Semua Bab MARCO-POLO: Bab 21 - Bab 30
54 Bab
MP-21. North is Hope
Saat tim dari Marco berhasil memanen kacang hijau dan terong yang mereka dapat pada sebuah lahan pertanian, sebuah panggilan masuk dari tim Polo. Fabio segera menjawab. "Yes?" "Kalian cepatlah kembali. Ada informasi penting yang akan mengejutkan kalian. Bertemu di helipad," jawab Polo yang langsung diteruskan oleh Fabio kepada kawan-kawannya. "Wah, apa itu? Apakah Polo dan lainnya berhasil menyelamatkan pria itu?" tanya Lucas dengan sebuah karung berisi banyak terong. "Mungkin. Ayo, kita harus bergegas. Aku bisa mencium bau monster dekat sini," sahut Marco yang tentu saja mengejutkan semua orang. Mobil yang dikemudikan Irina segera melaju pesat meninggalkan kawasan pertanian menuju ke Mall tempat helikopter mereka mendarat. Marco bisa melihat atap Mall ketika Chen menyalakan sebuah suar dengan asap berwarna jingga. Irina segera memarkirkan mobil di tempat ia menemukannya. Marco dan lainnya bergegas masuk melew
Baca selengkapnya
MP-22. Leave Florida
Keesokan harinya, kelompok dari Polo sudah bersiap untuk meninggalkan Florida. Namun ternyata, Pamungkas tak ingin meninggalkan kota tersebut. "Kenapa, Paman? Di Utara, kau bisa hidup lebih baik. Di sini kau sendirian," tanya Polo terheran-heran. Pamungkas tersenyum. "Aku ingin memastikan, semua manusia yang tersisa di kota ini berhasil selamat dan menuju Utara. Aku belum menyusuri kawasan dekat perbatasan. Aku yakin, jika masih ada manusia yang bertahan di sana. Biasanya, mereka muncul saat musim dingin, dan aku akan bertahan selama yang aku bisa. Kalian pergilah, tak usah mencemaskanku. Ini sudah pilihanku, dan ini takdirku," ucapnya dengan senyum tipis. "Bullshit! Ucapanmu sungguh tak masuk akal, Pak tua! Kau mengorbankan hidupmu untuk orang-orang yang bahkan tak kau kenal! Kau bahkan rela mati untuk mereka!" pekik Marco kesal dan melotot tajam pada asal Indonesia itu. "Sebelumnya aku juga tak mengenal kalian. Namun, jika aku bisa memastik
Baca selengkapnya
MP-23. Fly
Semua orang dalam helikopter dirundung kesedihan. Marco yang sudah ditarik ke atas oleh Bruno dan Robin tak bisa menghentikan isak tangisnya. "Dia sungguh bodoh ... Kenapa dia mengorbankan nyawanya seperti ibu? Kita saja baru semalam bersamanya," ucap Marco dengan suara bergetar dan air mata terus mengalir mewakili rasa penyesalannya. "Sudahlah, Marco. Tangisan kita tak bisa membawanya kembali. Dia sudah tahu konsekuensinya. Pamungkas seorang pemberani, dia penolong. Apa kalian tak dengar ucapan terakhirnya?" tanya Polo menatap wajah Saudaranya lekat yang sudah tergenang oleh air mata. Semua orang terdiam. Pertanyaan itu seakan ditujukan untuk mereka. "Oh! Tentang ia menitipkan salam untuk kawan-kawannya?" sahut Irina menebak. "Ya. Dan kalian ingat jika ia mengatakan bahwa dia salah satu penjaga? Menurutku, banyak orang-orang seperti Pamungkas di luar sana, termasuk ayah dan ibuku," tegas Polo. "Apakah ... Tiap kota besar ada penjagany
Baca selengkapnya
MP-24. California
Polo beranjak dari tempatnya. Ia memilih kembali ke dalam helikopter dan memastikan semua persediaan bahan bakar yang mereka temukan cukup sampai tujuan berikutnya. "Marco. Aku rasa, cara yang kita lakukan sama dengan yang orang tuamu lakukan. Kau ingat, ketika kita menemukan para monster di dalam gym? Mereka pasti dipancing dan dikurung di sana," sahut Irina mengintip dari balik jendela di mana kepulan asap mulai memudar dan terlihat para monster tenang di dalam sana terkena dampak gas halusinasi. "Ya. Aku setuju denganmu, Irina. Tugas kita berikutnya adalah mencari penawarnya. Kita bisa mengembalikan populasi manusia. Kehidupan kita bisa kembali seperti dulu," jawabnya gembira, dan Irina mengangguk setuju. Irina menandai lokasi hanggar di Chicago tersebut sebagai salah satu tempat kurungan para monster. Ada sekitar 20 monster di dalam sana. "Muatan penuh! Kita berangkat!" teriak Polo dari pintu palka belakang helikopter. Semua orang segera m
Baca selengkapnya
MP-25. Red Skull
Kedatangan tim Marco-Polo disambut baik oleh kelompok wanita itu. Bahkan Chen dan kawan-kawannya langsung digandrungi oleh para wanita yang tergabung dari berbagai ras tersebut. Para pria itu terlihat malu karena sudah lama tak dekat dengan wanita. "Kalian berdua, ikut aku," ajak wanita berambut tosca menunjuk si kembar. Irina terlihat canggung karena ia seperti diabaikan. Namun, wanita berambut merah mengajaknya ke suatu tempat. Irina ikut dengannya. "Apakah ada anggota lain di luar sana?" tanya wanita itu menatap Irina lekat. Irina mengangguk. "Ajak mereka kemari. Di luar tidak aman." Irina dengan sigap menghubungi kawan-kawannya yang menjaga helikopter. Namun, radio miliknya tak tersambung dengan crew yang berada di sana. Irina mulai cemas. "Tentu saja. Kami memiliki pemblokir sinyal. Di mana tempatnya. Kau ingat? Kita jemput mereka saja," ajak wanita berambut merah. Irina setuju dengan usulan tersebut. Irina pamit kepada kawan-kawa
Baca selengkapnya
MP-26. Trapped
Polo dan Marco panik seketika. Galina terlihat santai dan kembali merokok di kursinya tak ikut bermain. Dua wanita tak dikenal mendekati dua pria tampan itu dengan pakaian dalam yang membuat tubuh mereka begitu menggiurkan dan sangat disayangkan jika tak disantap.Namun, si kembar merasa jika hal ini tidak benar. Marco yang memiliki kemampuan lebih, dengan sigap menyelinap ke samping seorang wanita yang akan memeluknya.CEKLEK!"Polo!" teriak Marco yang berhasil membuka pintu dan kini berada di luar.Namun Polo yang tak siap, tak bisa kabur dari dua wanita yang berdiri menghalanginya."Marco!" teriak Polo panik saat dirinya dipegangi kuat oleh dua wanita perkasa tersebut. Tubuhnya langsung terhempas di atas sofa panjang dan pinggulnya dengan cepat diduduki oleh salah satu wanita tersebut."Bagaimana dia melakukannya?" guman Galina heran karena tak melihat pergerakan Marco yang cepat itu."A-aku akan cari bantuan!" teriaknya p
Baca selengkapnya
MP-27. Deal
Di ruang kerja Galina. Polo menandatangani sebuah kontrak kerjasama dengan Red Skull yang berisi 3 poin penting. Poin pertama menyebutkan, jika para wanita Red Skull hamil, maka pria yang menghamilinya dibebaskan dengan catatan membuat pengakuan jika bayi yang dikandungnya adalah anak darinya. Pria itu diizinkan memberikan nama dan menemui sang anak ketika lahir nanti. Polo merasa, kawan-kawannya berhak untuk mendapatkan kesempatan berkeluarga meski dengan cara yang salah. Poin kedua. Jika selama 1 bulan mereka menetap di sana, dan wanita yang sudah berhubungan dengan pria tersebut tak hamil, pria itu harus melakukannya dengan wanita lainnya dan akan terus seperti itu sampai wanita yang ditidurinya mengandung. Polo tertekan, tapi hati kecilnya mengatakan jika cara yang ditempuh oleh Galina untuk mengembalikan populasi ada benarnya. Polo kembali membubuhkan tanda tangannya di poin tersebut. Poin terakhir. Polo dan tim
Baca selengkapnya
MP-28. Sudden Attack
Di ruang kerja Galina Red Skull. "Kau yakin dengan keputusanmu, Polo? Apa kau yakin jika bisa melakukannya? Apa kau tak menghitung jumlah wanita di tempat ini? Sebegitu tangguhnya 'kah dirimu?" tanya Galina terkesan menyindir. "Intinya, biarkan kawan-kawanku pergi setelah satu bulan di sini. Sebagai jaminannya, aku, Bruno, dan Robin menetap di sini sampai poin satu dan dua terlaksana," tegas Polo menatap Galina tajam. Galina yang diapit dua wanita Red Skull di sisi kiri kanannya saling melirik seraya menunjukkan senyum tipis. "Deal," jawab Galina sembari menjentikkan jari. Wanita berambut merah segera membuat ketikan kesepakatan baru yang diajukan oleh Polo. Di kamar yang di tempati oleh Irina. Terlihat para pria itu seperti merasa bersalah kepada Polo, Bruno dan Robin karena rela menyerahkan diri demi kebebasan mereka. "Mereka datang!" pekik Irina yang duduk di bingkai pintu, menekuk kedua lutut dan
Baca selengkapnya
MP-29. Evacuation
BROOM!! Galina dan anak buah Polo berusaha untuk menahan para monster yang berusaha masuk ke dalam basement. Polo bergegas mendatangi Marco dan meminta semua orang untuk keluar dari markas karena Galina akan meledakkan gedung. Tentu saja, kabar itu mengejutkan semua orang. Namun, Marco dan para anggota Red Skull menghargai usaha Galina untuk menyelamatkan mereka. "Cepat! Semua bersiap di motor!" teriak wanita rambut merah mengomandoi, dan para wanita berpenampilan seperti anak punk itu bersiap. Mereka saling berboncengan dengan senapan dalam genggaman. Irina terlihat gugup saat ia diminta berboncengan dengan Polo. "Aku akan baik-baik saja. Aku akan pergi lebih dulu ke helikopter," ucapnya lalu meninggalkan kecupan di pipi sang kekasih, meski terlihat jelas kekhawatiran di matanya. "Hati-hati," pinta Irina terlihat sedih. Marco segera berlari mendatangi mobil dan duduk di bangku sebelah Galina.
Baca selengkapnya
MP-30. Boat
Orang-orang yang duduk di bangku segera melepaskan seat belt. Mereka memeriksa seluruh muatan dan bagian dalam helikopter untuk melihat benda apapun yang mencurigakan. Hingga akhirnya, sebuah pekikan dari Lucas mengejutkan semua orang. "Hei! Hei!" panggilnya lantang, dengan tengkurap di lantai helikopter dan kepala menoleh ke bawah dudukan. "Apa yang kautemukan?" tanya Polo mendekat. "Itu apa?" tanyanya cemas menunjuk. Mata Polo melebar. Ia melihat sebuah kotak berkedip dan ia yakin jika benda itu bukan miliknya, apalagi isi muatan yang mereka bawa. Galina ikut mengintip dan matanya menyipit. "Itu ... itu alat pelacak! Lemparkan benda itu keluar dari helikopter! Cepat!" perintahnya lantang, dan Lucas segera mengambil benda tak dikenal itu. Namun, saat Lucas menariknya, tiba-tiba .... KLEK! PIPIPIPI! "Lucas! Lepaskan!" teriak Galina lantang yang masih berjongkok di sampingnya. Benar saja, BL
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status