Semua Bab ARWAH SI KEMBAR: Bab 11 - Bab 13
13 Bab
Mengundang Sesepuh
"Ajak Ibu ke kamar dulu, Han," bisik Mas Dirga kepadaku. "Maaf ya, Mbah, biar istri saya ajak Ibu masuk dulu,""Tidak usah, sebenarnya kunci semua ini ada pada Ibu mertuamu," Ucapan Mbah Wongso, seketika membuatku menatap heran kepada Ibu. Ibu yang sedari tadi merengek, mengusir Mbah Wongso pun menjadi terdiam sesaat setelah Mbah Wongso terlihat komat-kamit."Sebenarnya ada apa, Bu?"Ibu diam seribu bahasa, bibirnya mengatup rapat. "Kalau saya lihat, arwah itu memiliki hubungan yang sangat dekat dengan istrimu, Le," ucap Mbah Wongso kepada Mas Dirga."Namamu siapa, Nduk?""Dewi, Mbah,"Aku berada di samping Ibu, ia hanya duduk dan pandangannya kosong, tatapannya menerawang jauh. " Jiwa Ibumu sekarang seperti kembali pada beberapa puluh tahun silam," ucap Mbah Wongso, semakin membuatku kebingungan. "Maksudnya bagaimana, Mbah?" tanya
Baca selengkapnya
Bertemu Bapak?
Setelah punggung Mbah Wongso tak terlihat karena terhalang pekatnya malam, aku kembali masuk dan Mas Dirga masih saja duduk termangu. "Mas, sebenarnya Mas ini kenapa, sih? Apa ada yang Mas sembunyikan dariku, kenapa Mbah Wongso bilang kalau Mas harus jaga kelakuan? Kenapa arwah itu menyerangmu untuk melindungiku? Apakah kamu berkhianat lagi?" cercaku bertubi-tubi, karena aku geram sekali dengan sikapnya selama ini yang sepertinya selalu menutup-nutupi banyak hal tentang dirinya.  "Kok, kamu malah percaya sama orang lain, sih, Dew! Aku ini suamimu!"  Ia yang merasa tak terima pun membentakku hingga membuat nyaliku sedikit ciut. Entahlah, sepertinya orang yang bersalah memang selalu pandai menutupi kesalahannya dengan berbalik marah. "Yang ajak Mbah Wongso kesini 'tu kamu lo, Mas, bukankah itu berarti kamu memercayai kemampuannya?"  "Ah, ngomong sama kamu bikin pusing saja, ke dapur sana bikinkan aku kopi!
Baca selengkapnya
Flashback Bu Wening
Setelah mimpi yang kualami itu, kutanamkan pada diriku bahwa aku harus menjadi pribadi yang lebih baik.  Waktu begitu cepat berlalu, usia kandunganku memasuki usia tujuh bulan. Tradisi yang berlaku di daerahku, jika kandungan memasuki usia tujuh bulan, di lakukan ritual mandi bunga dan dilaksanakan acara kenduri. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur karena Allah telah memberikan kepercayaan untuk menjadi seorang Ibu, dan ritual pemandian tujuh bulanan itu sebagai simbol tolak balak agar terhindar dari segala hal buruk yang tidak diinginkan. Semua persiapan acara, Ibu yang menyiapkan dan membiayai. Sedangkan Mas Dirga, hanya ongkang-ongkang kaki, terima beres saja. Semakin lama, seolah hatiku semakin lelah menghadapi sikap Mas Dirga. Selain sikapnya yang kasar, seolah ia masa bodoh dengan kebutuhan rumah yang sebagian besar ditanggung oleh Ibu. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status