All Chapters of JANGAN HINA AKU MANDUL: Chapter 51 - Chapter 60
66 Chapters
Bab 51
POV ARUM Dengan langkah gontai aku mundur dan coba tak pedulikan perseteruan itu lagi. Tatapanku nanar dengan mata yang berkaca-kaca. Aku menelan serek kerongkonganku dan coba menoleh pada Raina yang terbaring. Sedangkan si sulungku tampak gundah menunggunya sadar. Merasa tidak aman disana Revan pergi menghindari mas Hadi. Aku diam tanpa kata menunggu mas Hadi dalam ruangan. Tak butuh waktu lama mas Hadi juga menyusulku ke dalam.  "Papa...., mimi kenapa belum sadar juga?" tangis Caca. Aku diam merangkul Andra diatas Sofa. Sedangkan baby sitternya berdiri disampingku.  "Sayang mimimu pasti baik-baik aja. Jadi jangan khawatir ya?' ujar mas Hadi merangkul anaknya. Selang beberapa menit Raina tersadar. Dia berteriak dan menangis histeris sontak saja aku berdiri dan memberikan Andra pada pengasuhnya.  "Jangan! jangan dekati. Hiks...." Raina mengigau. Caca p
Read more
Bab 52
POV ARUM "Mas Tama?" lirihku, pria itu berdiri menoleh padaku. Dalam waktu bersamaan mas Hadi dan keluarganya datang. "Duh gak sabar mama mau ketemu Caca dan Andra, dah kengen banget," tutur mama berjalan hingga pintu masuk. Sedikit mata mas Hadi terbuka melihat aku dan mas Tama di ruang Tamu. "Mama...," ucapku menyambut mertuaku.  Mama tampak merekahkan senyum, aku mendekat. Sedangkan mas Hadi menghampiri mas Tama dengan bawaan yang di jinjingnya. "Siang Tama? Saya sedikit terkejut melihat kedatanganmu," ujar mas Hadi menghanyak di sofa. Mas Tama tampak ikut duduk. Aku yang sibuk menyambut orang tua mas Hadi coba abaikan mereka berdua dulu.  "Mama sama papa, mau Arum bikinkan apa?" tanyaku membawa mereka ke ruang keluarga. "Gak usah Nak, mama langsung  liat Andra dulu," ujarnya, sedangkan papa
Read more
Bab 53
Pov Arum  Sehari setelah mas Tama berkunjung ke rumah waktu itu, aku coba melihat bingkisan yang dikasihnya untuk Andra waktu itu. Aku tersenyum melihat Mainan bola kristal yang bermotif langit malam di dalamnya. Sedikit aku cetek tombol untuk menyalakan suara, terdengar sound mainan itu berkata.  "Aku sayang mama...," deringnya. Sontak saja mataku berkaca-kaca. Kami pernah melihat permainan sejenis ini waktu itu di Mall, jauh sebelum semua masalah ini datang. Aku dan mas Tama yang tengah fokus untuk program hamil melihat ada mainan ini yang terletak di etalase. Sejenak langkah mas Tama terhenti dan mengambilnya. Dia terkekeh mendengar sound mainan itu dengan suara balita yang khas.  "Arum... kita beli ini ya? Nanti jika anak kita lahir. Dia pasti suka," ujarnya, aku hanya tersenyum dan meletakkan kembali mainan itu.  "Mas, lebih baik kita beli ya
Read more
Bab 54
POV ARUM Malam sudah semakin larut, ditemani angin malam dan kegundahan hatiku ini, aku berdiri di balkon menatap langit bertabur bintang. Mas Hadi belum pulang dari urusan bisnisnya keluar kota, sedangkan mama mertuaku sudah pergi kembali ke singapore.  Terdengar sesekali tawa riang Caca dan miminya bermain di ruang keluarga. Tidak ada yang salah dengan wanita itu. Dia baik dan menghargai hubunganku dengan mas Hadi, segala kecuriga'anku ini hanya bentuk kecemburuanku, tapi bagaimanapun hatiku sangat menentang ini, aku tidak sanggup seatap dengan mantan istri suamiku, terlepas dia itu tak bertingkah atau bagaimana aku risih. Entah kenapa perasa'anku sangat tersiksa sekali. Cup.. Kecupan lembut mendarat di pipiku, lamunan panjangku tak menyadari mas Hadi datang. Sedikit aku menoleh dan memandang senyum hangat suamiku itu.  "Ngapa
Read more
Bab 55
 POV ARUM Setelah mas Hadi pergi, Raina menoleh padaku dengan senyum. Sedikit aku pasang wajah datarku dan tak bergeming.  "Hari ini kamu mau kemana Rum? Kita keluar ya? Kasian Caca katanya mau di ajak main." ujarnya, sedikit aku ubah raut wajahku dan berkata.  "Kamu bisa ajak Caca, hari ini. Aku ingin ke kantorku. Aku kangen sama Risa." sahutku. Sedikit Raina mengangkat alisnya. "Oh begitu? Baiklah. Aku sama Caca jalan berdua aja." singkatnya. Raina beranjak memanggil anaknya ke belakang.  "Caca sayang...!" panggilnya. Aku diam sembari beranjak k edapur membereskan pekerjaanku.  Setelah semua selesai, dua jam kemudian aku bermain di Ruang keluarga bersama Andra dan bik Ijah, tampak dari kamarnya, Raina dan Caca keluar. Sontak saja Caca mendekat dan memintaku untuk Ikut.
Read more
Bab 56
Pov Arum "Oh tuhan... apa ini? Berkali-kali aku rasakan kecewa semacam ini. Apa aku tidak berhak hidup dengan normal." bisikku merintih.  Tin Tin....!  Bunyi klakson mobil berhenti tepat di belakangku aku terdiam dan sontak menoleh. Bisa aku lihat seorang pria dengan kemeja biru dan setelan celana yang senada, tengah mendekat padaku. Aku tertunduk saat kembali aku bertemu Aldi. "Arum? Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?" tanyanya. Aku tertunduk. Dadaku terasa sakit sekali. Ingin rasanya aku menangis melepaskan penat hatiku tapi aku tidak tau kemana.  "Hei ada apa? Apa yang terjadi?" tanyanya. "Hiks...." Aku menangis. Air mataku berderai deras. Reflek Aldi membawaku kepelukannya.  "Tak apa. Menangislah, aku disini. Aku siap mendengar kesahmu," bisiknya. Aku
Read more
Bab 57
POV HADI "Mas tolong aku Hiks..." terdengar suara Raina merintih. Sedikit aku tersintak dan panggilan itu terputus. Aku coba telfon kembali namun aku dapati nomornya tidak aktif seketika aku langsung panik. Pikiran buruk menjalar di otakku. Sedikit aku angkat badan Arum lembut dan menidurinya kembali diatas bantal, aku mengkhawatirkan Raina, segera aku pakai pakaianku dan bergegas menemui Raina.  Sesampai disana  dengan cemas aku coba memencet bel di kamar hotelnya Raina. Tak butuh waktu Lama Raina membuka dengan wajah sembab dia tampak kacau sekali. Perlahan aku masuk dan berkata.  "Na ada apa?" tanyaku, reflek mantan istriku memelukku dan menangis tersedu-sedu.  "Ada apa Raina? Apa pria bejat itu datang lagi? Dimana dia biar aku beri dia pelajaran." ujarku geram. Jawaban Raina hanya tangisan dan dekapan pelukannya yang  lebih er
Read more
Bab 58
POV ARUM Tuhan tolong beri aku kekuatan, semalam aku dapati mas Hadi pergi keluar dan kembali sebelum shubuh. Selama umur pernikahan kami, baru kali ini ia lakukan itu padaku. Aku sudah yakin mas Hadi telah membagi cintanya, entah bagaimana caranya aku kuat semalaman. Aku sudah muak. Aku tidak sanggup lagi menderita. Aku harus beberkan ke media. Publik terlanjur menuduh aku yang buruk. Padahal aku hanya korban dari segala pelik ini. Mas Hadi entah bagaimana rasanya hatiku sekarang. Kamu membagi cinta untuk mantan istrimu. Segala dongeng indah tentang kita di masa lalu itu hanyalah sebuah hiburan belaka untuk bisa aku kenang. Aku nanar menunggu wartawan datang ke ruang utama. "Permisi selamat pagi Mbak Arum?" tanya salah seorang wartawan, aku sedikit tersintak dari lamunanku, tadinya aku fikir aku akan beberkan skandal mas Hadi. Tapi tak adil rasanya jika aku permalukan suamiku dihadapan publik. Lagi pula ini baru pertama ka
Read more
Bab 59
POV HADI Dengan langkah gontai aku coba melangkah ke mobil. Dadaku terasa sakit aku bingung mau menyusul Arum yang pergi bersama Aldi sekarang atau kembali pulang, bahkan aku tidak tau bagaimana bicara pada Caca nanti yang ada di rumah, sungguh Aku masih belum percaya kalau Arum mengetahui ini, bisa-bisanya rumah tanggaku hancur dalam sekejap. Padahal aku tidak pernah ingin berniat mengkhianatinya, aku masih menjaga batasanku hingga sejauh ini. Aku tidak bisa jika Arum pergi dan beranggapan bahwa aku telah berkhianat. "Oh Tuhan tolong aku "lirihku dengan mata berkaca-kaca dengan berat hati aku menyalakan mesin mobil dan melaju pulang.  Sesampai di rumah. Tanpa kata sepatah katapun aku berlalu kekamar, aku kesal membanting semua yang ada. Berkali-kali aku coba mengusap wajahku agar tidak terlihat lemah. Namun aku tidak bisa. Aku terhenyak di kasur dengan air mata merintik. &
Read more
Bab 60
POV ARUM. Setelah melepas mas Tama pergi Aldi mengantarku kerumah. Aku terdiam sejenak melihat rumah itu, rumah ini masih terlihat bagus dan rapi. Karna memang aku selalu sewa jasa pekerja untuk membersihkannya tiap hari. Sedikit aku menghela nafas dan coba membuka kunci pintu itu.  "Kamu yakin bakal disini sendirian?" tanya Aldi yang Ikut juga masuk sembari menggendong Andra. Sebelumnya Andra sempat rewel bersamaku hingga Aldi mengmbilnya dan anak itu anteng lagi.  "Nanti aku akan hubungi Inem Al, dia pembantuku sebelumnya. Semoga saja dia masih bisa bekerja denganku." ujarku. Aldi mengangguk.  "Maaf aku belum sempat belanja, belum ada apa-apa di dapur. Kamu duduklah Al. Sini Andranya." ucapku mengambil anakku di gendongannya.  "Tak apa Rum, dia anteng sama aku." ujarnya. Aku mendegup dan coba kembali berkata gugup.&n
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status