All Chapters of KARMA : Chapter 81 - Chapter 90
91 Chapters
Bab 81
Sebagai seorang Bapak, Bram tentu, tidak  tega jika anaknya harus menderita penyakit seperti itu."Kita periksakan diri saja ke dokter," ujar Bram. Meski terlihat santai, laki-laki itu juga memiliki ketakutan luar biasa. "Silahkan kalian periksa! Hati-hati jika kalian dinyatakan positif HIV," samber Tami sambil berlalu ke kamar. Lingga, Adi dan juga Bram sendiri kembali duduk sambil termenung. Sesekali mereka bertiga saling menatap secara bergantian. Adi terus teringat dengan kedua anak dan istrinya. Begitupun dengan Lingga yang juga tidak mudah melupakan Gara dan Dila. Setelah disadari, Dila lah wanita terbaik dalam hidup Lingga. Namun, Lingga menyia-nyiakannya."Ayo berangkat ke rumah sakit," ujar Bram mengajak kedua anaknya. "Kejadian ini memang sangat memalukan," gumam Adi sambil berdiri dari duduknya. "Bapak dan anak bisa terjerat ke dalam cinta wanita murahan seperti As
Read more
Bab 82
"Sebentar, Pak," ujar Lingga. "Kami beri waktu lima menit lagi dari sekarang." Tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada, Adi dan Lingga pun menggunakannya untuk berbincang dengan mantan istri mereka masing-masing. "Dil, maafin aku sekali lagi ya. Aku titip Gara. Kalau cari pengganti, tolong yang sayang sama Gara. Ada laki-laki yang tepat untukmu. Dia akan datang menemuimu secepatnya. Dia adalah orang yang tepat untuk menjadi Ayah untuk Gara. Dan suami yang baik untukmu," ucap Lingga. Dila hanya terdiam. "Mama, maafin Lingga telah menyakiti hati anak Mama." Lingga beralih pada Tania. "Mama sudah memaafkanmu, Lingga. Mama sendiri memiliki masa lalu yang buruk. Sejatinya tidak ada manusia yang sempurna. Tapi jika masih diberi kesempatan untuk menyadari kesalahan, itu adalah hal yang baik dari Allah, dan itu semua betul-betul harus dipergunakan untuk memperbaiki diri," ucap Tania. "Waktunya hab
Read more
Bab 83
"Mas Bima!" panggil Dila. Bima pun langsung berhenti dan menengok ke arah Dila. "Dila," ucap Bima. "Kamu ngapain di sini?" lanjutnya bertanya.  "Mas ngapain di sini? Ini siapa?" Dila balik bertanya sambil menunjuk wajah perempuan di sebelah Bima. "Perempuan ini mengingatkanku pada wanita murahan yang menjijikkan itu," batin Dila sambil memandangi wajah perempuan itu.   "Tadi Mas habis ke supermarket, terus pas pulang mobil Mas nyerempet Mbak ini. Mbak ini tidak lihat-lihat saat hendak menyebrang," jawab Bima.."Yang bener, Mas. Jangan macam-macam. Ngapain gak nyuruh Radit aja yang antar perempuan ini?" kesal Dila. Perempuan di sebelahnya menyeringai dan menatap Dila dengan tatapan penuh kebencian. "Kamu lupa? Radit kan sedang bulan madu di Bali sama istrinya," tutur Bima."Astaghfirullah, aku lupa," batin Dila. "Radit dan Sheila su
Read more
Bab 84
"Hany sudah berada di surga Allah," ucap Reyhan. Lelaki itu kembali mengingat setiap kejadian yang dilewati bersama istrinya."Maaf,Rey. Aku tidak tahu. Kamu yang sabar ya?" Sudah berapa lama?" tanya Dila mengelus punggung Reyhan. "Sudah sebulan yang lalu. Dia sakit tapi dia tidak pernah menceritakan pada siapapun. Dia berobat sendirian, tanpa memberitahuku. Atau siapapun. Dia terlihat kuat di luar demi kami tidak khawatir dan takut. Tapi ternyata, senyumnya adalah senyum menahan kesakitan. Dia istri yang luar biasa. Tuhan lebih sayang padanya. Hingga saat dia pergi pun, dia masih meninggalkan kenangan luar biasa. Dua putra dan 1 putri yang begitu istimewa," tutur Reyhan."Nanti setelah ini, boleh aku melihat anakmu?" tanya Dila. Reyhan mengangguk dengan senang hati.  "Reyhan! Dia berhenti disana!" Dila menunjuk pada sebuah taksi yang berhenti tepat di tengah jembatan. Padahal berhenti disana sangat dilarang.&n
Read more
Bab 85
"Kakak tuh gimana sih? Masih dalam masa pemulihan malah keluyuran. Wajah juga masih bengkak. Heran kenapa nggak bisa ya diem di rumah?" gerutu Feri sesampainya mereka di dalam mobil. "Kan Kaka pake penutup wajah. Cuma matanya aja yang nggak ditutup!" kesal Asta. "Mana ada Kakak pake penutup wajah? Aneh Kakak. Orang nggak pake apa-apa. Itu kelihatan bengkaknya. Kalau kena sinar matahari bagaimana?" Feri menggelengkan kepala. "Pantas saja Dila mengenaliku. Padahal seingatku, aku memakai penutup wajah juga topi. Kakak kira Kakak bisa mendekati Bima. Awalnya mau meminta nomor ponselnya. Ya deketin gitu. Pantas saja dia sama sekali tidak melirik Kakak. Gagal semuanya," lirih Asta. Feri dan Reno yang mendengar ucapan Asta geleng-geleng kepala. "Ceroboh," ujar Feri. "Bukan masalah ceroboh! Uang Kakak juga sudah habis. Sedangkan Kakak masih perlu untuk pergi ketemu ahli bedah. Dan itu biayanya gak
Read more
Bab 86
"Halo?"    "Apa?!" ucap Bima.    "Ya udah kamu nggak usah ke rumah sakit. Di sini udah banyak yang jaga Rara. Bantu doa aja untuk Rara ya," ucap Bima kemudian mematikan sambungan telepon.    "Kenapa, Bim?" tanya Papa Bima panik.    "Rumah Lingga terbakar. Mamanya terjebak kobaran api yang besar. Lingga sendiri sekarang berada di rumah sakit karen shock mendengar berita tentang Mamanya," jawab Bima. Laki-laki itu memijit keningnya.    "Kasihan juga kalau keluarga mereka jadi seperti ini," lirih Lirna.  "Kamu kata siapa?" lanjut Lirna bertanya.  
Read more
Bab 87
Pagi ini senyum bahagia nan haru keluarga Bima tumpah ruah di dalam ruangan. Pasalnya, Rara berhasil melewati masa kritis dan bisa dipindahkan ke ruang inap. Setelah semalaman hati mereka begitu gelisah menunggu karena dokter bilang kondisi Rara semakin lemah.  Rara telah melahirkan sepasang anak kembar yang begitu lucu. Wajahnya tampan dan cantik seperti Papa dan Mamanya.  Cup! Bima mengecup kening Rara. Lalu mengusap pucuk kepalanya. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang Rara yang tengah berbaring. Wajah Rara terlihat pucat, tapi nampak jelas di wajahnya dia sangat bahagia. "Terimakasih, Sayang," ucap Bima lembut. Rara meraih tangan Bima dan mengecupnya.  "Sama-sama, Mas." Rar
Read more
Bab 88
POV Dila …. Dua bulan berlalu. Kehidupan keluarga Tante Lirna sudah sangat bahagia. Benar-benar hidup mewah bergelimang harta. Juga dikelilingi oleh orang-orang yang tulus. Keluarga mereka benar-benar dijaga oleh sang maha kuasa. Kepahitan yang dialami Tante Lirna dulu, sekarang sudah berbuah manis. Mungkin setiap pasang mata melihat keluarga mereka nyaris sempurna. Karena kunci mereka, selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Dimiliki. Kini waktunya aku dan Mama serta Gara kembali ke Bali. Menenangkan pikiran di sana untuk sejenak. Mungkin bukan untuk sejenak. Tapi untuk seterusnya. Menghilangkan luka kecewa karena malang dalam bercinta. Harusnya aku sudah kembali sebulan yang lalu, tapi Rara dan keluarganya meminta kami untuk tinggal bangsa sebulanan lagi. Akhirnya pun, aku menurut. Sekarang juga keadaan Ma
Read more
Bab 89
Malam ini Reyhan mengajakku untuk pergi makan malam berdua. Sekalian aku juga ingin berbicara banyak hal dengannya. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, sebelum pergi makan malam, Reyhan ingin pergi menemui Lingga lebih dulu. Tentu aku ikut bersamanya.  "Sudah siap?" tanyanya saat aku menghampiri ia yang sudah berada di halaman rumah dengan mobilnya. "Sudah, Mas. Kamu gak mampir dulu?" Aku bertanya. Reyhan menggeleng.  "Masuk." Laki-laki itu membukaan pintu mobil untukku. Aku pun tersenyum ke arahnya dan langsung duduk di sampingmya. "Terima kasih," kataku. Reyhan mengangguk dan tersenyum. Kemudian, laki-laki itu pun mulai menjalankan mobilnya.  "Kita pergi ke penjara dulu ya, Rey?" Masih canggung memanggil Mas. Tapi mulai hari ini aku harus membiasakannya.
Read more
Bab 90
"Aku benar-benar serius ingin menikah denganmu, Dil. Kenapa? Apa yang membuatmu meragukan perasaan aku?" tanya Reyhan, aku terdiam. Dia laki-laki impian. Sama seperti Mas Bima. Tampan, mapan, baik. Idaman wanita. Aku tidak perlu iri lagi. Tapi bedanya, Mas Reyhan punya masa lalu yaitu istrinya. Apa mungkin dia bisa melupakan bayang-bayang istrinya itu? "Kamu yakin, Mas? Kamu tidak akan melukai perasaanku? Sebelum kita jauh melangkah, ada baiknya kamu pikirkan dulu. Entah kenapa, aku seolah tidak yakin kalau kamu mencintaiku, Mas," lirihku sembari mengerutkan kening. Makanan pesanan kami tiba, hingga membuat aku dan Mas Reyhan terpaksa menghentikan obrolan untuk sejenak. Setelah pelayan pergi dan makanan sudah tertata rapi di meja, Mas Reyhan menyeruput coklat hangatnya. Kemudian mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Lalu, ia kembali m
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status