All Chapters of Di Antara Dua Nama: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Dua Puluh Satu
"Tuan...." Murni berdiri dengan wajah cemas di depan pintu kamar Nyonya Sekar.Pram menghela napas dalam. "Biar aku yang jelaskan!" Pram masuk ke kamar Nyonya Sekar. ""Alena pergi, kemana ia?" tanya Nyonya Sekar dengan wajah agak pucat, napasnya sedikit tersengal.Pram merengkuh kedua bahu mamanya dengan lembut. "Ma, sebelum menikah denganku, Alena adalah wanita yang mandiri dan bebas. Sering bepergian dan ia juga salah satu penyokong finansial terbesar panti asuhan Ibu Rengganis. Ia terbiasa mencari uang sendiri dengan caranya. "Tak bisakah uangmu dan uang Mama menggantikan semua kebutuhan Alena selama ini?" Pram menarik napas berat. "Bisa, Ma. Tapi Alena tipikal wanita bebas. Aku dan dia sudah berkomitmen, tak akan menganggu kesenangannya beraktivitas di luar sana, menjemput rezeki dengan keahliannya.""Tapi dia isterimu. Sudah selayaknya dia patuh padamu.""Aku yang tak ingin mengekangnya," sahut Pram pelan namun
Read more
Dua Puluh Dua
Malam yang dingin, rintik hujan sejak siang tadi membasahi semesta tanpa henti. Membuat jiwa-jiwa yang sepi semakin tenggelam dalam sunyi tanpa kehangatan. Pram memandangi rintik hujan dari balik jendela kafe dengan tatapan kosong. Perasaan sedih, kecewa dan sakit hati sekaligus cinta masih bergumul di hatinya. Pram merindukan Alena namun di saat yang sama ia membencinya. Selain ruang kerjanya di perusahaan, saat ini Pram juga membenci kamarnya. Ia tak ingin pulang ke rumah. Ada banyak foto dan kenangan manis bersama Alena di sana. Entah kekuatan dari mana, saat itu Pram menekan nomor ponsel Alena. Tak lama, Alena menjawab panggilan telepon Pram. "Ada satu yang ingin aku tanyakan," ucap Pram tanpa basi-basi. "Bersama siapa saat kau berada di Perth? Arya?" Alena tak langsung menjawab. Namun hela napasnya terdengar jelas di telinga Pram. "Aku bersama Devian, kekasihku
Read more
Dua Puluh Tiga
"Alena sedang berada di Bali," jawab Pram sekenanya."Berapa lama dia di sana?" tanya Diwali."Satu Minggu."Diwali tersenyum lembut pada Nyonya Sekar. "Ma, Alena sedang bekerja. Tak bisa Mama menjadikan Alena seperti Puri. Puri hanya ibu rumah tangga. Jauh sebelum mengenal Pram, Alena adalah wanita bebas, mandiri dan punya banyak jadwal bepergian. Pram sebagai suaminya tidak keberatan dengan aktivitas Alena. Bukankah begitu, Pram?" Pram mengangguk mendengar ucapan Diwali. Pram tak tahu jika kalimat terakhir Diwali mengandung makna yang lain.Nyonya Sekar terdiam. Ia masih tetap bersikukuh menginginkan Alena tak usah bepergian. "Sekarang Mama minum obat dulu sebelum makan, ya," ujar Puri.Nyonya Sekar menggeleng lalu memejamkan mata. Bulir bening nampak menetes di sudut matanya.Pram merasa sangat prihatin dan merasa bersalah pada mamanya. Ia tak mungkin menceritakan siapa Alena sesungguhnya. Hati Nyonya Sekar pasti
Read more
Dua Puluh Empat
Pram masuk ke dalam mobil. Tak jauh di depannya, Liana masih cemberut berjalan di samping Alex. Keduanya masuk ke dalam mobil Alex. Sebuah ide gila terbersit di benak Pram. Namun segera ia tepis. Alena dan Liana adalah dua karakter yang berbeda. Tak mungkin Liana bisa menjadi seperti Alena.Sementara itu Liana betah menekuk wajahnya meski Alex berusaha menghiburnya."Kau kenapa dengan sepupuku? Ponselmu sudah ia ganti, bukan?" tanya Alex."Iya sudah ia ganti tapi entahlah, aku sungguh tak menyukai sepupumu itu. Mentang-mentang ia kaya, sikapnya sombong sekali," sahut Liana.Alex tersenyum. "Pram cenderung pendiam dan dingin di permukaan, bukan sombong. Kau hanya belum mengenalnya. Ia sangat baik dan hangat sebetulnya," bela Alex."Jelas kau membelanya, dia sepupumu!" tukas Liana."Dia sedang ada masalah dengan istrinya  dan tadi kau tiba-tiba saja menyindir dia tak je
Read more
Dua Puluh Lima
"Bisa-bisanya sepupumu itu menawariku lima ratus juta untuk berpura-pura jadi istrinya," sungut Liana di dalam mobil saat Alex mengantarnya pulang dari kafe Ririn."Kalau kau keberatan tak usah kau terima," saran Alex."Tapi tawaran itu demi mamanya, bukan?" tanya Liana.Alex mengangguk."Kenapa tidak berterus terang saja kalau dia sudah berpisah dengan istrinya?" "Kondisi Tante sungguh di luar dugaan. Aku juga heran kenapa Tante menderita sakit psikosomatis. Selama ini beliau sehat-sehat saja.""Beri tantemu audio hypnoterapi agar perasaan dan pikirannya rileks. Ajaklah berlibur, pergi berwisata atau apapun itu. Jangan biarkan tantemu selalu sendirian. Biasanya, orang-orang dengan gangguan psikis itu takut dengan kematian. Nah, tantemu rasa-rasanya tak masuk akal, beliau khawatir jika istri sepupumu itu kabur atau bagaimana?""Orang yang menderita sakit pikiran memiliki banyak alasan yang tak masuk akal, kok!" sahut Pram.
Read more
Dua Puluh Enam
"Baju-baju Alena masih tersisa banyak. Kau bisa memakainya," ucap Pram pada Liana saat mereka berada di dalam kamar."Aku tidur di kamar ini?" tanya Liana dengan ekspresi enggan."Kau istriku, lalu kau mau tidur di mana?" sahut Pram dingin."Kita hanya pura-pura menjadi suami istri!" ralat Liana ketus."Ya. Kau bisa tidur di ranjang. Biar aku tidur di sofa." Pram melengos kaku.Liana mencebik sebal pada Pram. Lalu kembali memilah-milah baju Alena dengan mengernyit. "Semua baju istrimu sungguh tak layak pakai!" ujar Liana."Besok pergilah berbelanja baju apa saja yang kau suka. Ingat, baju yang mahal. Bukan kaus dan jeans belel yang selalu kau pakai. Alena tak akan pernah memakai baju sederhana sepertimu!" jawab Pram."Cih, sombong sekali! Memang kenapa dengan kaus dan celana jeans? Oh, sungguh, di mana letak nyamannya memakai model baju seperti ini?" Liana menggerutu kesal.Liana mengam
Read more
Dua Puluh Tujuh
Liana memejamkan mata dan menahan napas."Kau itu bisa akting tidak, sih?" tegur Pram memicingkan mata.Liana makin ciut."Bisa berpura-pura menjadi seorang istri yang manja pada suaminya?"Liana mengangguk pelan. Ia merapatkan lengan Pram ke tubuhnya."Bibirmu pucat, pakai lipstick yang sedikit cerah!""Warna lipstick-ku pink muda semua," keluh Liana.Pram menghela napas. "Hari ini aku temani kau berbelanja. Biar aku pilihkan apapun untukmu sesuai selera Alena. Jangan mendebatku!" Pram melangkah, memaksa Liana tetap menggandengnya.Liana terpaksa berjalan dengan menggandeng Pram erat. Jantungnya berdegup kencang.Setelah Liana mengambil tas di kamar. Keduanya siap berangkat."Memangnya istrimu selalu menggandengmu seperti ini di dalam rumah?" tanya Liana penasaran."Iya," jawab Pram pende
Read more
Dua Puluh Delapan
Liana duduk menopang dagu di salah satu meja kafe Ririn. Sementara Ririn memperhatikan apa yang dikenakan Liana."Baru sehari kau jadi artis, penammpilanmu langsung berubah. Tas branded, baju kualitas premium, sepatu keren. Sayang, riasan wajahmu masih terlalu natural!"Liana masih diam mendengarkan ocehan Ririn."Apa kubilang, kau dan pemilik PT. Adiwiguna Plast sebetulnya ada sesuatu, kalian terhubung satu sama lain. See?""Antar aku beli make up, yuk!" ajak Liana tak mempedulikan ocehan Ririn. "Ajari aku memakai riasan wajah. Oh, aku disuruh sering-sering ke salon, dia bilang rambutku kurang berkilau!"Ririn bertepuk tangan senang. "Sungguh hebat artis kita satu ini, fasilitas serba kelas satu. Ah, aku iri!""Kau mau membantuku tidak? Aku harus cepat-cepat karena sore sudah harus ada di rumah besar itu lagi!" gerutu Liana."Ap
Read more
Dua Puluh Sembilan
Di kamar, Liana mengeluarkan semua yang dibelikan oleh Pram. Lalu setelahnya hanya berdiri memandangi semua barang itu. Kemudian ia memasukkan semuanya di sebelah gantungan baju-baju Alena. Ia tak berniat menyingkirkan baju mantan istri Pram. Siapa tahu suatu saat wanita itu akan mengambilnya.Perlahan ia mengeluarkan semua alat rias wajah. Menelisiknya satu-satu. Ia bingung bagaimana memakainya. Teringat pesan Ririn untuk membuka youtube. Di sana banyak tutorial lengkap mengaplikasikan skincare dan make up pada wajah.Nyaris setengah hari Alena menelusuri berbagai video di youtube. Lalu coba-coba ia belajar sendiri. Hasilnya? Tetap tidak setebal riasan wajah Alena. Namun Liana sudah menyulap wajahnya menjadi lebih bersinar. ***"Ani, Alena kemana?" tanya Nyonya Sekar di ruang tengah rumah."Ada di kamarnya, Nyonya. Sepertinya sedang melihat-lihat acara di youtube," sahut Ani.Nyonya Alena tersenyum senang. Ia menyukai keberadaan Alena
Read more
Tiga Puluh
"Kamila?" tegur Pram yang sudah berada di belakang Kamila.Kamila seketika berbalik lalu mengecup kedua pipi Pram. Pram lekas menepis."Tolong hargai aku dan Alena!" Pram menunjuk Liana yang masih bingung dengan kedatangan Kamila."Oh, aku lupa kalau dia itu istrimu!" sahut Kamila melenggang masuk lalu duduk santai di sofa ruang tamu."Aku akan panggilkan Mama. Aku harus ganti baju!" sahut Pram pada Kamila. Lalu ia memberi kode pada Liana untuk menggandeng lengannya. Liana segera menghampiri Pram dan menggandengnya mesra. Ia hanya tersenyum ramah pada Kamila. Pram dan Liana berlalu dari ruang tamu.Kamila sedikit mengerutkan kening melihat penampilan Liana yang memakai baju tak seperti biasanya. Tapi dia lalu tak terlalu peduli dengan apa yang Liana kenakan.Pram bertemu dengan Tuti di koridor menuju kamar. "Tuti, tolong panggilkan Mama. Ada Kamila di ruang tamu!" perintah Pram.Tuti mengangguk d
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status