All Chapters of Bukan yang Pertama: Chapter 11 - Chapter 20
55 Chapters
Semakin ragu
*Happy Reading* Bertemu Rara dan Kean? Tentu saja Ina mau! Kebetulan, Ina sudah sangat penasaran pada dua orang itu. Khususnya pada Rara, yang katanya mantan istri Sean. Ina ingin tahu bagaimana rupa Rara itu. Apa secantik istri pertama Sean? Atau malah lebih. Ina benar-benar ingin bertemu Rara. Selain itu, Siapa tahu Ina juga bisa dapat sedikit Info tentang masa lalu mereka? Bukan apa-apa. Jujur saja Ina sebenarnya belum yakin pada pernikahan yang Nyonya Sulis tawarkan untuknya. Ina bukan mau sombong. Atau tak tahu berterima kasih karena sudah di tolong, bahkan diberi tempat tinggal sekarang. Hanya saja, bagaimanapun Ina ini tetaplah seorang wanita biasa, yang punya mimpi seperti wanita pada umumnya. Yaitu ingin menikah sekali seumur hidup. Tidak masalah jika Ina bukan yang pertama. Karena semua orang memang puny
Read more
Dibawa ke Hotel
*Happy Reading* Tok ... tok ... tok .... Ina baru saja selesai shalat saat ketukan itu terdengar. Masih menggunakan mukenanya, Ina pun bergegas menghampiri suara tersebut, untuk melihat siapa gerangan yang mengetuk pintu kamarnya? Degh! Napas Ina pun sontak tercekat, saat akhirnya melihat Sean sudah berdiri gagah di ambang pintu kamarnya. Dengan wajah datar ciri khas pria itum Mau apa lagi pria ini? Mau nyakitin hati Ina lagi? Atau, apa? Dia mau apa nemuin Ina lagi? Segala praduga pun mulai bermunculan di kepala Ina, akibat kehadiran pria, yang tadi pagi sudah kembali melukai hatinya itu. Bukan apa-apa, sejak selesai sarapan bersama tadi pagi. Ina memang berusaha menghindari Sean, yang ternyata hari ini tidak pergi ke kantornya. Tentu saja, hari ini kan sabtu. Pria ini tentu libur bekerja di hari weekend, kan? Mak
Read more
Mall
*Happy Reading* "I-ini apa?" tanya Ina dengan ragu, saat akhirnya meraih dan membuka kotak berwarna merah, yang tadi Sean lemparkan dengan pelan ke pangkuannya. Isinya liontin indah sekali. Ina sampai menelan salivanya kasar saat melihat liontin tersebut. Sebab, selama 20 tahun dia hidup dan bernapas di dunia. Inilah kali pertama dia melihat langsung perhiasan mahal, yang lebih berkilau dari perhiasan yang biasa di pajang toko emas depan wartegnya dulu. Ini, bandulnya pasti berlian, iya kan? Duh, indah banget, sih? Ina jadi pengen segera-- "Hadiah untuk Mama." Eh? Oh, buat Nyonya Sulis ternyata. Seketika Ina pun merasa kecewa, karena sudah berharap tinggi saat melihat perhiasan di tangannya ini. Ina yang bodoh. Siapa dia, coba? Sampai Sean mau repot-repot memberikan perhiasan semahal ini untuknya. Ina pun langsung menutup kotak itu
Read more
Baper
*Happy Reading* Akibat kejadian kemarin, tepatnya kedekatan yang tercipta di Mall. Semalam Ina sukses tak bisa memejamkan matanya, karena terus terbayang sikap Sean yang menurutnya manis. Ya, ampun. Kemaren yang jalan sama Ina beneran Sean, kan? Bukan kembarannya. Apalagi makhluk jadi-jadian yang menyerupai pria itu. Soalnya ... beda banget sumpah, sama Sean yang Ina kenal. Pria galak yang punya mulut pedas, ternyata bisa semanis kemarin. Duh ... Ina jadi baper. Tolong jangan salahkan Ina untuk hal ini. Karena usia yang masih terbilang muda, dan tidak adanya pengalaman soal percintaan sebelumnya. Membuat Ina jadi baperan begini pada Sean. Jangankan diperlakukan manis oleh pria seperti Sean, yang tampangnya memang tak diragukan lagi. Dikasih tetelan lebih oleh tukang bakso saja. Ina kadang baper. Soalnya, tukang baksonya juga masih muda dan lumayan tampan.
Read more
Pengakuan
*Happy Reading* Sebenarnya, sejak mendapati sikap Sean yang ternyata masih cuek dan acuh seperti sebelumnya. Ina malas sekali bertemu pria itu lagi. Katakanlah Ina ngambek! Tentu saja! Bagaimana Ina tidak ngambek? Kalau gara-gara sikap Sean kemarin, dia sudah baper sampai tidak bisa tidur semalaman. Eh, Sean-nya malah B aja. Kan, kesel, ya? Mentang sudah dua kali nikah! Seenaknya aja manis-manisin anak gadis orang. Kan Ina jadi baper. Karena itulah, demi mengembalikan perasaannya yang terlanjur baper. Ina pun awalnya berniat menghindari Sean, bahkan tak ingin bertemu untuk beberapa hari. Sayangnya, itu hanya jadi niat awal saja. Karena selain mereka satu atap, ada saja kejadian yang mengharuskan mereka bertemu pria itu. Misal pagi ini, saat masakan sudah matang, dan Ina sudah akan beranjak kembali ke kamar. Mbok Darmi tiba-tiba diare dan ... ya ...
Read more
Keputusan Ina
*Happy Reading* Ina mengerjap bingung, masih mencoba mencerna maksud Sean sebenarnya. Sementara Sean sendiri, malah kini terdiam kembali sambil menatap Ina lekat. Zaina Rahayu. Gadis polos yang baik hati, meski tidak begitu cantik tapi sepertinya gadis ini pintar membuat orang nyaman di sekitarnya. Termasuk Sean. Namun, justru hal itulah, yang membuat Sean merasa jika dia tidak cocok menjadi pasangan Ina. Karena Sean tidak ingin ada Rara kedua dalam hidupnya. Itulah sebabnya, sepertinya Sean harus memastikan lagi keputusan Ina terhadap pernikahan ini. "Kamu harus tahu, Ina." Sean kembali membuka suara. "Saya ... benar-benar bukan pria baik." Pria itu ingin mencoba jujur, namun rasanya berat sekali. "Karena sudah dua kali gagal dalam pernikahan?" ulang Ina memastikan alasan Sean. "Mungkin ... itu salah satunya. Tapi, saya juga setuj
Read more
Denial
*Happy Reading* "Terus janji Mama sama orang tua Ina gimana, Sean?" Ternyata, nyonya Sulis masih belum bisa menerima keputusan Sean dan Ina, untuk membatalkan pernikahan mereka. "Mama kan hanya janji akan menjaga Ina, kan? Kita akan melakukannya, Mah. Kita akan menanggung hidup Ina. Membiayainya, menyekolahkannya, dan ... pokoknya apapun yang Ina butuhkan, kita akan memberikannya. Kita akan menyokong hidupnya, sampai Ina tidak lagi membutuhkan kita." Sean memberikan janjinya. "Tapi Sean--" "Atau, kalau perlu Mama bisa angkat Ina jadi anak Mama. Aku gak keberatan kok, punya adik seperti Ina." "No, Sean! Mama berjanji akan menikahkan kalian! Bukan sekedar menjaganya. Lagian, Yang Mama butuhkan itu menantu, yang bisa memberikan Mama cucu. Bukan anak lagi!" tolak Mama Sulis tegas. "Tapi kita juga gak bisa memaksa Ina, kalau dia tidak mau, Mah," jawab Se
Read more
Tawaran Sean
*Happy Reading* Nyonya Sulis kritis! Saat jatuh di kamar mandi. Kepalanya memang terantuk pinggiran bathub di bagian belakang. Nyonya Sulis harus menjalani operasi karena adanya pendarahan hebat di bagian kepala. Meski begitu, kondisinya masih dinyatakan kritis setelah menjalani operasi. Ina tidak bisa menjelaskan dengan detail kondisi nyonya Sulis. Karena banyak sekali penjelasan dokter yang dia tidak mengerti. Yang Ina mengerti adalah, bahwa Nyonya Sulis kritis dan Sean terpukul sekali melihat kondisi ibunya. Kasihan sekali. Pria itu benar-benar tampak kacau sejak mengantar Ibunya ke Rumah sakit, dan makin kacau saat mendengar vonis sang Dokter. Pun Ina dengan rasa bersalahnya. Bagaimanapun, Ina merasa punya andil pada kondisi Nyonya Sulis. Karena keputusannya kemarin, yang membuat kesehatan Nyonya Sulis drop dan .... "Bagaimana
Read more
Teguran Rara
*Happy Reading* Jadi dia Rara. Istri kedua Sean dan ... ibu dari Keandra. Putra semata wayang seorang Sean Abdilla. Astaga! Ternyata dia lebih cantik dari yang Ina bayangkan selama ini. Tidak! Sebenarnya kedua istri Sean memang cantik. Baik itu alm istri pertama atau yang ini, keduanya masuk kategori wanita sangat cantik bagi Ina. Namun kalau harus dibandingkan. Tentu saja yang ini lebih cantik. Apalagi dengan senyum manis yang terus dipertontonkan wanita ini sejak tadi. Ina jadi tidak mengerti lagi, kenapa Sean bisa menyia-nyiakan wanita ini? Kurangnya apa? Cantik, dapet. Lembut, dapet, perhatian, dapet. Baik, dapet. Udah kasih anak, pula, iya kan? Kok, bisa di sia-siain? Sean nyari yang kayak gimana lagi, coba? Aneh banget! Dasar manusia gak bersyukur! "Ina!" Ina yang tanpa sadar kembali larut dalam lamunan pun, karena senyum seo
Read more
Permintaan
*Happy Reading* "Astaga! Mama?!" seru Sean lantang, saat melihat kondisi Mamanya.  Pria itu pun bergerak cepat ke arah tombol, dan memencetnya dengan tak sabaran. "Suster! Tolong Mama saya?!" teriaknya lagi, entah pada siapa. Dia melakukannya berkali-kali, dan seperti orang kesetanan seraya melirik Mamanya. Ya, Tuhan. Apa yang terjadi? Ina yang memang tidak mengerti apapun hanya bisa terdiam di tempatnya. Seperti orang linglung dan bingung harus melakukan apa. Untungnya, tak lama setelahnya seorang Dokter dan beberapa perawat pun masuk. Lalu segera menyuruh Ina dan Sean keluar Ruangan segera. Awalnya, Sean tentu saja tidak mau menuruti titah tersebut. Karena pria itu ingin menunggui dan memastikan kondisi Mamanya. Perlu beberapa perawat menghadang Sean, kemudian memaksanya keluar dari Ruangan tersebut meski dengan wajah kalut sekali. "Oh, Gosh!" geramnya kesal, sambil menyugar rambutnya dengan kasar
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status