All Chapters of Bukan yang Pertama: Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
Dugaan
*Happy Reading*"Bapak! Buruan!" seru Ina sekali lagi, saat tidak menemukan gerakan apapun dari Sean. Pria itu pun akhirnya tersentak kaget, dan dengan cepat membantu Ina mengangkat lemari di bagian sisi lain dengan mudahnya. Tentu saja, Lemari itu tidak akan menyulitkan Sean sedikit pun, karena baik dari badan atau pun gender Sean lebih unggul dari Ina. Lebih dari itu, lemarinya sendiri terbuat dari plastik, dan isinya tidak terlalu banyak. Namun tetap saja, untuk anak sekecil Kean akan lumayan sakit jika tertimpa."Kamu bantu Bik Suti saja, biar saya yang angkat ini." Kali ini Sean yang memberi perintah. Seraya menekan gejolak dalam dada, yang sebenarnya ingin sekali segera mengintrogasi Ina tentang keberadaannya di sini.Ina tidak membantah, mengikuti titah Sean dengan senang hati, dan membawa Kean ke dalam pelukannya dengan setelah itu menjauh dari lemari yang jatuh tadi."Cup ... cup ... udah ya, jangan nangis jagoan. Kamu u
Read more
Belum berakhir
*Happy Reading*"Meminjam? Apa maksud kalian?" tukas Sean sengit, setelah akhirnya mau diajak bicara baik-baik.Itupun, harus Rara yang bicara. Karena jika Ken yang buka suara, kepala tangan Sean langsung saja melayang ke arah Dokter Obygn itu. Sean benar-benar menempatkan Ken sebagai dalang di dalam situasi yang tengah menimpanya.Maka dari itu, Rara pun terpaksa harus berdiri di tengah-tengah Sean dan Ken, Agar pria itu berhenti memukuli suaminya. Rara yakin, sejahat apapun Sean. Pria itu tidak akan menyakitinya. Apalagi dengan kondisi Rara saat ini, yang tengah berbadan dua. Sean pasti sebisa mungkin menahan emosinya. Lagipula, Kepalan tangan tidak akan menyelesaikan apapun, kan?"Ya! Kami hanya meminjam Ina beberapa hari. Sampai pesta ulang tahun Kean selesai.""Cih! Mana ada meminjam tanpa minta ijin. Bahkan sengaja membuat orang-orangku kesulitan mencari Ina," sahut Sean, masih tidak terima alasan yang diberikan Rara.Meminjam Ina, kat
Read more
Sean vs Ken
*Happy Reading*Ina dan Ken akan menikah?Tidak! Itu tidak mungkin! Bagaimana bisa? Ini gila!"Rara, apa maksud kamu? Apa kamu sudah gila, hingga menyuruh suami kamu menikah lagi?!" tukas Sean tidak terima."Itu lebih baik untuk kita semua," jawab Rara tenang.Baik katanya. Baik dibagian mananya? Baik untuk siapa? Fix Rara sepertinya sudah gila."Baik apanya Rara? Kamu lupa atau bagaimana? Kamu sendiri pernah di poligami. Pernah jadi istri kedua dan tahu bagaimana rasa sakitnya, kan?!" terang Sean menggebu-gebu. Mencoba mengingatkan Rara akan kisah pilu mereka di masa lalu."Semua akan berbeda, jika Ken yang melakukan poligami," jawab Rara lagi, masih dengan mode santai. Namun mampu membuat Sean ketar-ketir ditempatnya.Meski menyebalkan, tapi entah kenapa bilik hati kecil Sean mengaminkan ucapan Rara barusan. Karena meski suami baru Rara itu itu selalu membuatnya naik darah tiap bertemu, tapi Sean akui Ken memang pria baik yan
Read more
Bayi besar
*Happy Reading*"Ya ampun, Den Sean, Non Ina, apa yang terjadi?" pekik Mbok Darmi kaget, saat menyambut kedatangan Sean dan Ina di Rumah."Ceritanya Panjang, Bik. Nanti aja cerita. Sekarang tolong bantu Ina bawa Pak Sean ke kamarnya ya, Bi?" Ina berusaha menjawab seadanya, disela usahanya menahan tubuh Sean yang bertopang padanya sebelah sisi. Sementara sisi lainnya ada sang sopir, yang siap siaga membantu Ina.Sebenarnya, Sean diharuskan istirahat barang dua atau tiga hari di Rumah sakit. Karena ternyata, ada rusuk yang patah akibat perkelahiannya dengan Ken tadi.Sayangnya, Sean yang keras kepala menolak semua itu. Memaksa pulang dan meminta rawat jalan di Rumah. Tidak perduli seberapa besar bujukan para Dokter dan perawat. Pria itu seakan enggan berlama-lama di Rumah sakit yang memang milik Ken. Mungkin Sean masih marah pada Ken?"Iya, iya, Non. Hayu atuh." Mbok Darmi memberi jalan. "Di kamar bawah saja," pinta Sean tib
Read more
After
*Happy Reading*Zaina Rahayu linglung!Sejak semalam, tepatnya sejak Sean menciumnya tanpa aba-aba. Ina merasa otaknya blank. Bingung harus apa dan harus bersikap bagaimana setelah apa yang Sean lakukan semalam. Bahkan semalam Ina lupa cara bernapas selama jalinan bibir yang Sean mulai. Kalau saja Sean tidak segera menghentikan aksinya dan menyadarkannya untuk kembali bernapas, Ina yakin pasti saat ini sudah pindah alam. Terserah kalian mau menilai Ina terlalu lebay atau apa? Namun itulah kenyataannya. Karena faktanya, selama 20 tahun Ina hidup di dunia ini. Semalam adalah kali pertama Ina dicium dan mendapat keintiman dari seorang pria. Bukan, itu bukan berarti Ina dan Sean sudah melakukan lebih dari sekedar ciuman. Tidak, semalam tidak sampai sana kok aksi Sean. Selain karena kondisi Sean yang masih sakit, pria itu juga menyadari pasti tentang keawaman Ina. Sean pernah lepas kendali saat bersama Rara, dan dia tidak
Read more
Mulai membaik
*Happy Reading*"Mau apa kalian?" hardik Sean tanpa tedeng aling-aling. Saat melihat kehadiran pasangan suami istri yang masih sangat mengganggunya.Pasangan sialan!Tidak tanggung-tanggung. Sean pun segera menarik Ina ke belakang tubuhnya, agar dua orang itu tidak bisa mengambil istrinya lagi.Sean memang seposesif itu, asal kalian tahu."Mau apa lagi? Ya tentu saja mau numpang sarapan," sahut Ken santai, tidak gentar sama sekali dengan sikap Sean yang masih marah padanya.Mendengar sahutan Ken, Rara pun terkekeh di tempatnya, karena sangat paham akan tabiat suaminya itu. Ken memang sangat menyebalkan untuk orang-orang bersumbu pendek seperti Sean itu."Kalian pikir Rumah saya apa? Seenaknya saja minta makan di sini?" Sean masih sangat marah dan ingin sekali cepat-cepat mengusir mantan istri beserta suaminya yang usil itu."Ck, pelit! Minta sarapan aja gak boleh. Katanya kaya. Masa neraktir sarapan aja gak bisa. Huh, payah!"
Read more
Lamarankah?
*Happy Reading*Sean terus memperhatikan Ina dalam diam, yang saat ini tengah berada dihadapannya, sedang mengerjakan tugas sekolah dengan senyum manis yang belum juga luntur dari bibir gadis itu. Sesenang itu ya dia bisa sekolah lagi?"Ina itu sebenarnya anak yang pintar, Kak. Dia cepat paham pada pelajaran dan tidak pernah kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah mana pun. Apa Kakak tahu, apa cita-citanya sejak dulu?" Sean tiba-tiba teringat ucapan Rara,  sebelum pamit pergi dari rumahnya."Dia ingin jadi Dokter dan mempunyai klinik sendiri. Soalnya, orang tuanya pernah ada di keadaan, terpaksa menahan lapar, demi bisa membeli obat untuknya."Sean sepertinya pernah mendengar cerita itu."Sayangnya, kondisi ekonomi Ina menghambat cita-citanya. Dan malah mengharuskannya dewasa sebelum waktunya. Bagi Ina, saat ini bisa kembali sekolah saja sudah membuatnya bahagia. Karena dia sadar, kondisinya sudah tidak seperti dulu
Read more
Tidak sesuai harapan
*Happy Reading*"Maukah kamu menua bersama saya?" Hah?!Ina sontak mengangkat wajahnya ke arah Sean, dan langsung menemukan wajah pria itu tersenyum hangat ke arahnya."Ma-maksud Bapak?""Mas, Ina. Bukan Bapak." Sean pun mencebik kesal"Eh, iya, Mas. Maksudnya apa, ya?" Ina pun seketika meralat panggilannya. Agar Sean tidak kembali marah."Maksud saya jelas. Saya ingin membuat pernikahan kita, menjadi pernikahan sesungguhnya dan untuk selamanya."Degh! Ini ... mungkinkah?"Bagimana? Kamu mau, kan, hidup menua bersama saya? Menemani saya dalam suka dan duka. Selamanya bersama sampai maut memisahkan. Kamu, bersedia, kan, Ina?" Sean mempertegas permintaanya, agar Ina paham maksud dan tujuannya.Sean sedang melamar Ina. Harusnya gadis itu memahami hal ini dan terharu pada yang Sean lakukan. Karena itu berarti, ada harapan untuk pernikahannya yang terlanjur terjadi. Namun alih-alih terse
Read more
Kejujuran Sean
*Happy Reading* Setelah mengetahui kenyataan itu dari Mbok Darmi, Sean pun berderap cepat ke arah kamar mandi, demi untuk menemukan keberadaan Ina yang masih membasuh wajah, hingga hijab dan gamisnya mulai ikut basah. "Ina, sudah!" Sean mencekal tangan Ina, agar gadis itu berhenti membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi. "Tapi ini masih keluar air matanya, Pak. Ina--" Grep! Sean pun dengan cepat memeluk Ina, membenamkan wajahnya pada dada bidangnya. Lalu mendekap erat tubuh rapuh Ina. "Tidak apa-apa Ina. Kalau kamu mau menangis, menangis saja. Jangan di tahan." Sean mempererat rengkuhannya. Ina hanya terdiam, menikmati rasa hangat pelukan yang Sean tawarkan. "Tapi setelah itu, saya mohon jangan menangis lagi, dan dengarkan saya baik-baik. Saya sudah mencintai kamu Ina, meski entah sejak kapan tepatnya." Sean mencoba jujur pada Ina. Ina ingin percaya. Namun, kepercayaan itu mahal harganya. "Terima kasih, Pak. M
Read more
Hubungan yang membaik
*Happy Reading*"Mas? Mas? Mas?"Sean melenguh pelan. saat rungunya menangkap panggilan itu, beserta guncangan pelan di lengan atasnya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya, Sean pun membuka mata yang sebenarnya masih sangat perih. Netranya langsung menangkap keberadaan Ina yang tengah duduk di sampingnya, dengan tampilan yang sudah segar dan rapi. Aroma sabun mandi bahkan masih tercium dari tubuh istrinya itu."Hai," sapa Sean sambil tersenyum hangat, seraya mengusap pipi Ina, dan membawa kepala gadis itu mendekat ke arah bibir untuk di kecupnya pelan. Ina pun tersipu malu."Pagi, Sayang. Ada apa?" lanjut Sean, mengusap kembali pipi Ina yang tampak merona. Entah karena ciumannya atau karena panggilan sayang darinya."Pagi, Mas. Maaf ganggu tidur, Mas. Ina cuma mau ijin bantu Bi Darmi di dapur. Boleh, kan? Kata Mas kemaren. Ina harus ijin meski pergi ke dapur," terang Ina.Sean mengingat perintah itu, dan tentu saja, kembali mengu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status