All Chapters of Bukan Semata Fisik: Chapter 21 - Chapter 30
67 Chapters
Chapter 20 Kelebihan Kaivan
 “Terima kasih, datang kembali ya...,” itulah sapa akhir pada pelanggan Kedai yang telah membayar, dengan kilau senyum Rayhan yang menjadi daya tarik sendiri.Linara yang baru saja menyelupkan dirinya pada daerah Kedai, yang sedari tadi sudah mengurung diri, berusaha menghindar Avraam. Malah berujung linang air mata, akibat teringat Bunda. Keadaan Kedai sudah mulai menyepi, Linara hanya terduduk dikursi yang tersedia didepan Bar.“Kamu kenapa, Linara?” Selontar tanya yang mencuat saat Rayhan mendapati wajah sembab Linara.“Tidak Kak,” Linara yang menjawab dengan sedikit lemas, membuat Rayhan semakin paham kondisi hatinya yang sedang tidak stabil.Rayhan dengan lembut menepuk pangkal kepala Linara, “Kalau ada masalah ceritain aja, siapa tahu Aku bisa bantu,” ucapnya manis dengan tatapan sehangat mentari pagi.“Aku hanya rindu sama Bunda saja Kak,”&
Read more
Chapter 21 Seikat Bunga
Chapter 21Akan kah bisa seorang gadis mungil pergi nan jauh, menyebrang negeri demi mencari sang Ibunda? Apakah bisa? Padahal berjalan sendiri pun dia bersusah payah untuk berulang kali membetulkan kaki kayunya itu. ‘Semua berawal dari Tekad’***Sebagian kehidupannya rumpang, bahkan hampir terjatuh. Dengan segala tekad yang tersisa, dia tertatih kembali menjadi sosok yang lebih kuat, lebih tegar melebihi karang. Tangan lembutnya masih berkutik pada layar ponsel, menggulir jendela layar, pandangannya masih asik bersamanya.“Kamu sedang apa, Linara?” Tanya Aathif yang terlihat penasaran hal apa yang membuat cucunya itu asik dengan ponselnya sendiri.“Linara sedang mencari Tiket murah, Kek.” Jawabnya santai dengan jemari yang masih menjamah layar ponsel.“Tiket?” Aathif berkerut dahi, dia tidak mengerti apa yang sedang dibahas Linara.
Read more
Chapter 22 Perkara Tulus?
 Bayanganmu masih membekas dalam ingatan, rasa memiliki ku masih tergantung dalam angan, tapi sayang api egois ku sulit padam saat tak mampu menerima kurangmu.***Pukul delapan kurang lima belas menit, Linara masih menunggu seseorang dipenghujung pintu kelas, dengan berulang kali melirik Watches Silver yang melingkar indah pada lengannya.“Aduh! Kayu kamu dimana sih? Lima belas menit lagi ujian ini, kemana sih manusia itu?” Gerutu Linara yang masih harap-harap cemas menunggu kedatangan sahabatnya itu.Tiga menit telah berlalu sia-sia, manusia yang dinanti tak kunjung menampakan batang hidungnya, membuat Linara semakin cemas. Berulang kali mencoba menghubungi Kaivan, berusaha mengingatkan bahwa ujian akan berlangsung dalam kurun waktu tak lama lagi.Akhirnya disela detik-detik penyisaan waktu, Kaivan memunculkan jati dirinya, setengah tergopoh menuju kelas. Berharap semua dalam keadaan yang tep
Read more
Chapter 23 Debaran tak Biasa
Tawanya sehangat mentari, senyumnya selembut sutra dan semuanya Aku suka. Ku ingin hatinya tergenggam panah asmaraku. Andai semua semudah memetik bunga. Bisakah kita berdamping? Dua insan yang berbeda sedang mengejar satu cinta yang sama, satu orang yang sama, dan senyum hangat yang sama pula. Yang membedakannya hanya ketulusan mereka, akankah sedia berdamping dengan kurangnya yang dimiliki?Semua masih menjadi dilema diantara segitiga percintaan, biarlah waktu yang menjawab, dan hatinya yang memilih dengan siapa dia siap berdamping.***“Akhirnya kamu sudah pulang, Kakek khawatir sekali.” Aathif segera memberi pelukan kecil kepada cucunya itu.“Tenang saja, Kek. Linara sudah dewasa ini, Kakek jangan khawatirkan Aku,” Balas Linara dengan sedikit melepaskan peluknya.“Tetap saja kau akan menangis kalau ada masalah,” Aathif mencubit gemas hidung Linara, membuat Fara dan Rayhan tertawa melihat sajian drama sederhana
Read more
Chapter 24 Tentang Fara
Kini berpacu pada Kaivan dan Fara yang kebetulan keduanya pulang secara bersamaan, menapaki jalan dengan langkah kaki mereka. Kaivan yang sibuk dengan gadget nya sendiri dengan selang seling cekikik tawa. Sungguh memancing Fara untuk bertanya.    “Kamu lagi chatan sama siapa sih, Kai?”   Sesaat Kaivan menoleh arah Fara, "Biasa Far gebetan baru," jawabnya dengan tawa.    "Kamu itu ternyata benar-benar playboy ya," Fara hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir oleh tingkah Kaivan, bisa terbayang berapa banyak wanita yang terbuai oleh rayuannya itu.    Tak lama kemudian Kaivan menarik tangan Fara, sempat merasa terkejut saat itu. Fara pikir Kaivan mau melakukan hal senonoh pada dirinya, ternyata Fara diboyong mendekat pada penjual Es krim yang sedang menepi dipinggir jalan.    “Nih makan,” Kaivan menyodorkan satu Ice Cream yang telah dia pesan, Ice Cream b
Read more
Chapter 25 Happy Birthday!
  Dipagi hari yang sedikit mendung ketika awan mengabu layaknya memberi gambaran hati yang sedang kelabu, hati seorang wanita yang menahan rindu pada sang malaikat tanpa sayap, siapa lagi kalau bukan seorang Ibu. Linara hanya terbaring lemas diatas ranjang, saat kedai sedang Off begitu pula dengan kuliahnya. Langit yang mendung menambah nuansa kemalasan untuk bergerak dihari liburnya ini. Namun, otak dan hati malah menghubungkan kerinduannya pada Bunda Adel. “Bunda dimana ya? Kenapa bisa Lost Contact seperti ini dengan Bunda? Linara sangat rindu Bunda, maafkan Linara...,” Hati kecilnya selalu meraung rindu, pikirnya pun tak habis memikirkan orang yang sama. Kini Linara segera mengusir malasnya agar rindu tak lagi meradang. Linara bangkit dari tidurnya, meraih ponsel yang berada di Nakas, dia mulai membuka layar ponsel dengan mata yang sedikit menyipit, akibat cahaya terang pada ponsel. Mencari nomor salah seorang yang ingin Linar
Read more
Chapter 26 Secarik Pesan
“Linara ini ada bunga untukmu,” Ucap Fara dengan memberikan seikat bunga yang sudah basah kuyup itu pada Linara.“Dari siapa?” Linara terheran dengan ucapan Fara.“Entahlah, Aku tadi menemukannya di depan pintu Kedai dan ini ada tulisannya For Linara,”Lantas Linara menerima seikat bunga yang basah terkena timpahan air hujan, meninggalkan tulisan yang sedikit memudar, Linara berusaha mengeringkan kertas tersebut, agar dia bisa mengetahui dari siapa kiriman bunga itu.Kartu ucapan yang terlipat rapih, akhirnya sudah kering. Beruntung tulisannya tidak memudar semua, masih ada harapan untuk membacanya, namun saat hendak Linara buka dan membaca mendadak Kaivan dan juga Fara berpamitan padanya, membuat Linara menunda membacanya dan menyimpan disaku baju yang dia kenakan.“Selamat ulang tahun ya, Linara. Semoga harapan mu tahun ini segera tercapai, dan ini ada sedikit hadiah dariku untukmu,” Fara m
Read more
Chapter 27 Usang
“Thank’s Fara,” Tutur Linara setelah menerima sekotak Juice apel kemasan yang siap saji.Lantas Fara duduk disebelah Linara, menatap sebentar wajah sahabatnya itu yang terlihat kacau, “Kamu kenapa? Apa kamu sakit?”“Tidak, hanya saja kemarin Aku kurang tidur saja, emangnya keliatan banget ya?” Sontak Linara bertanya tentang dirinya karena hampir setiap orang yang bertemu dengan Linara menganggap Linara sedang tidak enak badan.“Sangat jelas! Apalagi mata panda kamu itu keliatan banget melingkarnya, belum lagi bibir kamu terlihat kering dan satu lagi kantung mata mu terlihat mengembung,” Jelas Fara mendeskripsikan keadaan Linara.“Benarkah?” Sesaat Linara terkejut mendapati penilaian Fara, dengan segera Linara merogoh tas dan mengeluarkan cermin kecil yang selalu dia bawa.“Benar juga katamu Fara, Aku terlihat kacau sekali,” Ujar Linara sambil membicarakan diriya
Read more
Chapter 28 Kondisi Rumpang
“... dan yang Linara sangat ingat adalah lelaki yang berbicara secara terang-terangan sayang pada wanitanya dengan tatapan yang lembut adalah lelaki yang benar-benar mencintai wanitanya,”Kalimat Linara yang terus menerus terekam dalam ingatan Linara, sangat jelas sekali kata itu seperti kata penekanan.“Apa maksudnya ya Linara berkata seperti itu?”“Apa Linara sebenarnya sudah paham bahwa Aku menyukainya tapi dia ingin Aku mengatakannya secara terang-terangan?”Rayhan segera bergidik dan menepuk pipinya, “Sadarlah Rayhan!”Rayhan memijit pelipisnya dengan gemas, dia membuka pintu dengan malas. Sesaat Rayhan masuk, dia disambut dengan kucing gembulnya yang berwarna Abu asap itu, anabul gendut itu terus menerus mengililingi Kaki Rayhan. Membuat Rayhan terpaksa menggedong anabulnya itu.“Selalu saja tiap pulang kau yang menyambutku, kapan ya wujud manusianya?&rdquo
Read more
Chapter 29 The Hug
Setelah jarak sudah cukup jauh dari kawasan rumah sakit, Rayhan mulai melonggarkan cengkeramannya, mungkin ini kesempatan Linara untuk melepaskan tangannya. Rayhan segera berhenti dan menoleh ke arah Linara, dia menyadari Linara yang sudah melepaskan diri darinya.“Maafkan Aku, Linara.” Rayhan tertunduk dengan penuh penyesalan, dia merasa bersalah saat tadi membentak Linara tanpa sebab.“Emangnya Kamu punya salah apa?” Linara pura-pura melupakannya.“Tadi Aku membentakmu, semua diluar kendali, Maaf...,”“Sudahlah lupakan saja yang tadi, Linara tau kok pasti ada masalah besar yang sedang Kak Rayhan alami,” Jawab Linara dengan tersenyum, berusaha menghangatkan kembali keadaan. Tapi Rayhan masih saja terdiam, membuat suasana kembali canggung.“Kalau nanti Kak Rayhan sudah tenang, Linara siap mendengarkan cerita Kak Rayhan, itupun kalau Kak Rayhan percaya sama Linara.” tetap saja Rayhan hanya
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status