All Chapters of Di Antara Dua Nama: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
Sebelas
Pram, Liana dan Alex saling berpandangan. Namun tiba-tiba ponsel Pram berdering. "Halo, ada apa Puri?" tanya Pram. "Apa? Mama sakit lagi? Seperti kemarin malam?" Pram tampak cemas. "Kenapa lagi dengan Tante?" Alex ikut cemas mendengar ucapan Pram. "Segera bawa ke rumah sakit. Aku akan menyusul sekarang juga!" "Pram, kenapa dengan Tante Sekar?" "Mamaku kambuh lagi, aku harus segera ke rumah sakit!" Pram bergegas meninggalkan Liana dan Alex. Alex terlihat ingin menyusul Pram namun ia merasa tak enak hati dengan Liana karena belum memesan makanan sama sekali. "Pergilah!" ujar Liana mengerti kecemasan di wajah Alex. "Tapi, kita pesan makanan saja belum, Li!" sahut Alex. "Sepertinya ada hal lain yang lebih kau cemaskan saat ini. Acara makan malam kita masih bisa dilakukan lain kali." Liana meyakinkan
Read more
Dua Belas
Diwali kembali tersenyum licik. Ia mendekat ke arah Alena, menyusuri tubuh Alena dengan kedua matanya. "Jangan berpura-pura di depanku!" Alena yang tadi sedikit tegang kembali memasang ekspresi tenang dan angkuh." Siapa yang berpura-pura di depanmu?" Alena tak mau kalah, ia pun melempar senyum licik pada Diwali. "Kau tidak takut Pram mengetahui dengan siapa kau berada di Perth?" ancam Diwali. "Takut? Kenapa aku mesti takut?" tantang Alena. "Mama dan Pram begitu memujamu. Andai mereka tahu kebohonganmu, kira-kira apa yang akan mereka lalukan?" "Langsung saja, kau menginginkan apa dariku?" jawab Alena malas. "Aku menginginkanmu!" bisik Diwali di telinga Alena. "Sudah kukatakan tempo hari, kau punya apa untuk mendapatkan aku?" Alena bersidekap santai. "Pram adalah pemilik tunggal perusahaan Adiwiguna Plast. Lalu kau? Hanya seorang kar
Read more
Tiga Belas
Di atas tempat tidur, Puri menatap lekat suaminya. Diwali berdendang ceria sembari mengeluarkan krim malam lalu mengoleskannya di wajah dan meratakannya. "Mas!" panggil Puri tajam. Diwali tak menjawab, ia hanya memandangi Puri dari cermin. "Siapa perempuan tadi?" tanya Puri ketus. "Raisa?" sahut Diwali santai. Ia mencoba-coba parfum yang ada di meja rias. "Dia mantan kekasihku," lanjut Diwali enteng. Puri melotot. "Untuk apa dia kemari?" "Ya, mana aku tahu? Tadi dia menemui Alena, kan? Bukan menemui aku?" tukas Diwali menyemprotkan salah satu botol parfum pada lengan panjang piyamanya.Puri diam dengan wajah ditekuk. Diwali melirik Puri. "Tiap malam disuguhi wajah cemberut. Wajah ditekuk. Bagaimana aku mau senang berada di rumah?" "Aku kesal karena dia mantan kekasihmu, Mas!" "Mantan itu ya mantan! Aku dengan d
Read more
Empat Belas
Nyonya Sekar melirik jarum jam. "Sudah jam sembilan pagi, kemana Alena? Biasanya ia sudah bersantai di ruang tamu. Ia juga tak ikut sarapan tadi. Atau kalaupun ia pergi, pasti ia pamit padaku," gumam Nyonya Sekar. Menunggu beberapa saat dengan wajah gelisah. Nyonya Sekar mulai panik. Ia mondar-mandir mengelilingi sofa ruang tamu. Jantungnya mulai berdebar tak karuan. Ia ingin Alena ada dalam jangkauan pandangannya saat ini. Nyonya Sekar mulai menggigiti ujung kuku jempol tangannya. "Alena, Alena, kau di mana?" gumamnya gemetar. Ia khawatir Alena akan pergi lama seperti ia pergi ke Perth. Entahlah, Nyonya Sekar mulai merasakan kekhawatiran yang luar biasa terhadap Alena sejak kepergiannya ke Perth. Murni mengerutkan kening melihat Nyonya Sekar gelisah dan mondar-mandir sembari menggumamkan nama Alena. "Nyonya, Nyonya kenapa?" tanya Murni hati-hati. "Alena, kau lihat Alena?" "Nyonya Ale
Read more
Lima Belas
Alena melepaskan rangkulannya di leher Pram. Otaknya mulai bekerja ekstra. Dadanya bergemuruh. Ia benci harus berbohong. Ia benci merasakan perasaan kikuk, bingung dan merasa bersalah takkala sebuah kebohongan terungkap. Alena menelan ludah kering."Pram, sebenarnya masih ada yang aku sembunyikan darimu," lirih suara Alena.Pram diam, menunggu kelanjutan ucapan Alena."Aku minta maaf, aku bingung. Pram!""Katakanlah, apa yang selama ini masih kau sembunyikan dariku hingga kau berani membohongiku," sahut Pram pelan."Tapi, aku pernah bilang padamu, kita saling menghargai privacy kita, bukan?" tanya Alena hati-hati."Kita adalah suami isteri. Pernikahan kita bukan sandiwara ataupun hubungan bisnis. Kau dan aku saling menyukai. Aku berhak tahu kenapa kau berbohong!""Biarkan aku menemui mamamu, setelah itu kita bicara di kamar," mohon Alena.
Read more
Enam Belas
Pram mengasihi Alena tanpa syarat. Ia memahami betapa hancur dan sakitnya Alena saat diruda paksa ayah kandungnya sendiri. Rasa iba dan juga cinta menjadi satu. Namun jika Alena sampai bermain api di belakangnya setelah menjadi istrinya, Pram masih harus berpikir berulangkali untuk bisa menerima Alena apa adanya.Tapi benarkah Alena telah bermain api di belakangnya? Foto. Ya, foto yang ia terima tadi siang bisa saja hanya rekayasa. Hati kecilnya masih mempercayai kesetiaan Alena untuknya. Pram meyakinkan dalam hati jika Alena adalah istrinya yang cantik dan setia.Foto-foto mesra Alena dengan Arya sudah Pram bakar tak bersisa. Ia memutuskan untuk mempercayai Alena. Tak perlu bertanya, tak perlu mencari tahu. Namun, pesan singkat dari nomor yang tak dikenalnya membuatnya kembali meragukan keyakinannya. Kenali Istrimu lebih dalam!Pram menyugar rambutnya gundah. Setelah menerima paket foto tadi siang ia membatalkan
Read more
Tujuh Belas
"Kapan kalian bulan madu?" tanya Nyonya Sekar pada Pram dan Alena.Alena bertanya pada Pram dengan tatapannya."Aku masih belum bisa meninggalkan perusahaan untuk waktu yang lama, Ma," sahut Pram hati-hati.Nyonya Sekar menghela napas. "Bisa, Pram. Kau hanya terlalu khawatir. Ayahmu dulu sering mengajak Mama bepergian."Alena tersenyum. "Aku tak apa-apa, Ma. Bulan madu di rumah pun sudah sangat nyaman," timpal Alena."Kau biarkan Alena bulan madu ke Perth dengan pekerjaannya sendirian. Kenapa saat itu tidak kau temani?" protes Nyonya Sekar."Mana bisa pergi bekerja disambi bulan madu, Ma?" kelit Pram."Mama ingin segera menimang cucu," ucap Nyonya Sekar.Pram dan Alena saling berpandangan."Memberi cucu tidak harus bulan madu, bukan?" ucap Pram pelan."Bagaimana, Alena? Sudah ada tanda-tanda perutmu diisi calon Pram j
Read more
Delapan Belas
Pram menelungkupkan kepala di atas meja kerjanya. Membayangkan betapa pernikahannya yang manis dan indah harus ternoda oleh kebohongan Alena. Ingin sekali ia bertanya pada Arya, ada hubungan apa antara dia dengan Alena. Namun ia belum mampu menghadapi kenyataan jika memang di antara mereka benar terjalin sebuah hubungan terlarang.Dering ponsel mengagetkan Pram."Halo, Ma!""Alena di kantormu?" tanya Nyonya Sekar di seberang telepon, suaranya terdengar sedikit panik.Kemana Alena? Bukankah kepergian mereka ke panti asuhan dibatalkan?"Alena sedang menemui seorang klien, Ma," sahut Pram berbohong, ia tak ingin mamanya panik memikirkan Alena."Ia izin padamu?" tanya Nyonya Sekar."Tentu saja," sahut Pram. Mungkin sebentar lagi ia pulang, Mama tak usah panik, ya!" imbuh Pram menenangkan."Baiklah. Ya, sudah." Nyonya Sekar mengakhiri panggilan
Read more
Sembilan Belas
Alex masuk ke kamar Nyonya Sekar dengan langkah riang dan wajah ceria."Halo, tanteku cantik, tanteku sayang!" Alex memeluk Nyonya Sekar lalu duduk bersisian di tepi tempat tidur."Kenapa lagi?" tanya Alex sembari memijat lengan Nyonya Sekar."Kau tidak kuliah?" Nyonya Sekar bertanya balik."Aku yang punya kampus jadi bebas mau kuliah atau tidak," sahut Alex."Anak nakal!" ujar Nyonya Sekar tersenyum."Tante sakit apa? Memikirkan aku?"Nyonya Sekar mesem."Masih memikirkan anak emasmu?"Nyonya Sekar kembali mesem."Bagaimana kalau kita shopping?" tanya Alex lagi."Kemarin Tante sudah shopping dengan Alena.""Sering sekali kalian shopping. Tante, apa Alena memenuhi semua kriteria sebagai menantu idaman?"Nyonya Sekar mengangguk mantap."Kam
Read more
Dua Puluh
Pagi hari, Pram sudah siap duduk di meja makan. Sikapnya biasa saja. "Kau tidak membangunkan istrimu?" tanya Nyonya Sekar sembari tersenyum senang. "Alena tidak pulang semalam. Dia...." "Dia tidur di kamar Mama," tukas Nyonya Sekar cepat. Terlihat rona bahagia di wajahnya. Pram terbelalak. "Bagaimana bisa dia tidur di kamar Mama?" "Jam sebelas malam ia pulang, langsung menemui Mama. Ia minta maaf karena selalu pergi tanpa pamit dan malam itu ia memohon menemani Mama." Pram menelan ludah kering. Bisa-bisanya Alena berani datang lagi ke rumah ini dan tidur di kamar Mama? "Biar aku bangunkan dia," ucap Pram hendak berdiri. "Tidak usah, biar dia bangun dengan sendirinya. Semalam Mama lihat wajahnya teramat lelah. Biarkan ia bangun sendiri," sergah Nyonya Sekar cepat. Pram menahan gemelutuk giginya. Ia tak hab
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status