Polo dan Marco panik seketika. Galina terlihat santai dan kembali merokok di kursinya tak ikut bermain. Dua wanita tak dikenal mendekati dua pria tampan itu dengan pakaian dalam yang membuat tubuh mereka begitu menggiurkan dan sangat disayangkan jika tak disantap.
Namun, si kembar merasa jika hal ini tidak benar. Marco yang memiliki kemampuan lebih, dengan sigap menyelinap ke samping seorang wanita yang akan memeluknya.
CEKLEK!
"Polo!" teriak Marco yang berhasil membuka pintu dan kini berada di luar.
Namun Polo yang tak siap, tak bisa kabur dari dua wanita yang berdiri menghalanginya.
"Marco!" teriak Polo panik saat dirinya dipegangi kuat oleh dua wanita perkasa tersebut. Tubuhnya langsung terhempas di atas sofa panjang dan pinggulnya dengan cepat diduduki oleh salah satu wanita tersebut.
"Bagaimana dia melakukannya?" guman Galina heran karena tak melihat pergerakan Marco yang cepat itu.
"A-aku akan cari bantuan!" teriaknya p
Di ruang kerja Galina. Polo menandatangani sebuah kontrak kerjasama dengan Red Skull yang berisi 3 poin penting. Poin pertama menyebutkan, jika para wanita Red Skull hamil, maka pria yang menghamilinya dibebaskan dengan catatan membuat pengakuan jika bayi yang dikandungnya adalah anak darinya. Pria itu diizinkan memberikan nama dan menemui sang anak ketika lahir nanti. Polo merasa, kawan-kawannya berhak untuk mendapatkan kesempatan berkeluarga meski dengan cara yang salah. Poin kedua. Jika selama 1 bulan mereka menetap di sana, dan wanita yang sudah berhubungan dengan pria tersebut tak hamil, pria itu harus melakukannya dengan wanita lainnya dan akan terus seperti itu sampai wanita yang ditidurinya mengandung. Polo tertekan, tapi hati kecilnya mengatakan jika cara yang ditempuh oleh Galina untuk mengembalikan populasi ada benarnya. Polo kembali membubuhkan tanda tangannya di poin tersebut. Poin terakhir. Polo dan tim
Di ruang kerja Galina Red Skull. "Kau yakin dengan keputusanmu, Polo? Apa kau yakin jika bisa melakukannya? Apa kau tak menghitung jumlah wanita di tempat ini? Sebegitu tangguhnya 'kah dirimu?" tanya Galina terkesan menyindir. "Intinya, biarkan kawan-kawanku pergi setelah satu bulan di sini. Sebagai jaminannya, aku, Bruno, dan Robin menetap di sini sampai poin satu dan dua terlaksana," tegas Polo menatap Galina tajam. Galina yang diapit dua wanita Red Skull di sisi kiri kanannya saling melirik seraya menunjukkan senyum tipis. "Deal," jawab Galina sembari menjentikkan jari. Wanita berambut merah segera membuat ketikan kesepakatan baru yang diajukan oleh Polo. Di kamar yang di tempati oleh Irina. Terlihat para pria itu seperti merasa bersalah kepada Polo, Bruno dan Robin karena rela menyerahkan diri demi kebebasan mereka. "Mereka datang!" pekik Irina yang duduk di bingkai pintu, menekuk kedua lutut dan
BROOM!! Galina dan anak buah Polo berusaha untuk menahan para monster yang berusaha masuk ke dalam basement. Polo bergegas mendatangi Marco dan meminta semua orang untuk keluar dari markas karena Galina akan meledakkan gedung. Tentu saja, kabar itu mengejutkan semua orang. Namun, Marco dan para anggota Red Skull menghargai usaha Galina untuk menyelamatkan mereka. "Cepat! Semua bersiap di motor!" teriak wanita rambut merah mengomandoi, dan para wanita berpenampilan seperti anak punk itu bersiap. Mereka saling berboncengan dengan senapan dalam genggaman. Irina terlihat gugup saat ia diminta berboncengan dengan Polo. "Aku akan baik-baik saja. Aku akan pergi lebih dulu ke helikopter," ucapnya lalu meninggalkan kecupan di pipi sang kekasih, meski terlihat jelas kekhawatiran di matanya. "Hati-hati," pinta Irina terlihat sedih. Marco segera berlari mendatangi mobil dan duduk di bangku sebelah Galina.
Orang-orang yang duduk di bangku segera melepaskan seat belt. Mereka memeriksa seluruh muatan dan bagian dalam helikopter untuk melihat benda apapun yang mencurigakan. Hingga akhirnya, sebuah pekikan dari Lucas mengejutkan semua orang. "Hei! Hei!" panggilnya lantang, dengan tengkurap di lantai helikopter dan kepala menoleh ke bawah dudukan. "Apa yang kautemukan?" tanya Polo mendekat. "Itu apa?" tanyanya cemas menunjuk. Mata Polo melebar. Ia melihat sebuah kotak berkedip dan ia yakin jika benda itu bukan miliknya, apalagi isi muatan yang mereka bawa. Galina ikut mengintip dan matanya menyipit. "Itu ... itu alat pelacak! Lemparkan benda itu keluar dari helikopter! Cepat!" perintahnya lantang, dan Lucas segera mengambil benda tak dikenal itu. Namun, saat Lucas menariknya, tiba-tiba .... KLEK! PIPIPIPI! "Lucas! Lepaskan!" teriak Galina lantang yang masih berjongkok di sampingnya. Benar saja, BL
Siang itu, tim yang telah terbagi menjadi beberapa kelompok, berpencar di sekitar dermaga. Tim Polo beranggotakan si rambut merah muda dengan skin head di sisi kiri dan kanan yang dipanggil Pinky, si rambut pirang panjang bergelombang bernama Rea, si rambut hitam dengan potongan mohawk bernama Zeni, dan terakhir, wanita berkulit hitam dengan potongan rambut bob bernama Amber. Para wanita yang terlihat tangguh itu berkeliling mencari sumber listrik untuk mengisi ulang baterai strum untuk menghidupkan kapal. Polo mengincar sebuah yacht dengan kapasitas hingga 20 orang. Ia berharap kapal itu bisa dihidupkan dan membawa seluruh timnya pergi meninggalkan California menuju Utara. "Hei!" panggil Zeni seraya berlari menuju ke sebuah benda yang ia temukan. "Wow, skateboard. Temuan bagus," sahut Amber saat Zeni meletakkan salah satu kakinya dan ia meluncur dengan lincah. "Kau bisa menggunakan benda itu?" tanya Polo ik
Bykov terlihat seperti orang kebingungan. Galina menatap Bykov tajam dari tempatnya duduk. Irina dan lainnya diminta untuk menemaninya. Galina mengajak Polo untuk bicara serius di luar helikopter."Apakah ... dia salah satu penjaga?" tanya Polo menebak dan Galina mengangguk."Namun, aneh Polo. Penjaga tak diizinkan untuk pergi meninggalkan tempat kecuali tempat itu sudah tak bisa dipertahankan lagi. Tugas kami menjaga markas, dan mempertahankan kota itu. Seperti yang dilakukan Pamungkas dan kedua orang tuamu. Seharusnya aku juga tetap berada di California. Namun, setelah mendengar pernyataanmu, aku rasa memang sudah saatnya kami pergi karena tak ada lagi manusia yang tersisa selama aku menjaga kota itu," jawab Galina serius."Lalu ... Bykov bisa berada di sini. Bagaimana caranya? Krasnodar, bukankah ... itu salah satu kota di Rusia?" Galina mengangguk."Kita akan mencari tahu. Namun, kecurigaanku berpusat pada sosok pria yang kau lihat di gedung sedang me
Keesokan harinya, Marco yang masih dalam keadaan lemah dan dirawat dalam tabung, mulai dipindahkan ke yacht yang dipilih oleh Polo. Kapal tersebut mampu menampung hingga 20 orang. Anggota Red Skull berambut merah bernama Viona, berhasil mengumpulkan bahan bakar untuk kapal tersebut bersama anggota timnya. Yacht berhasil dinyalakan dan siap untuk berlayar meninggalkan California menuju Utara dengan bahan bakar terisi penuh. Di sebuah speed boat yang memiliki atap, tempat Bykov ditempatkan. "Bykov. Kau akan pergi bersama Polo dan lainnya. Polo anak dari Lopez dan Brian. Kau mengenal mereka 'kan?" tanya Galina menatap Bykov lekat, dan pria itu mengangguk pelan, meski masih terlihat seperti orang bingung. "Ada apa denganmu? Kenapa bisa seperti ini? Fokus, Bykov. Jika kau merasakan sesuatu, jangan sungkan katakan kepada anggota timmu. Mereka akan membantumu, oke?" Bykov mengangguk. Di helikopter.
Entah apa yang menggerakkan Ritz dan kekasihnya—Viona—tiba-tiba, suara klakson mobil mengejutkan empat orang yang duduk membelakangi mobil tersebut. "Oh, kalian baik sekali. Oke, masuk," ucap Ritz saat wajahnya melongok keluar dari kaca jendela mobil. Viona terlihat malu dan segera merapikan rambutnya yang berantakan dengan jemari tangannya. Polo mendengkus malas termasuk Edward. Empat orang itu segera mendekati mobil dan naik di bak belakang. Ritz terlihat tak merasa bersalah dan cuek saja di dudukkan kemudi menjadi sopir. BROOM! Mobil pergi meninggalkan Klinik tersebut kembali ke dermaga. Polo dan lainnya disambut oleh para anggota tim karena mereka pergi cukup lama di luar sana. Namun, orang-orang itu kembali dengan muatan penuh. Chen dengan segera membuat cairan infus untuk Marco dibantu oleh kekasihnya—Amy. Polo melihat jika saudara kembarnya mulai berangsur pulih. Hanya saja, Marco tetap dibaringkan di dalam tabung. Galina menda