“Aku tahu, kau pasti masih mencintaiku.” Lelaki itu menaikkan kepalanya, menampakkan segenap irasnya pada Pearl yang kian membulatkan mulutnya. Meski terpana, Pearl tetap histeria. Ia menggapai ponselnya dengan tangan yang gemetaran, gegas menelepon Alaric untuk mencari bantuan. Alaric memang segera mengangkatnya, hanya saja, “Tahukah kau bahwa ini telah terlewat setengah jam dari waktu yang kita janjikan? Apa yang kau lakukan?” “A-aku ... ada orang di mobil—“ “Apa pun itu berusahalah untuk tepat waktu. Ini sudah petang!” “Alaric! Dengar dulu,” sentak Pearl dengan napas tersengal. Bahkan saking ketakutannya ia, ponsel yang dipegangnya sampai ikut bergetar. Ponsel itu berakhir terjatuh di sebelah kakinya—di samping rem kaki juga gas di bawah sana. “Pearl? Pearl?” Ponsel berwarna putih itu bergetar, membuat sang gadis makin gentar. “Kau mendengarkanku, ‘kan?” Dengan peluh yang membasahi pelipis, akhirn
Terakhir Diperbarui : 2021-10-04 Baca selengkapnya