All Chapters of Biarkan Aku Bahagia Meski Sekejap: Chapter 31 - Chapter 40
67 Chapters
Chapter 31
AUTHOR POVRiri terus bergerak gelisah di atas ranjang. Ia masih belum bisa memejamkan matanya. Padahal hari sudah cukup larut malam. Otaknya terus memikirkan Haikal. Kerinduannya terhadap Haikal yang telah menggunung membuatnya tidak bisa tidur. Rasanya Riri sudah tidak sanggup lagi untuk menahan perasaan rindunya itu. Apalagi setelah kemarin dirinya mendengar suara Haikal di telepon yang terdengar putus asa dan frustrasi memohon dirinya kembali. Riri jadi semakin merindukan sosok yang menjadi ayah dari calon anak-anaknya itu.Merasa lelah membolak-balikkan badannya di kasur, Riri memilih untuk bangkit. Kemudian mengambil jaket, syal, juga ponselnya dan berjalan keluar dari kamar. Riri memutuskan untuk menuju halaman belakang villa dan duduk di sebuah ayunan yang menghadap ke pantai. Debur ombak yang disapu angin laut yang bersahut-sahutan menerpa bibir pantai, bagaikan alunan musik yang mengalun indah di pendengaran Riri
Read more
Chapter 32
Still flashback onAUTHOR POVDi sinilah Fikri dan Haikal sekarang. Duduk berhadapan di sebuah kafe yang berada dalam sebuah mall di pusat kota. Setelah memantapkan hati dan pikirannya, Fikri menghubungi Haikal dan memintanya untuk bertemu."Jadi, ada apa lo nelepon gue dan ngajak ketemu? Lo mau ngetawain gue karena keadaan gue sekarang?" tanya Haikal sarkastik."Santai dong, Bro! Nggak usah sarkas gitu ngomongnya. Gue ngajak lo ketemu karena ada yang mau gue tanyain sama lo. Ini penting banget! Dan ini menyangkut tentang Riri," jelas Fikri dengan santai."Tentang Riri? Apa yang mau lo tanyain? Apa lo mau nanya, kapan gue bakalan ceraiin Riri? Iya? Kalau itu yang mau lo tanyain, sebaiknya lo denger omongan gue ini baik-baik. Gue nggak akan pernah ceraiin Riri sampe
Read more
Chapter 33
Still flashback onSaat ini aku dan Fikri berada di sebuah rumah sakit yang terletak di pinggiran kota. Kami memilih rumah sakit ini karena rumah sakit ini sangat jauh dari rumah keluargaku, keluarga Riri, kampus, atau pun tempat yang biasa Riri datangi. Dan kami yakin kalau Riri belum pernah datang ke rumah sakit ini. Itu karena Riri tidak pernah pergi jauh dari rumah seorang diri.Tidak terlalu lama kami menunggu antrean. Hanya sekitar 20 menit, giliran kami dipanggil. Kami memasuki ruangan seorang dokter spesialis yang bernama Lisa tersebut lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter dan berbatasan dengan meja kerjanya setelah dipersilakan."Jadi, siapa yang sakit dan apa keluhannya, Pak?" tanya Dokter Lisa sopan."Kami berdua tidak sakit, Dok. Kami ke sini cuma ingin bertanya tentang obat ini. Ini sebenarnya obat apa?" tanyaku seraya mengel
Read more
Chapter 34
AUTHOR POVHaikal terus memandangi wajah Riri yang sedang tertidur pulas dalam pelukannya. Sesekali ia membelai wajah dan rambut istrinya tersebut. Diperhatikannya wajah sang istri yang terlihat lebih kurus dan pucat saat ini. Perasaan bersalah dan menyesal seketika menyeruak di hatinya. Bersalah dan menyesal karena sudah membuat orang yang berada dalam pelukannya menderita selama menjadi istrinya.Kembali Haikal membelai wajah Riri lalu mencium keningnya sedikit lebih lama seraya menggumamkan kata maaf. Setelah itu memejamkan matanya, mencoba untuk tidur karena waktu masih menunjukkan pukul setengah empat dini hari. Haikal mengeratkan pelukannya, seolah takut Riri akan pergi dan menghilang dari pandangannya lagi ketika dirinya membuka matanya nanti.Sementara Riri semakin menyamankan posisi tidurnya yang berada dalam pelukan Haikal dengan menyembunyikan wajahnya ke cerukan leher Haikal. Aroma tubuh Haikal
Read more
Chapter 35
AUTHOR POV"Kenapa malah Clara yang dibahas, sih?" tanya Haikal kurang senang."Huh? Kenapa? Bukannya dia pacar kamu? Kenapa kamu kedengeran nggak seneng gitu?" tanya Riri heran."Dia emang pacarku, tapi kamu istriku. Aku nggak mau bahas dia sewaktu aku sama kamu. Jadi, tolong jangan bahas dia sewaktu kita sama-sama. Aku tau, walaupun di luar kamu keliatan baik-baik aja, tapi di dalem hati kamu ngerasain sakit. Maka dari itu, jangan sakiti hati kamu sendiri dengan bahas Clara," pinta Haikal sambil menggenggam lembut tangan Riri."Kenapa? Bukannya aku ini cuma istri kamu dalam status pernikahan kita dan ibu dari calon anak-anak kamu? Aku bukan siapa-siapa selain dari itu. Aku cuma orang asing yang terpaksa masuk ke dalam kehidupan kamu dan ngerusak kehidupan kamu. Aku cuma pengganggu dan penghalang dalam kisah cinta kamu. Kamu nggak perlu mikirin perasaan aku, apalagi jaga perasaanku. Aku b
Read more
Chapter 36
AUTHOR POV"Jangan ucapin kata-kata yang bikin aku melambung tinggi ke angkasa, Kal! Karena kalau aku jatuh, bukan cuma sakit yang aku rasain. Tapi aku bakalan bener-bener hancur. Jangan buat aku ngerasa kalau aku adalah wanitamu satu-satunya dalam hidupmu! Karena aku tau, aku bukanlah satu-satunya wanita yang spesial di hatimu," cicit Riri pelan dan menundukkan kepalanya, nyaris tidak terdengar."Tapi, aku ngomong yang sejujurnya, Ri! Aku nggak lagi ngegombal!" bantah Haikal meyakinkan Riri."Terus, Clara gimana?" tanya Riri ambigu."Emang Clara kenapa?" tanya Haikal balik."Kalau kamu emang ngebutuhin aku dan nggak mau kehilangan aku, terus Clara gimana? Gimana nasib hubungan kalian?" tanya Riri lagi lebih memperjelas pertanyaannya."Terus, aku harus gimana? Aku harus ngelakuin apa? Jujur, aku masih cinta sama Clara," tanya Haikal bingun
Read more
Chapter 37
HAIKAL POV"Haikal?" panggil Riri ketika dia selesai mandi dan sudah berpakaian.Tersirat nada ragu dari suara panggilannya. Riri menghampiri diriku yang sedang duduk di sofa yang berada di dalam kamar kami, sedang mengecek berkas-berkas di email yang dikirimkan ke laptopku oleh sekretarisku karena hari ini aku tidak berangkat ke kantor."Hm?" aku hanya meresponnya dengan gumaman, lalu menoleh untuk menatapnya.Riri sudah berdiri di samping sofa yang aku duduki. Saat ini Riri mengenakan dress khusus untuk ibu hamil yang memang sudah aku siapkan jauh-jauh hari.Aku memandangi Riri mulai dari atas kepala hingga ujung kaki, lalu kembali lagi ke atas dan pandangan mataku berhenti dan terkunci di wajahnya. Ah! Lebih tepatnya, bibirnya yang seksi itu.Bibir mungil dan tipis namun menurutku seksi dengan warna pink cerah itu, yang selalu memabukkan dan membuatku k
Read more
Chapter 38
AUTHOR POVDi sinilah Riri dan Haikal berada sekarang. Duduk di salah satu kursi sebuah restoran, sedang menunggu pesanan mereka disajikan."Habis ini, kamu mau ke mana? Apa ada tempat yang mau kamu kunjungin?" tanya Haikal ketika mereka mulai menyantap makanan yang tadi mereka pesan."Aku pengen ketemu sama Bunda, Ayah, dan Akhdan. Aku udah kangen banget sama mereka," jawab Riri pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Haikal."Ya, udah. Habis ini, kita langsung ke rumah Bunda. Sekarang, cepet habiskan makanan kamu," ucap Haikal yang diangguki oleh Riri."Uhuk, uhuk, uhuk."Riri terlalu bersemangat melahap makanannya setelah mendengar ucapan Haikal. Hingga akhirnya membuat dirinya terbatuk-batuk karena tersedak.Haikal buru-buru berdiri dan menghampiri Riri sambil menyodorkan segelas air minum. Riri menerima air minum itu, lalu meminumnya s
Read more
Chapter 39
AUTHOR POV"Kamu kenapa bengong? Kamu nggak mau meluk aku tidur?" tanya Riri membuyarkan lamunan Haikal.Suara Riri sudah bergetar. Matanya juga sudah berkaca-kaca. Setumpuk cairan bening sudah berkumpul di pelupuk mata Riri, siap meluncur bebas di pipinya yang tirus dan putih mulus itu."Eh? Oh! Enggak kok, Ri. Enggak! B-bukan gitu. A-aku bukan nggak mau meluk kamu tidur. Aku cuma lagi bingung aja tadi," jawab Haikal gugup karena melihat Riri yang sudah hampir menangis."Bingung kenapa? Kalau nggak mau, ya udah! Pergi aja sana!" ucap Riri ketus."Bukan bingung karena itu .... Aku cuma lagi bingung, kok kamu tiba-tiba jadi manja? Apa karena kamu lagi ngidam? Tapi kayaknya emang bener kamu lagi ngidam, deh," Haikal bertanya sendiri dan menjawab sendiri pertanyaannya, berusaha menyangkal ucapan Riri yang terdengar sedikit menuduh."Ya udahl
Read more
Chapter 40
AUTHOR POVTanpa sepengetahuan Haikal, diam-diam Riri tersenyum lebar mendengar penuturan Haikal. Wanita itu benar-benar bahagia sekarang. Dan Riri sudah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya lagi. Riri merasa puas mendengar pengakuan Haikal. Meskipun dia tidak tahu, apakah Haikal benar-benar tulus atau tidak, apakah Haikal merasa terpaksa atau tidak. Tetapi yang penting sekarang adalah, Haikal memilih dirinya daripada Clara.Riri memutar tubuhnya menjadi menghadap Haikal. Senyum kebahagiaan masih terpatri di wajahnya. Namun senyum manisnya itu luntur seketika, saat melihat air mata yang mengalir di wajah tampan suaminya. Dan saat itu juga, perasaan bahagianya yang tadi sempat melambung tinggi, seketika terasa terhempas ke bumi dengan keras. Membuat perasaannya hancur berkeping-keping dan menjadi serpihan-serpihan kecil seperti sebuah kaca yang terhempas ke lantai.Mengabaikan rasa sakit di hatinya, Rir
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status