Lahat ng Kabanata ng KARMA : Kabanata 61 - Kabanata 70
91 Kabanata
Bab 61
Akhirnya akupun memilih untuk mendengarkan percakapn mereka hingga seleseai terlebih dahulu.   "Jujur aku mencintai istriku. Namun, aku juga masih ada rasa untukmu. Lantas bagaimana sekarang? Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur," ujar Lingga. "Brengsek. Laki-laki brengsek," gumamku. 'Tega sekali kamu Mas ….' "Aku juga tidak ingin keluargaku hancur. Tapi rasaku padamu masih besar, Kak …," ucap Asta. "Kak, aku ingin kamu. Biarkan semua mengalir dengan sendirinya. Aku tidak mampu untuk tidak bisa memikirkanmu. Aku ikhlas meski kutahu ke depannya aku akan tesisih dan tersakiti. Biarkan aku terus mencintaimu. Aku mencintaimu, Kak," lanjutnya terdengar memaksa. Tak kuat aku pun menoleh ke belakang. Dapat kulihat mereka saling berpegangan tangan dengan erat. Setelah obrolan  berlanjut diantara keduanya, mereka pun sama-sama mengambil keputusan untuk tetap melanjutkan hubungan yang salah itu. "Aku tahu, ini sangat salah. Tapi aku tak mampu
Magbasa pa
Bab 62
POV LINGGA Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Tak sadar aku dan Asta telah melakukan sebuah dosa. Entah kenapa, aku begitu menikmati saat bersamanya. Jujur saja, aku merasa bersalah pada Dila. Aku sendiri tak menyangka bisa terjebak cinta masa lalu. Masa lalu yang belum sepenuhnya dapat kulupakan. Aku bingung, sebegitu lemahkah hatiku untuk mencinta? Bahkan harus kuakui, sama Rara pun sebenarnya aku masih mencintainya. Sudah kucoba menepis bayangan tentang wajahnya, dan mensugestikan diri kalau aku hanya mencintai Dila. Namun jujur, ternyata hatiku berkata lain. Aku sangat bingung dengan hati yang mudah mencinta ini.  "Kenapa melamun?" tanya Asta yang tengah bergelayut manja dipundakku. Semalam aku dan dia telah melakukan kesalahan. Tapi entah kenapa aku bahagia meski ada rasa ketakutan dan rasa bersalah dalam diri ini. "Aku tahu apa yang kita lakukan adalah hal yang salah," ujarku lirih. Asta masih bergelayut manja sembari sesekali menyentuh tengku
Magbasa pa
Bab 63
POV Dila …. Aku langsung menghubungi Radit untuk bersiap setelah mencium gelagat tidak beres dari Mas Lingga. Aku pun tidak tahu kenapa seakan bergantung pada Radit. Apa-apa Radit. Apa-apa Radit. Padahal aku tahu dia juga sangat sibuk mengurus kantor milik Kakak Iparku.  Setelah aku tiba di rumah Mas Bima mengantar Gara untuk dititipkan pada Mama, nampak mereka tengah bersiap. "Dila kebetulan sekali mau ikut liburan kah? Kami mau pergi ke Bandung. Mau refreshing di sana. Katanya di kota Bandung wisatanya banyak dan sangat indah. Dari kota Bandung, kami juga ingin berlanjut ke kota Jogja. Bulan ini kami mau menghabiskan waktu liburan. Melepas sejenak urusan kantor," ujar Mas Bima yang tengah memeluk Rara. Melihat pasangan itu sungguh membuat setiap mata yang memandang merasa iri. Apalagi aku yang merasa bernasib sangat tidak beruntung ini. "Kamu ngapain kesini bawa Gara? terus kamu mau pergi kemana?" Mama bertanya dengan tatapan me
Magbasa pa
Bab 64
"Kamu ngapain disini? Sama Radit lagi. Bukannya kamu bilang mau pergi ke rumah Rara?" tanyanya sambil membukakan pintu mobil. Manis sekali.  "Oh, tadi aku minta tolong diantar pulang ke rumah oleh Radit. Gara kan ikut Mas Bima dan keluarga besar liburan ke Bandung. Nah, di jalan, Radit dapat telpon dari Desi. Jadi mampir dulu. Casan hape rusak, butuh buat menghubungi kamu karena baterai ponselku habis, nakat deh ketuk pintu apartemen tetangga. Malah ada kamu di dalam," ujarku mencari alasan yang tepat untuk menjelaskan. Mas Lingga sendiri sudah siap dengan kemudinya. Aku melirik ekspresi wajah Mas Lingga yang terlihat sangat cemburu. Nggak tahu masuk akal atau tidak alasanku. Masalahnya otaku saat ini sangat kalut. Rasanya ingin sekali menonjok wajah laki-laki yang ada di sampingku saat ini.  "Beneran kaya gitu?" tanyanya. "Iya bener lah, Mas. Ngapain pun aku bohong. Jadi tadinya aku mau minta jemput kamu di apartemen Desi itu. Soalnya R
Magbasa pa
Bab 65
POV ASTA"Mm--mmaa--ss .. BBbbb---." Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, pria itu membekap mulutku dan langsung menutup pintu. Bingung karena pria itu datang dengan tatapan garang."Asta, jangan pernah lari dariku, kemanapun kamu pergi aku akan mengejarmu. Ingat! Meskipun kita sudah cerai. Kamu tetap jadi milikku tak ada satupun yang akan bisa memilikimu. Aku akan menghalangi siapa saja yang akan mendekatimu," ucap lelaki itu yang ternyata adalah Mas Reno. Mantan suamiku."Mas, kita sudah tidak ada hubungan lagi, jangan ganggu hidupku. Cukup sudah aku menderita hidup denganmu. Kamu temperamental, egois dan pemalas. Kamu yang menghabiskan uangku untuk kamu bermain judi. Jika kalah kamu mengamuk dan berbuat kasar kepadaku. Aku tidak akan sudi hidup denganmu lagi Mas," ucapku sambil berusaha melepaskan diri dari cengkramannya."Asta, gara-gara kamu aku masuk penjara karena kamu telah melaporkanku ke polisi tentang perlakuanku padam
Magbasa pa
Bab 66
Setelah itu Reno kembali bangkit lalu lari dan naik motornya hingga hilang di tikungan.Setelah kuperhatikan ternyata yang menolongku adalah pak Bram, Ayahnya Mas Lingga.Pak Bram mendekatiku. "Kamu tidak apa-apa Dek?" tanya Pak Bram. Aku tidak serta merta menjawab aku menatap wajah pak Bram, meski sudah berumur ternyata masih terlihat tampan dan gagah! Uban dirambutnya justru menambah kegagahannya. Busyet kenapa Aku jadi terpesona dengan papanya Mas Lingga? Ah! Ada yang salah ini denganku! Tapi ... Bukankah pak Bram lebih tajir dari Mas Lingga? Apa salahnya aku memanfaatkan kekayaannya. Toh dia juga masih ganteng dan masih kelihatan perkasa.Saking terkesimanya aku hingga tak sadar Pak Bram sudah dekat dengan tubuhku. Aku harus cari cara untuk mencuri perhatiannya, apa yah, oh ya, pura-pura pingsan! Akhirnya tanpa menjawab pertanyaan Pak Bram aku meluruhkan tubuhku di dada pak Bram, serta merta pak Bram langsung memegangi tu
Magbasa pa
Bab 67
POV RARA"Mas, aku nggak ikut jalan-jalan, hari ini, kepala tiba-tiba pusing, perut mual, badan lemas. Apa masuk angin, yah?" ucapku tidak semangat. Badan rasanya tidak karuan. Sepertinya aku merasa tidak bisa ikut menikmati liburan kali ini. "Tapi badan kamu nggak panas, Yang," ucap Mas Bima sambil memegang kening dan tengkukku."Iya sih, Mas. Aku juga heran, nggak demam tapi pusing dan mual. Apa mabuk kendaraan yah?" Aku mengerutkan kening dengan bibir sedikit cemberut."Kalau mabuk kendaraan harusnya pas di atas mobil. Lah ini kita sudah beberapa hari di hotel," balas Mas Bima."Mas, aku pengen makan manggis dan rambutan, Mas, ada jual gak ya, Mas?" Entahlah, aku bayangkan menikmati dua buah segar itu sangat enak. Bahkan meski hanya dalam hayalanku saat ini. Aku seperti dapat merasakan rasa manis asemnya. Pasti seger banget. Tuh kan aku sampai hampir menelan ludahku sendiri."Kalau manggis mungkin
Magbasa pa
Bab 68
"Tampan Mas, makanya anaknya cantik," ucapku sambil mencubit pipi Mas Bima.Dengan riang kami melanjutkan perjalanan menuju hotel. Ingin segera memberitahukan kabar gembira ini kepada semua orang terutama Eyang dan Mama.***Setelah sampai dan masuk ke hotel, aku segera mengumpulkan seluruh anggota keluarga yang ikut liburan termasuk Gara di taman hotel bagian belakang yang ada bangku-bangku taman berderet."Rara, ada apa ini mengumpulkan kami semua. Gak jadi apa kita jalan-jalan mengelilingi kota Bandung sore ini?" tanya Mama."Gak jadi, Ma, kita pulang ke Jakarta hari ini," jawabku. Tampak mereka kaget mendengar keputusanku untuk pulang lebih awal dari jadwal liburan ke Bandung yang rencananya akan selama satu Minggu dan berlanjut ke kota lain hingga satu bulan lamanya."Kenapa Ra?" tanya Eyang Uti heran."Karena kami akan mengadakan acara makan-makan di rumah mengundang anak yatim sekaligus
Magbasa pa
Bab 69
POV ASTASeperti yang sudah dijanjikan oleh Mas Lingga. Akhirnya aku dibawa ke kantor untuk bertemu Mas Adi. Ya rencananya mau magang jadi sekretaris pribadinya."Kak Adi, ini Asta, seperti yang sudah aku bilang kemarin. Dia mau ikut berkarir katanya," ucap Mas Lingga setelah bertemu Adi. Kami pun berjabat tangan."Oh, boleh, kebetulan memang sekretaris saya undur diri karena mau fokus ke anaknya. Kamu sudah pernah bekerja jadi sekretaris  sebelumnya?" tanya Mas Adi kepadaku. Duh sorot matanya menghujam ke hatiku. Kakak beradik ini memang bak pinang dibelah dua kegantengannya. Tajir lagi, tapi lebih tajir lagi ayah mereka. Wah, aku bakal dapat ikan kakap tiga sekaligus nih, eh empat sama Bima kalau nanti aku bisa mendekatinya. Kayaknya gak sulit deh mendekati Bima apalagi Adi, jelas nanti aku jadi sekretarisnya. Pasti kemana-mana bareng. Tugas luar kota juga pasti bareng. Kalau tugas luar kota pasti nginap dihotel. Wah,
Magbasa pa
Bab 70
Setelah sampai di meja resepsionis kami  memesan kamar hotel yang satu kamar dengan Bad dua terpisah. Memang aku yang mengusulkan agar sekamar saja tapi Bad dua. Meski awalnya keberatan tapi aku merayu Mas Adi agar menyetujuinya. Setelah itu, kami langsung berjalan menuju restoran romantis yang berdampingan dengan hotel ini.Kami masih berjalan secara beriringan. Dalam perjalanan itu aku berpikir cara jitu agar  Mas Adi juga masuk dalam perangkapku. Aku yakin sekali Mas  Adi akan jatuh kepelukanku. Secara ia selalu menuruti kemauanku sedari tadi.Akhirnya aku punya ide.Aku pura-pura terpeleset hingga tubuhku hampir jatuh. Reflek Mas Adi menangkap tubuhku. Yah seperti inilah aku. "Aduh! Aduh!...." Kini tubuhku berada dalam rengkuhan Mas Adi."Kamu gak apa-apa?" tanyanya."Gak, apa-apa Pak, cuma sakit sedikit," ucapku kembali berdiri melepas tubuhku dari rengkuhannya, dan kali ini jalanku pura-pura pincan
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status