All Chapters of Perangkap Tuan Muda: Chapter 21 - Chapter 30
113 Chapters
Butik Stefani
“Besok luangkan waktu untukku.”Sebelum tidur kemarin William datang ke kamarnya dan membuat Amanda terpekik histeris. Pria tersebut sama sekali tidak minta maaf atau pun menyesal. Hanya menyampaikan pesan tersebut dan kemudian pergi lagi. Sejak William mengambil alih tempat bekerja Amanda, ia hanya mendapatkan shift pagi. Ia menyebutnya keberuntungan, tapi buat yang lain jelas hal tersebut kemalangan.Sehari setelah tempat bekerja Amanda diambil alih, ia sempat menyinggung soal waktu pembagian kerja pada lelaki tersebut. William memberikannya jawaban yang kurang menyenangkan.“Sebagai pemilik kamu punya kesempatan memiliki jam kerja terbaik, jadi jangan tanyakan lagi kenapa kamu tidak mendapat shift malam.”Artinya William tidak akan memberi Amanda kesempatan untuk bergabung dengan kelompok masyarakat. Ibarat makhluk hidup, Amanda adalah jenis yang sudah bermutasi menjadi jenis lainnya yang lebih baik.“Kamu menyebalk
Read more
Amanda Sedang Marah
 “Jadi kamu ingin makan siang di sini?” tanya William setelah mereka berdua selesai pengukuran. Ia merapikan kembali pakaiannya. Dari cermin besar tempat ia mematut diri, William memperhatikan Amanda.Gadis itu tidak menjawab pertanyaan William. Malahan ia berdiri dan pergi begitu saja. Jelas William merasa sangat heran. Ia bahkan tidak melakukan sesuatu yang buruk hingga harus diperlakukan seperti itu.“Amanda!” William langsung berpaling untuk bisa melihat dengan lebih jelas apa yang terjadi.Dipandanginya sekitar, dinilai segera orang-orang yang satu ruangan dengan mereka. Apakah ada salah seorang yang melakukan sesuatu yang buruk pada gadis yang akan menjadi istrinya tak lama lagi itu. Namun, semuanya tampak normal di mata William.“Apa ada sesuatu yang salah?” tanya William pada Stefani yang paling dikenalnya di ruangan ini.Sebagai teman sejak kecil, mereka memang tidak bisa disebut akrab. Hany
Read more
Aku Tidak Mungkin Mencintainya
Gadis bernama Amanda itu tidak muncul untuk sarapan keesokan paginya. William tentu saja bertanya pada pelayan yang ditugaskan untuk mengawasi Amanda di rumah, di mana Amanda.“Nona bangun pagi sekali dan makan di dapur, Tuan, setelah itu dia kembali ke kamar.” Inel menjawab dengan lekas.William menumpukan siku pada meja makan dan bertumpang dagu segera. Bukan hanya mendiamkannya saja seperti kemarin, sekarang Amanda juga tidak mau melihat wajahnya. “Memangnya apa salahku sebenarnya?” gumamnya pelan.Ia jadi tidak berselera lagi menyantap apapun yang terhidang. Ia menghabiskan isi cangkir kopinya. “Azzar belum datang, kan?” tanyanya pada Inel.“Belum, Tuan. Pak Azzar biasanya datang tepat jam tujuh pagi.”William melirik jam tangan dipergelangan tangannya. Di sana waktu menunjukkan pukul 6:45. Masih ada sekitar lima belas menit lagi. Biasanya ia berangkat pukul tujuh karena ingin membiasakan diri den
Read more
Kamu Tidak Akan Pernah Lepas Dariku
Untuk sesaat Amanda sempat lupa pada Alex yang menjadi biang keladi pelaku berubahnya kehidupan yang dijalani 180 derajat. Ia yang hidup dengan sekuat tenaga untuk bahagia, kini juga harus menjadi alat orang lain selain menjadi alat. Untuk fungsi terakhir Amanda benar-benar tidak tahu apa yang bisa terjadi padanya sebagai alat. Ia tidak tahu rencana William atau bagaimana pria tersebut akan mengunakannya. Yang jelas kehidupan William sebagai pewaris tunggal dengan banyak paman dan bibi bahkan ayah tiri di dekatnya lumayan teramcam.“Jangan memandangku dengan tatapan seperti itu, menyebalkan!”“Ah?” Amanda heran. “Aku tidak boleh memandangmu seperti ini setelah kamu menghancurkan hidupku?” tanyanya benar-benar tidak percaya.“Aku tidak menghancurkan hidupmu. Aku membuat hidupmu lebih baik!” tegas Alex dengan sangat yakin.Bahkan Amanda membayangkan semua hal buruk yang bisa dilakukannya saat ini seperti melem
Read more
Amanda Sakit
Amanda bisa mendengar banyak suara di sekelilingnya. Saat ia mencoba membuka mata pandangannya sedikit buram. Gemetar di tubuhnya masih belum hilang. Malahan sekarang ia merasa kedinginan.“Bisakah AC di ruangan ini dimatikan?” tanya Amanda pelan.Orang-orang yang sedang bicara di dekatnya diam. Lalu Amanda merasakan tangan yang besar menyentuh kepalanya. “Nona, sepertinya Anda demam,” ujar seorang lelaki.Amanda tersenyum dan menjawab pelan. “Saya baik-baik saja, Pak. Hanya sedikit lelah.”Amanda bertanya-tanya apakah boleh ia tidur sebentar lagi sebelum pergi. Ia bermaksud menanyakan hal tersebut ketika dirasakan tubuhnya melambung ke naik dengan cepat. Ia melihat wajah Azzar yang diliputi kecemasan begitu dekat.“Kita akan pergi ke rumah sakit, Nona. Saya akan membuhubungi Tuan.”Amanda tidak punya keinginan atau tenaga sedikit pun untuk menolak. Ia merebahkan kepala di dada Azzar, mendengar
Read more
Amanda Sudah Bangun
“Panasnya masih saja tinggi!”William tidak berkomentar. Ini sudah tiga hari sejak Amanda tumbang. Sejak saat itu nyaris seluruh pusat kegiatannya dilakukan di rumah sakit. Untuk alasan yang sama sekali tidak diketahuinya sendiri, William khawatir meninggalkan Amanda sendiri.“Ah ….” William mengosok wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat buruk sekarang.Dengan semua hal yang dimiliki, seharusnya gampang untuk melindungi banyak orang di bawahnya. Namun, setiap kali merasa demikian, William juga merasa masalahnya bertambah berat dan pelik.“Kenapa kamu ada di sini?”William langsung menoleh. Di ranjang rumah sakit, Amanda telah bangun dan kini sedang mencoba duduk. Ia lantas berdiri dari sofa yang sedang diduduki dan kemudian menarik kursi untuk duduk di samping ranjang. Tombol untuk memanggil perawat  dan duduk di kursi yang dibawanya.“Jangan bergerak. Sebentar lagi perawat akan
Read more
Alex Ditangkap Polisi
Sudah beberapa hari Alex mengamati. Selama itu tidak sekali pun ia melihat Amanda datang. Gadis itu seolah lenyap ditelan bumi sejak hari ia mengatakan kata-kata yang kejam.“Apa dia kabur, ya?” gumam Alex pelan.Ia mengosok dahinya frustrasi. Ada sedikit penyesalan di dalam dadanya karena terlalu keras pada Amanda. Ia hanya kesal melihat perubahan drastis dalam kehidupan gadis itu. Ia benci melihat orang lain mencapai tempat yang dituju tanpa usaha sedikit pun. Seharusnya dirinya yang mendapatkan semua itu, mengingat semua usaha yang sudah dilakukan sampai sejauh ini.“Apa sebaiknya kuhubungi saja dia, ya?” Alex bergumam lagi.Ponselnya dikeluarkan dari saku celana. Namun, ia tak lekas menyalakan ponsel yang menghubungi nomor Amanda. Maka di putar-putar ponsel tersebut di atas telapak tangannya.  Ia memutuskan lima belas menit kemudian.Ponsel Amanda menyala seperti dugaannya. Bahkan setelah semua kejahatan yang dilaku
Read more
Peringatan
Untuk apa dia kemari? Alex mengepalkan tangannya erat-erat karena terkejut sekaligus kesal.Tiba-tiba dijemput oleh tiga orang tidak dikenal dan kemudian dijebloskan ke penjara sudah mengejutkannya. Apalagi dengan kedatangan William saat ini.“Wah … di mana bicara besarmu sebentar tadi?” ejek William. Lelaki yang berbading terbalik dengan diri Alex tersebut tersenyum mengejek. Ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Kamu terlihat pantas berada di sini,” tambah William masih dengan ekspresi mengejek yang sama.BRAk!Alex menguncang terali besi, seolah-olah benda tersebut terbuat dari kayu dan bisa dengan mudah dibengkokan atau dipatahkan. “Jangan sombong kamu!” serunya berang.William tertawa. “Bukankah aku pantas sombong? Aku punya semua hal yang tidak kamu punya.”Ekspresi pria di balik terali tersebut berubah dingin. Alex yang melihat hal tersebut menjadi merinding
Read more
Tentang Orang Tua Amanda
“Nona … jika diberi kesempatan untuk tahu orang tua kandung Anda, apa yang akan Nona lakukan?” Amanda memandang Azzar lama sekali. Ia tidak menyangka akan diberi pertanyaan seperti ini. Sampai saat ini Amanda sama sekali tidak memikirkan hal itu. Ia bisa hidup tenang saja rasanya sudah seperti keajaiban. Sejak ia menerima kenyataan kalau tidak aka nada yang menjemputnya ke panti asuhan, Amanda mensyukuri setiap hari hal yang datang dalam kehidupannya. “Sa-ya tidak pernah memikirkannya, Pak,” kata Amanda. Ia tak berani menatap Azzar yang menurutnya memiliki kemampuan untuk membaca pikirannya saat ini. Mungkin orang setua Azzar memang seharusnya memiliki kemampuan seperti itu. “Karena itu saya menanyakannya. Jika Nona bisa bertemu dengan orang tua kandung Anda, bagaimana?” Bagaimana? Amanda juga menanyakan pertanyaan yang sama di dalam hatinya. Namun, berulang kali menanyakan hal tersebut, jawaban yang diinginkan tak kunjung did
Read more
Hilang
“Kenapa aku tidak bisa pulang hari ini?” Amanda protes segera setelah mendengar perkataan dokter yang bertanggung jawab untuknya.Dokter wanita penganti tersebut melirik William terlebih dahulu sebelum bicara. Amanda tahu kalau dokter tersebut sudah menjadi kaki tangan William dalam waktu singkat.“Kita tambah waktu observasinya sehari lagi, ya, Nona Amanda. Dengan begitu kita bisa yakin kalau Anda sudah benar-benar sehat dan tidak akan jatuh pingsan kembali ketika mendapat kejutan.”Kelopak mata Amanda terbuka lebar. Ia melotot pada si pelaku yang sudah mengubah pikiran dokter. Namun, William berpura-pura tidak tahu sama sekali dan asyik memeriksa sesuatu dalam ponselnya.“Ini pasti ulahmu, kan?” tuding Amanda segera setelah pintu tertutup. Dokter wanita penganti tersebut keluar segera setelah melirik William untuk terakhir kalinya.William mengangkat kepala dan melirik ke kanan dan ke kiri. “Kamu bicara d
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status