku menginginkan Mas Alister. Apakah sekarang aku boleh egois? Aku ingin Mas Alister bersamaku dan juga anak kami. Aku mengumpulkan keberanian untuk mengatakan padanya, dan aku pun harus mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan hal terburuk yang mungkin aku hadapi.Aku semakin membenamkan diriku ke dalam dadanya yang bidang, mencium aroma maskulin yang menyeruak dari tubuhnya. Meira selalu mengatakan kalau laki-laki yang datang ke club malam untuk mencari perempuan adalah laki-laki hidung belang yang mempunyai otak mesum. Aku mengangkat wajahku melihat matanya yang tertutup, wajahnya sangat menawan. Memang benar Mas Alister itu otak mesum tapi aku yakin dia bukan hidung belang.Aku lupa kapan mulai tinggal bersaman
Baca selengkapnya
Anakku
Pov: Mila. Banyak cara menuju Roma, mungkin istilah itu sama juga dengan maksudnya 'Banyak cara menggugurkan kandungan' Aku kira cuma ada di film-film seorang laki-laki meminta istrinya untuk gugurin anaknya. Waktu di club malam juga aku pernah mengantarkan teman Meira ke dukun beranak untuk menggugurkan anaknya. Ada juga yang namanya Leni, nyuruh aku beli jamu-jamuan dan ternyata itu untuk menggugurkan kandungan. Minum alkohol dengan berbotol-botol supaya keguguran.Yang paling membekas di ingatanku adalah saat aku membersihkan kamar mandi seorang wanita penghuni asrama tempat tinggal kami berteriak kesakitan dan dibawahnya bercucuran darah.Semenjak itu aku takut hal seperti itu terjadi padaku, merasakan sakit untuk menghilangkan anak dalam perut. Malangnya aku sekarang di posisi itu. Tapi yang membuatku hancur adalah karena aku sangat menginginkan anak ini. Dia baru 3 Minggu dalam perutku.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status