Semua Bab The Lost Mafia: Bab 81 - Bab 90
109 Bab
Dokter Vincent
Aku menganggukkan kepalaku, tidak menolak tawaran Mom.“Ngomong ngomong, kalian jahat sekali. Umurku 29 tahun sedangkan Jenny berumur 19 tahun, apa aku tidak terlalu tua untuk hidup sebagai Jenny?” Aku memijit lembut keningku.“Semua orang akan percaya jika aku katakan usiamu saat ini adalah 17 tahun” kekeh Dad.“Kau memang terlihat jauh lebih muda dari usiamu, jika kami katakan kau berusia hampir 30 tahun, justru kami yang akan disebut sebagai pembohong” Mom membelai wajahku.“Bukankah kalian terlalu berlebihan?” cibirku.“Kau terlihat sebaya dengan Stefany dan Anastasia, apa ada yang pernah bilang padamu bahwa kau terlihat tua saat bermain dengan mereka?” Tanya Mom.Aku menggelengkan kepalaku.“Terima kasih untuk kecantikan dan awet muda yang kalian turunkan untuku” ucapku sambil menepuk nepuk pipiku.Mom dan Dad tertawa sangat kencang melihat tingkahku,
Baca selengkapnya
Alcie, bisakah kita melupakan semuanya?
 “Vincent” aku langsung memeluknya dengan erat. Aku mengingat pria ini, dia adalah patnerku saat mengintrograsi musuh untuk mendapatkan informasi. Jika metode penyiksaan tidak bisa membuka mulut sang informan, jalan terakhir adalah dengan hipnotis. Aku berteman baik dengan Vincent, kami sering bertukar pikiran dan menghabiskan waktu bersama. Usia kami hanya terpaut 5 tahun jadi dia kuanggap seperti kakak untukku. Aku tidak menyangka dia sudah membuka praktek secara legal. “Tenang lah, semua baik baik saja” ucap Vincent menepuk lembut bahuku. Aku menangis dengan kencang dipelukan Vincent. Aku tidak bisa menggambarkan perasaanku saat ini, aku tidak menyangka akan mengalami shock separah ini. Vincent meresepkan obat untukku, sepertinya obat penenang dan gangguan kecemasan. Entah apa yang dibicarakan Mom dan Vincent, aku terlalu fokus menenangkan diri dan meminum teh yang diberikan oleh suster Claudy. “Kapan kau akan menjadwalkan kons
Baca selengkapnya
Bisakah kau menemaniku ke taman hiburan?
Aku membalas genggaman tangan Vincent, mungkin ini memang yang terbaik. Kulihat Vincent bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. “Apa kau bahagia dengan hidupmu sekarang?” tanyaku menatap lurus manik milik Vincent. “Ya, aku bahagia bisa menjalani hidup normal, hatiku menghangat saat pasien pasienku mengucapkan terima kasih untuk pengobatan yang kulakukan” Vincent tersenyum tulus. “Jenny” ucap seorang wanita yang suaranya sudah sangat kuhapal. “Veronika?” Vincent memutar badannya. “Dokter Vincent? Aku dengar kau membatalkan semua jadwal konselingmu dihari ini, apa itu benar?” nada suara Veronika berubah menjadi lembut. “Ya aku ada urusan mendadak, akan kuatur jadwal konselingmu dihari lain” ucap Vincent. “Baiklah” ucap Veronika lembut. “Dia membatalkan seluruh jadwal konselingnya untukku jika kau ingin tahu” ucapku penuh kesombongan. “Benarkah?” Veronika tidak percaya. “Ya” jawab Vincent mantap.
Baca selengkapnya
Jika dia menyukaiku, giliran dia yang mengejarku
Universitas Valley Of Art “Aku merindukanmu” ucapku sambil memeluk Stefany dari belakang. Stefany tersedak coklat yang sedang diminumnya. “Kita hanya tidak bertemu selama tiga hari” sembur Stefany. “Apa kau tidak merindukanku?” aku mencebikkan bibirku. Anastasia terbahak melihat tingkah kami. “Apa kau sudah sehat?” Tanya Anastasia. “Seperti yang kau lihat, aku baik baik saja” jawabku. “Jenny, apa kau sudah belajar? Sekarang kuis kelas Profesor Adrius” Tanya Stefany “Aku tidak perlu belajar untuk mendapat nilai sempurna” sombongku. Melihat Profesor Adrius dan Gerrald memasuki kelas, Anastasia menempelkan jari telunjuk di bibirnya sebagai isyarat agar kami diam. Dadaku bergemuruh saat aku melihat Adrius, apa apaan ini? Aku merasa kesal saat tidak bisa mengontrol detak jantungku. Apa begitu besar pengaruh Adrius didalam hatiku? Aku memegang dada untuk merasakan detak jantungku yang tidak normal.
Baca selengkapnya
Apa kepala Jenny terbentur sesuatu?
Kantin kampus Valler of Art Saat ini aku tengah mendengarkan Stefany yang bercerita tentang kencannya dengan Brian tadi malam, dulu aku sangat muak mendengar cerita picisan seperti ini, namun sekarang aku fokus mendengarkan Stefany bercerita, betapa senangnya tumbuh menjadi gadis biasa, kencan tidak pernah ada dalam kamusku, saat menjadi Jenny pun aku tidak pernah merasakan pengalaman berkencan dengan orang yang kusuka. Adrius, Brian, Gerrald dan Varro menghampiri kami yang tengah makan siang, Stefany langsung menghentikan cerintanya. “Kenapa kalian tiba tiba berhenti berbicara saat kami datang?” tanya Gerrald. “Stefany sedang menceritakan kencannya dengan Profesor Brian tadi malam” ceplosku. “Jenny!” sembur Stefany. “Apa yang Stefany ceritakan?” tanya Brian dengan senyum indahnya. “Kisah roman picisan” ucapku. Semua orang tertawa mendengar jawabanku, sementara Stefany tertunduk malu, kulihat Brian mengacak rambut Stefa
Baca selengkapnya
Aku tidak akan kemana mana Mom
Aku membantu Anastasia mendesain sepatu dan tas, namun sia sia. Beberapa kali aku merobek kertas hasil desainku. Adrius terlihat gelagapan saat aku menangkap basah dia sedang memperhatikanku. Dia sangat menggemaskan. Aku menghampiri Adrius dan duduk disampingnya, dia terlihat salah tingkat. “Profesor, kudengar ayahku membatalkan kerja samanya untuk menguak jaringan Odsen” bisikku sambil mencondongkan badanku. “Kita bicarakan setelah aku selesai memeriksa kuis” Adrius menggeser badannya menjauhiku. Aku mencebikkan bibirku. “Adrius, Presiden mencarimu, dia tidak bisa menghubungimu beliau titip pesan agar kau mengecek email” Ucap Brian mengecek ponselnya. “Ponselmu rusak, Profesor?” godaku. Gerrald dan Varro tidak dapat menyembunyikan tawa mereka, Adrius menghujani mereka dengan tatapan tajam. Adrius bangkit menuju mejanya dan segera mengecek email di laptopnya. “Presiden mengundangku makan malam, tumben sekali” Adrius men
Baca selengkapnya
Menggali Informasi
 “Kau bosan hidup?” bisikku. Vincent langsung melepaskan pelukannya. “Jenny, siapa dia?” tanya Stefany. “Dia temanku” jawabku. “Hai, namaku Vincent, aku temannya – siapa namamu?” tanya Vincent padaku. “Jenny” ucapku dingin. “Aku temannya Jenny” Vincent menjabat tangan semua orang, saat dia berjabat tangan dengan Adrius, Adrius mengeratkan jabatan tangannya, Vincent tersenyum dan membalas jabat tangan Adrius dengan kuat. Melihat mereka saling adu kekuatan saat berjabat tangan aku menampar pergelangan tangan Vincent. “Cukup!” ucapku. Lalu mereka melepaskan jabatan erat tangan mereka. “Bersenang senang lah saat makan malam” ucapku pada Stefany dan yang lainnya. “Jenny, kau ada janji dengan Vincent malam ini?” tanya Anastasia penuh selidik. Aku menganggukkan kepala. “Tenang saja Nona, aku ini pria baik baik” ucap Vincent. “Dengan penampilanmu seperti ini, siapa yang akan
Baca selengkapnya
Pengakuan Cinta Adrius
“Salam kenal pak Presiden, saya Jenny” aku mengulurkan tangan kananku untuk berjabat tangan dengan Presiden, sedangkan tangan kiriku sibuk menutupi dadaku, aku mengutuk dalam hati, mengapa malam ini aku harus berpakaian seperti ini. “Kekasihmu cantik sekali” puji Presiden. “Terima kasih pak Presiden” ucapku. “Bukankah Jenny ini teman kalian? Kau Jenny putri tuan Alex Ambrosio bukan?” tanya Angel. “Ya, dia teman kami” Stefany berkata dengan nada ketus. “Adrius, sepertinya kau harus berjuang lebih keras” kekeh Presiden. “Sedang apa kau di hotel bersama Dokter Vincent?” tanya Angel, kulihat senyuman tercetak dibibir indahnya. “Apa aku perlu menjelaskannya padamu?” tanyaku dengan mempertahankan senyuman dibibirku. “Mohon maaf Jenny, putriku sangat lancang” ucap Presiden. “Maafkan aku” cicit Angel, dia tidak dapat menyembunyikan rasa bahagia dihatinya. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Pintu lift terb
Baca selengkapnya
Tugas Liburan Berakhir
Keesokan harinya Aku terkejut saat akan pergi ke kampus, Adrius menungguku di ruang tamu sambil berbincang dengan orang tuaku. “Profesor?” ucapku saat melihat Adrius. “Pagi Jenny, kau cantik sekali hari ini” ucapnya sambil memberikan bunga baby breath kesukaan Jenny. Pasti ibuku yang memberi tahu Adrius mengenai bunga favorit Jenny, sayangnya Alcie tidak pernah menyukai bunga. Tapi aku cukup senang dengan kejutan kecil di pagi hari untukku. “Ada urusan dengan Dad?” tanyaku pada Adrius. “Tidak, aku hanya ingin mengantarkanmu ke kampus” ucap Adrius. “Tumben sekali” aku menyelidik. “Aku tidak ingin kau ditempeli laki laki tidak jelas” ucap Adrius dingin. “Apa ini berarti sebentar lagi kita akan memiliki menantu?” kekeh Mom. “Tentu saja, apa kau tahu Sayang, semalam pak Presiden menelponku dan dia bilang dia iri padaku memiliki calon menantu seperti Adrius” sombong Dad. “Apa maksudnya?” ucapku dan Mom bersam
Baca selengkapnya
Penyanderaan Civitas Kampus
Prang! Varro menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang, sedangkan yang lainnya membuka mulut mereka dengan lebar, mereka sangat terkejut dengan ucapan Adrius. Gunung es benar benar telah mencair. “Profesor, nanti malam akan kutemani kau berkonsultasi dengan dokter Vincent” ucapku datar. “Sepertinya dia sudah parah, cepat jadwalkan konsultasinya dengan dokter Vincent” tambah Brian. “Profesor Adrius hanya sedang jatuh cinta” kekeh Anastasia. “Sungguh aku tidak terbiasa melihat gombalan Profesor Adrius” Stefany menggelengkan kepalanya. “Benar, aku terbiasa dengan dingin dan misteriusnya Profesor Adrius, dia sama sekali tidak cocok menjadi pria hangat penuh cinta” ucap Gerrald. Adrius menatap Gerrald dengan pandangan membunuh. “Tatapan seperti itu sangat cocok untukmu” sindir Gerrald. “Sudah jangan bertengkar, ayo kita ke auditorium” ajak Brian. Saat kami tiba di auditorium, sudah cukup banyak mahasiswa dan dosen yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status