Hallo Readers, Terima kasih telah membaca sampai sini, kalian bisa follow ig saya @zhia_2511 disana ada tokoh visual untuk novel ini, agar halu semakin afdol ^^ Salam hangat Author kentanq
Kini berpacu pada Kaivan dan Fara yang kebetulan keduanya pulang secara bersamaan, menapaki jalan dengan langkah kaki mereka. Kaivan yang sibuk dengan gadget nya sendiri dengan selang seling cekikik tawa. Sungguh memancing Fara untuk bertanya. “Kamu lagi chatan sama siapa sih, Kai?” Sesaat Kaivan menoleh arah Fara, "Biasa Far gebetan baru," jawabnya dengan tawa. "Kamu itu ternyata benar-benar playboy ya," Fara hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir oleh tingkah Kaivan, bisa terbayang berapa banyak wanita yang terbuai oleh rayuannya itu. Tak lama kemudian Kaivan menarik tangan Fara, sempat merasa terkejut saat itu. Fara pikir Kaivan mau melakukan hal senonoh pada dirinya, ternyata Fara diboyong mendekat pada penjual Es krim yang sedang menepi dipinggir jalan. “Nih makan,” Kaivan menyodorkan satu Ice Cream yang telah dia pesan, Ice Cream b
Dipagi hari yang sedikit mendung ketika awan mengabu layaknya memberi gambaran hati yang sedang kelabu, hati seorang wanita yang menahan rindu pada sang malaikat tanpa sayap, siapa lagi kalau bukan seorang Ibu. Linara hanya terbaring lemas diatas ranjang, saat kedai sedang Off begitu pula dengan kuliahnya. Langit yang mendung menambah nuansa kemalasan untuk bergerak dihari liburnya ini. Namun, otak dan hati malah menghubungkan kerinduannya pada Bunda Adel. “Bunda dimana ya? Kenapa bisa Lost Contact seperti ini dengan Bunda? Linara sangat rindu Bunda, maafkan Linara...,” Hati kecilnya selalu meraung rindu, pikirnya pun tak habis memikirkan orang yang sama. Kini Linara segera mengusir malasnya agar rindu tak lagi meradang. Linara bangkit dari tidurnya, meraih ponsel yang berada di Nakas, dia mulai membuka layar ponsel dengan mata yang sedikit menyipit, akibat cahaya terang pada ponsel. Mencari nomor salah seorang yang ingin Linar
“Linara ini ada bunga untukmu,” Ucap Fara dengan memberikan seikat bunga yang sudah basah kuyup itu pada Linara.“Dari siapa?” Linara terheran dengan ucapan Fara.“Entahlah, Aku tadi menemukannya di depan pintu Kedai dan ini ada tulisannya For Linara,”Lantas Linara menerima seikat bunga yang basah terkena timpahan air hujan, meninggalkan tulisan yang sedikit memudar, Linara berusaha mengeringkan kertas tersebut, agar dia bisa mengetahui dari siapa kiriman bunga itu.Kartu ucapan yang terlipat rapih, akhirnya sudah kering. Beruntung tulisannya tidak memudar semua, masih ada harapan untuk membacanya, namun saat hendak Linara buka dan membaca mendadak Kaivan dan juga Fara berpamitan padanya, membuat Linara menunda membacanya dan menyimpan disaku baju yang dia kenakan.“Selamat ulang tahun ya, Linara. Semoga harapan mu tahun ini segera tercapai, dan ini ada sedikit hadiah dariku untukmu,” Fara m
“Thank’s Fara,” Tutur Linara setelah menerima sekotak Juice apel kemasan yang siap saji.Lantas Fara duduk disebelah Linara, menatap sebentar wajah sahabatnya itu yang terlihat kacau, “Kamu kenapa? Apa kamu sakit?”“Tidak, hanya saja kemarin Aku kurang tidur saja, emangnya keliatan banget ya?” Sontak Linara bertanya tentang dirinya karena hampir setiap orang yang bertemu dengan Linara menganggap Linara sedang tidak enak badan.“Sangat jelas! Apalagi mata panda kamu itu keliatan banget melingkarnya, belum lagi bibir kamu terlihat kering dan satu lagi kantung mata mu terlihat mengembung,” Jelas Fara mendeskripsikan keadaan Linara.“Benarkah?” Sesaat Linara terkejut mendapati penilaian Fara, dengan segera Linara merogoh tas dan mengeluarkan cermin kecil yang selalu dia bawa.“Benar juga katamu Fara, Aku terlihat kacau sekali,” Ujar Linara sambil membicarakan diriya
“... dan yang Linara sangat ingat adalah lelaki yang berbicara secara terang-terangan sayang pada wanitanya dengan tatapan yang lembut adalah lelaki yang benar-benar mencintai wanitanya,”Kalimat Linara yang terus menerus terekam dalam ingatan Linara, sangat jelas sekali kata itu seperti kata penekanan.“Apa maksudnya ya Linara berkata seperti itu?”“Apa Linara sebenarnya sudah paham bahwa Aku menyukainya tapi dia ingin Aku mengatakannya secara terang-terangan?”Rayhan segera bergidik dan menepuk pipinya, “Sadarlah Rayhan!”Rayhan memijit pelipisnya dengan gemas, dia membuka pintu dengan malas. Sesaat Rayhan masuk, dia disambut dengan kucing gembulnya yang berwarna Abu asap itu, anabul gendut itu terus menerus mengililingi Kaki Rayhan. Membuat Rayhan terpaksa menggedong anabulnya itu.“Selalu saja tiap pulang kau yang menyambutku, kapan ya wujud manusianya?&rdquo
Setelah jarak sudah cukup jauh dari kawasan rumah sakit, Rayhan mulai melonggarkan cengkeramannya, mungkin ini kesempatan Linara untuk melepaskan tangannya. Rayhan segera berhenti dan menoleh ke arah Linara, dia menyadari Linara yang sudah melepaskan diri darinya.“Maafkan Aku, Linara.” Rayhan tertunduk dengan penuh penyesalan, dia merasa bersalah saat tadi membentak Linara tanpa sebab.“Emangnya Kamu punya salah apa?” Linara pura-pura melupakannya.“Tadi Aku membentakmu, semua diluar kendali, Maaf...,”“Sudahlah lupakan saja yang tadi, Linara tau kok pasti ada masalah besar yang sedang Kak Rayhan alami,” Jawab Linara dengan tersenyum, berusaha menghangatkan kembali keadaan. Tapi Rayhan masih saja terdiam, membuat suasana kembali canggung.“Kalau nanti Kak Rayhan sudah tenang, Linara siap mendengarkan cerita Kak Rayhan, itupun kalau Kak Rayhan percaya sama Linara.” tetap saja Rayhan hanya
Semenjak melihat kejadian Rayhan yang mendadak memeluk Linara, disaksikan secara langsung oleh Avraam. Membuat emosi dan Mood menjadi tidak stabil akhir-akhir ini. Belakangan Avraam terlihat kecut dibeberapa pandangan karyawannya, terkadang seperti biasa. Tapi tetap Avraam mengerjakan pekerjaannya secara profesional meskipun mimiknya sedikit seram.Avraam melirik Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul menunjukan tiga sore. Avraam menghela napasnya dan menyadarkan punggungnya pada kursi.“Mungkin Aku akan pulang lebih awal, rasanya sangat rindu Altan.”Segera mungkin Avraam beranjak dari tempat duduknya, dia berlalu begitu saja meninggalkan ruangannya.“Tolong urusi sisanya, Saya pulang lebih awal,” Ucap Avraam pada Asisten pribadinya yang sedang terduduk dengan pandangan berpacu pada laptop.“Baik, Pak!” Dengan sigap Asistennya berdiri dan sedikit membukukan badannya sebagai penghormatan.
“Linara?” Ucap Avraam yang sedikit terkejut saat mendapati Linara bersebelahan dengan Altan, sesaat tatapannya tertuju pada kaki palsu Linara. matanya membulat sempurna melihatnya.Baru kali ini Avraam melihat sosok Linara yang sejatinya, Kaki palsu yang Linara kenakan sungguh membuat sorot perhatiannya tidak teralihkan. Linara menurunkan kembali lipatan celana, kembali pada posisi awal yang menutupi kaki palsunya itu.Setelah itu Linara tertatih saling berhadapan dengan Avraam, Altan menarik narik baju Avraam, “Ayah, Altan tadi jatuh, Kakak ini datang dan membantu Altan.”Avraam menoleh sekejap arah Altan, “Kenapa Ayah diam saja? Apa Ayah kenal dengan Kakak cantik ini?”Avraam segera sadar dalam lamunnya sendiri yang berakhir dalam menatap Altan, kembali melirik Linara, “Terima kasih,” Ucap Avraam singkat dengan kepala sedikit menunduk.“Sama-sama, Tuan. Kalau begitu waktunya Saya pulang, Permi