All Chapters of Kemelut Cinta Clara: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
Menolong Roy
Menolong Roy.Karena kondisi yang kurang sadar betul akibat banyak minum, Roy kehilangan kendali pada dirinya. Tidak bisa fokus saat mengendarai sepeda motornya hingga oleng dan menabrak trotoar, tubuhnya jatuh dan kepalanya membentur bagian tepi yang tidak rata bahkan ia berguling mengenai beberapa batu kasar yang ada didekat tempat pejalan kaki ini.Hendra yang berada di dekatnya jadi panik. Ketika tahu temanya ini jatuh terguling bahkan kepalanya terbentur benda kasar tanpa pelindung. Karena suasana malam hari dan lokasi tidak begitu jauh dari rumahnya. Roy tidak memakai helm warna hitam yang sempat dikenakan saat berangkat tadi.Pelindung kepala ini seharusnya tetap melekat di anggota tubuh bagian atas ini. Namun Roy merasa agak gerah dan lebih nyaman tanpa helm serta berpikir suasana malam jalanan lengang tidak semacet saat siang hari. Juga ingin merasakan semilir angin malam dan Roy pikir perjalanan tidak memakan waktu lama terlebih saat lengang bisa sedik
Read more
Di Klinik lagi
Di Klinik lagi.Roy mendapat pertolongan dengan segera dijahit luka pada kepalanya. Kebetulan jika malam hari, klinik tidak terlalu ramai pasien yang berobat. Hanya sesekali jika ada pasien baru yang membutuhkan pertolongan gawat darurat. Untuk pasien yang dirawat inap ada beberapa hingga hingga bangsal hampir penuh. Mereka tinggal dipantau infus dan penjagaan jika ada keluhan yang membutuhkan pertolongan perawat. Ketika Roy dan Hendra membutuhkan pertolongan. Segera bisa ditangani, kebetulan tante Naira sedang di klinik.Tante Naira bisa langsung menangani penjahitan dan lainnya. Dokternya sedang keluar sebentar dan sudah tahu jika tante Naira sudah terampil dan ahli menjahit luka. Sehingga untuk intruksi penanganan selanjutnya sudah selesai penjahitan luka. Hendra sendiri mendapat jahitan di kaki dan tangan, karena benturan dengan tepi trotoar yang kasar permukaannya.Karena Roy sampai pinsan akan ada rujukan untuk CT Scant di rumah sakit untuk Ro
Read more
Kesan dari Hendra
Kesan dari Hendra."Roy, diakah tante?" Clara bertanya dengan nada cemas dan sedikit gemetar. Roy teman yang tadi siang menolongnya, kini berada di ruang perawatan. Sungguh kenyataan yang tak pernah disangkanya. Begitulah memang adanya kehidupan."Sepertinya iya, dari kartu identitas dan sekilas wajah yang masih tante ingat," jawab tante Naira."Dia kenapa tante?" Kali ini Clara bertanya dengan mata berkaca. Rasa penasaran semakin menghiasinya."Kepalanya ada beberapa luka dan orangnya masih belum sadarkan diri."Clara tak kuasa menahan air matanya agar tidak menetes. Sedih dan kasihan mendengar berita ini. Siapa sangka lelaki yang tadi siang membersamainya, menemaninya. Kini matanya terpejam dengan luka yang harus dijahit."Bolehkah aku menjenguknya Tante?" tanya Clara dengan suara yang semakin serak."Boleh. Itu di ruang sebelah. Dia bersama dua temanya. Yang satu sakit juga, mana keluarganya belum ada yang datang." Tante Naira memp
Read more
Roy mulai membuka mata
Pesan dari Roy."Kenapa kalian menangis sih? Aku baik-baik saja kok." Walau sebenarnya sedih karena ada luka serius di kaki dan membutuhkan perawatan lebih di rumah sakit, Hendra tetap berusaha menghibur kedua adiknya yang tampak bingung dan kecewa."Kakak bohong, kata dokter kaki kakak perlu di rongtsen, ada hal yang perlu ditangani lebih lanjut." Sang adik berkata sambil terisak. Hendra sempat kaget setelah mendengar ucapan adiknya."Hah, dari mana kalian tahu? Bukankah belum ketemu dokternya?" tanya Hendra"Iya sih kak, jangankan ketemu dokter, petugas jaga saja kita gak lihat," jawab adiknya Hendra."Terus kamu tahu dari mana?" Hendra bertanya lagi. Ia sangat tidak ingin adiknya larut dalam kesedihan serta berpikir keras dengan apa yang sedang ia alami."Tadi mamanya mas Roy sempat cerita saat di mobil," jawab adiknya lagi.Sejenak Hendra memandang ke arah Roy yang kini sedang diperhatikan oleh orang tuanya. Hendra paham betul jik
Read more
Ke rumah sakit
Ke rumah sakit."Apa permintaanmu Roy?" tanya mamanya."Tolongin biaya berobatnya Hendra ma!" jawab Roy dengan suara terbata."Oh, begitu ya? Itu perkara mudah, hanya apakah dia bersedia kita bantu? Mama cemas ia akan merasa direndahkan." Mamanya Roy menatap ke arah Hendra yang sedang bercengkerama dengan adik-adiknya.Membantu orang bagi mamanya itu perkara mudah dan ia sukai. Karena kesempatan ini jarang sekali. Namun kadang memang timbul rasa ragu. Akankah niat tulus untuk menolong diterima dengan baik? Atau malah sebaliknya akan dikira menghina atau mengejek pihak yang dibantu?."Aku tahu siapa Hendra, dia sedang ada masalah keluarga. Takutnya tidak ada yang mau membantu biaya berobatnya. Tadi dia bersamaku, sudah selayaknya kita membantunya, iya kan ma?" Suara Roy sudah mulai jelas, namun ia mulai merasa berat lagi kepalanya, hingga kembali terpejam cukup lama."Roy..Roy," sang mama memanggilnya saat anaknya ini tak bicara lagi.
Read more
Saat kembali dari Warung
Saat kembali dari Warung.Malam berlalu, hari berganti pagi. Sebelum mentari terbit dalam suasana setelah subuh, Clara bersiap pulang. Setelah sebelumnya melihat kondisi seorang anak jalanan yang ditemukan tantenya itu. Seperti sang tante, ia juga merasa iba dan sedih melihat kondisi sang anak tadi. Jika saat ini Clara kadang ditinggal pergi orang tua hingga hampir setiap harinya Clara hanya berdua dengan kakaknya di rumah. Tidak ada satpam atau asistant rumah tangga apalagi tukang kebun yang bekerja di rumahnya. Tidak seperti rumah Roy yang memiliki semua pekerja tadi sehingga saat kedua orang tuanya tidak ada di rumah, suasana ramai dan tifak hening.Sedang di rumah Clara, jika ia hanya bersama kakaknya. Rumah akan terasa hening dan sepi, beda saat ada mama dan papanya. Meski begitu mereka tetap bersyukur terlebih saat seperti ini. Melihat anak yang ditolong tante Naira, semakin membuatnya untuk bersyukur.Saat ini mereka berdua bisa makan enak, t
Read more
Nasi pecel
Nasi pecel"Kok, tante lama amat ya mbak?" Clara mulai menanyakan tante Naira."Entahlah, tadi katanya mau beli nasi bungkus. Hingga sekarang belum pulang, biasanya tidak lama sih. Jika sekedar untuk beli nasi saja. Hmmm, mungkin mampir dulu ke rumahnya juga untuk sesuatu yang dibeli buat keluarganya," jawab Lira."Kalau begitu akan agak lama pastinya, aku buat roti bakar saja deh untuk sarapan." Clara mengambil sebungkus roti tawar dari kulkasnya. Diambilnya empat lembar untuk diolesi mentega dan meises coklat. Empat kembar itu dijadikan dua, kemudian dimasukkan dalam alat untuk membuat rotu bakar.Belum jadi roti bakar, tante Naira datang. Setelah mengucap salam, segera sang tante memberikan dua bungkus nasi yang dia belikan untuk kakak beradik ini. Lengkap dengan snack yang masih disisakan dari beberapa pembelian dan sebagian banyak sudah diberikan kepada para anak yang ditemui di jalan tadi."Maaf ya terlalu lama kalian menunggunya," ucap Tante
Read more
Telepon dari Tante Naira
Telepon dari Tante Naira."Kita langsung ke klinik yuk dik!" ajak Lira saat menjemput Clara."Memangnya mbak enggak balik lagi ke tempat kerja?" tanya Clara."Tidak sih. Aku ijin sekalian. Kata tante kita diminta menemani anak yang ditolong tante, karena ia ada keperluan mendadak," ucap Lira."Oh, pantas. Aku sempat kaget saat tahu tante tiba-tiba tidak jadi menjemput, padahal yadi bilang supaya dia yang ngurus aku agar tidak mengganggu waktu bekerjanya mbak," ucap Clara."Aku juga kaget saat dikabari tante ada urusan mendadak. Dan minta tolong jika sudah longgar untuk ke klinik," Lira berkata sambil menjalankan sepeda motornya.Segera Lira menjalankan sepeda motornya, melaju dengan kencang namun tetap pada posisi di sebelah kiri paling pinggir. Saat siang hari jalanan kota besar begitu padat arus lalu lintasnya. Tidak sedikit yang terjebak macet. Lira tidak berani melewati pengendara yang lain atau menyalipnya.Meski di jalur paling
Read more
Berbagi tugas rumah
Berbagi tugas rumah.Tante Naira masih bercerita tentang saudaranya yang usai operasi usus besar. Operasi mayor yang membutuhkan kesabaran bagi pasien yang menjalaninya. Tentu bagi keluarga pasien perlu telaten dalam merawat dan memperlakujan pasca operasi hingga bisa sembuh benar. Tante Naira memberi contoh cara memberi makan dan minum.Selama ini jika dimintai tolong tetangga atau kerabat yang operasi besar, ia membari minum sedikit demi sedikit setelah pasien buang angin. Setengah sendok teh minuman. Dan tidak diberi makan berat tetapi cukup jus dalam dua tiga hari. Setengah sendok makan dan berkala. Sedikit demi sedikit jus.Terlebih operasi usus yang mana setelah sadar pasien akan mengalami gerakan peristaltik usus yang lumayan terasa bagi sebagian orang. Dan organ itu ada jahitan, jadi kerabatnya ini sangat takut saat memberi makan. Dan tante Naira memberi contoh seperti itu.Sering tante ini dimintai tolong oleh tetangga dan kerabat. Yang mana mere
Read more
Mencari sang anak
Mencari sang anak.Hari semakin sore, di ruang perawatan pada sebuah klinik, di mana tante Naira bekerja yang mana ada seorang anak dirawat di sana. Sang anak yang baru membuka mata, merasa asing dan kaget dengan tempat yang dia singgahi kali ini. Suasana serba putih dan tangan terdapat selang infus membuatnya sedikit tahu di mana ia sekarang."Hah, ini kan? Rumah sakit? Oh tidak, aku tidak punya uang. Tidak ada keluarga, handai taulan atau sanak famili. Bagaimana nanti aku membayarnya?"Sang anak yang ditolong oleh tante Naira. Kini sudah membuka mata secara perlahan, namun ia kaget saat tahu sedang dirawat. Juga bingung jika nantinya dimintai bayaran. Sementara dia tidak punya apa-apa. Tidak juga punya saudara.Selang infus segera dilepasnya. Sebisa dia begitu juga dengan selang oksigen. Dilihatnya sekeliling tempat ia di rawat. Netranya tertuju kepada sebuah jendela. Segera anak ini beranjak dan melihat jendela itu. Diamatinya sekitar wilayah luar dari
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status