All Chapters of Brave Heart: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
Chapter 31
"Eh, gue nggak ada urusan sama lo ya, Ton!" Xander mendorong keras bahu Antonio. Gestur tubuhnya menegang. Ia siap untuk berperang."Nggak ada hubungannya dengan gue lo bilang? Eh, Seruni itu pacar gue sekarang. Urusan dia, ya urusan gue juga. Lo kalo ngomong otaknya dipasang dulu biar ngotak!"Antonio balas mendorong Xander tak kalah kasar. Kertakan suara gerahamnya yang saling beradu membuat Seruni kebingungan. Suasana sudah mulai memanas, sementara ia tidak tau harus berbuat apa."Keberatan lo itu apa hah? Gue nggak masalah kok dia pacaran sama lo. Tepatnya, gue kagak peduli! Gue nggak mencampuri urusan pribadinya. Yang gue minta cuma satu. Janjinya. Udah itu aja!"Xander mendekatkan wajahnya dengan Antonio. Kini mereka berdua berdiri berhadapan dengan kedua tangan saling mengepal. Seruni makin bingung. Ia panas dingin memikirkan apa yang terjadi kalau k
Read more
Chapter 32
Seruni merasa ada sesuatu saat menjejakkan kaki ke kantor. Ia baru kembali dari lantai delapan tempat Rahmi bekerja. Rahmi adalah orang yang mengajarinya naik lift saat pertama kali ke kantor ini. Hari ini Rahmi membawa bekal makan siang berlebih dan memintanya untuk makan siang bersama. Berawal dari pertemuan tidak sengaja, kini ia dan Rahmi memang berteman baik. Saat akan melewati front desk, Seruni mendapati beberapa rekan kerjanya bergerombol di meja Tika. Mereka berbincang-bincang seru dan sesekali tertawa geli mendengar lelucon rekan-rekan lainnya.Sewaktu melihat kehadirannya, Tika  melambaikan tangan. Mengajaknya bergabung di front desk. Sikap Tika sekarang sudah berubah 180 derajat, sejak menyadari kedekatannya dengan Antonio. Walau Seruni tau kalau perubahan rekan kerjanya itu tidak tulus, tapi ia tidak pernah mengambil hati. Biar sajalah orang mau berpikir seperti apa. Pikiran mereka semua toh bukan tanggung jawab
Read more
Chapter 33
"Kamu masih mencintai si Bian itu, Uni?"Heningnya ruangan membuat suara Antonio menggema. Saat ini ia tengah duduk berhadap-hadapan dengan Antonio. Dalam ruangan kini hanya tersisa dirinya dan siempunya ruangan. Abizar telah kembali ke ruangannya dengan membawa serta Bian.Seruni mengerti kalau Abizar secepat mungkin membawa Bian keluar, karena takut suasana menjadi tidak terkontrol. Air muka Antonio sudah menjelaskan segalanya. Daripada terjadi tragedi yang tidak perlu, Bian dan Antonio memang sebaiknya dipisahkan. Selain itu ia dan Antonio memang butuh waktu untuk berbicara berdua."Kalau Uni masih mencintai dia, untuk apa Uni menerima cinta, Mas?" Seruni balik bertanya. Ia paling tidak menyukai pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban seperti ini. Unfaedah."Kalau kamu memang sudah tidak mencintainya, lalu kamu sebut apa tindakanmu yang terus melindunginya selama ini? Kamu membuat Mas terlihat seperti
Read more
Chapter 34
Sepanjang perjalanan menuju rumah orang tua Xander, Seruni gelisah. Duduknya tidak pernah tenang. Sebentar ia menghadap kanan, kiri atau mematung memandang jalan di depannya dengan pikiran melayang-layang."Kamu kenapa gelisah begitu duduknya? Bisulan?" Pertanyaan asal-asalan Xander direspon Seruni dengan gelengan kepala."Ambeien?" Xander melirik Seruni yang gelisah bagai cacing kepanasan. Seruni kembali menggelengkan kepala."Lantas? Saya sudah terlalu tua untuk diajak bermain tebak-tebakan." Seruni menghela napas. Ia kesal karena merasa diperlakukan begitu tidak adil."Sama, Mas. Saya juga merasa sudah terlalu tua untuk diajak bermain pacar-pacaran dan umpet-umpetan. Saya gelisah karena saya bingung Mas suruh begini begitu tanpa alasan yang jelas. Yang terus bermain tebak-tebakan itu sebenarnya Mas sendiri. Mas sebenarnya sadar atau pura-pura nggak sadar sih?"Ckittt!
Read more
Chapter 35
Dua jam sebelumnya.Antonio baru saja mengantar dokter Wisnu ke pintu depan. Papanya kembali kolaps, padahal papanya baru dua hari yang lalu keluar dari rumah sakit. Papanya kolaps saat berseteru dengan Graciela. Lima hari yang lalu, ayahnya masuk rumah sakit juga karena orang yang sama, yaitu Graciela.Adiknya itu menolak perjodohan dengan Prambudi Haris. Salah satu kolega yang memiliki bisnis Perkebunan Kelapa Sawit. Padahal kedua keluarga besar sangat mengharapkan bersatunya keluarga besar Haris dan Brata Kesuma. Dalam keluarga old money seperti mereka, cinta itu termasuk salah satu komoditi. Artinya jodoh mereka itu tergantung pada kepentingan bisnis. Mereka tidak boleh menikahi sembarang orang dengan latar belakang sembarangan pula. Dalam keluarga old momey, ada aturan tidak baku yang menyatakan bahwa, pernikahan adalah salah satu jembatan penghubung antar satu pengusaha dengan pengus
Read more
Chapter 36
"Nanti baru kita bahas lagi ya, Pa? Anton sedang ada pekerjaan. Papa istirahat saja dulu. Jangan berpikir yang tidak-tidak."Antonio berusaha mengelak demi kebaikan dua orang yang sama-sama ia cintai. Papanya dan kekasihnya. Sebelum ia menemukan titik terang dalam masalah perjodohan ini, ia tidak mau membenturkan dua orang yang sama-sama ia cintai ini. Seperti yang dikatakan Om Axel tadi, ia harus menemukan cara lain, agar keduanya tidak terluka. Ia tidak mau gegabah dalam memgambil keputusan. Istimewa papanya sedang dalam keadaan tidak sehat seperti ini.Hening."Papa mengenalmu, Anton. Cara pukul larimu ini mengindikasikan sesuatu. Kamu juga tidak bersedia meluluskan keinginan Papa seperti Grace 'kan?" Antonio memijat kening. Ia benar-benar kehabisan akal untuk membujuk papanya. Apalagi suara papanya terdengar panik dengan napas memburu. Tidak bisa! Ia tidak mau kalau
Read more
Chapter 37
Seruni berkali-kali menarik napas panjang. Ia berusaha melonggarkan paru-parunya yang mendadak mampet karena kehadiran Antonio dan Anandita. Saat ini ia tengah duduk di meja besar bersama delapan orang rekan-rekannya, termasuk Bian.Sementara di depannya, Antonio dan Anandita duduk berdampingan. Mereka semua tengah mengikuti briefing pagi seperti biasa. Yang tidak biasa hanya satu. Adanya Anandita di samping Antonio. Meskipun tidak mudah untuk menyembunyikan rasa perih yang mengiris-iris hati, tetapi Seruni berhasil menampilkan air muka wajar dan profesional. Kemampuannya mengendalikan diri, mau tidak mau membuat rekan-rekannya salut. Mereka harus mengakui walaupun Seruni ini bertubuh kecil, tapi berjiwa besar. Selain mentalnya kuat, juga lentur. Ia bisa membengkok-bengkokkan perasaannya hingga sedemikian rupa, tetapi tidak patah! Ia tegar dan bermental baja.Bian bahkan berulang kali meliriknya diam-diam. Mungkin mantannya itu pe
Read more
Chapter 38
Minggu pagi yang cerah. Seruni tengah menanti telepon dari Antonio. Hari minggu seperti ini saatnya ia berbelanja ke pasar. Semenjak tidak tinggal bersama Xander lagi dan mengontrak rumah sendiri, hari minggu adalah saatnya ia berbelanja bahan-bahan kebutuhan pokok selama seminggu.  Dan kali ini Antonio bersikeras ingin mengantarnya berbelanja. Padahal Antonio sudah tau bahwa acara berbelanjanya itu bukan ke supermarket. Tetapi ke pasar tradisonal yang identik dengan pasarnya rakyat jelata. Dan lagi-lagi, Antonio tidak peduli. Ia mengatakan bahwa sekali-sekali ia ingin merasakan suasana meriahnya pasar tradisional. Punya pacar yang merakyat, itu berarti ia harus belajar merakyat juga. Siapa yang tahan mendengar rayuan mulut manisnya bukan? Ya, Antonio sekarang mulai pandai merayu. Mulutnya yang biasanya pedas dan berbisa, perlahan mulai berubah menjadi semanis kembang gula-gula. Seruni sa
Read more
Chapter 39
Seruni tengah menyetrika pakaian, saat pintu rumah kontrakannya diketuk. Tumben, siapa yang bertamu malam-malam seperti ini? Sepengetahuannya, rumah kontrakannya ini hanya beberapa orang saja yang mengetahui. Keluarganya di kampung, Antonio dan juga Mayang. Selain mereka, tidak ada lagi yang tau. Jadi siapa yang bertamu malam-malam begini? Apakah Antonio? Rasanya tidak mungkin. Karena pacarnya itu tidak suka bertamu malam-malam. Apalagi saat ini mereka tengah berpacaran dengan cara kucing-kucingan. Tidak mungkin Antonio berani mengambil resiko sebesar ini bukan?Penasaran, Seruni memutar tombol setrikaan pada posisi off dan bergegas berjalan ke arah pintu. Mengikuti saran Antonio yang meminta berhati-hati sebelum membuka pintu, ia pun mengintip tamunya terlebih dahulu. Seorang wanita paruh baya cantik dan supirnya. Seruni tidak perlu menduga-duga lagi siapa wanita paruh baya ini. Wajahnya yang sebelas dua belas dengan Antonio, menunjukkan den
Read more
Chapter 40
Sore yang mendung. Seruni yang tengah berdiri di gerbang kantor, berulang kali memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 17.40 WIB. Namun taksi online yang dipesannya belum juga tiba. Supir taksi tadi mengatakan kalau ia terjebak macet. Seruni mengerti, kalau jam-jam seperti ini memang rawan macet. Karena jam para pekerja pulang kantor, seperti dirinya juga. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Seruni mengangkatnya. Pasti sang supir taksi ingin memberitahu kalau ia telah dekat dengan lokasinya. Namun harapannya sia-sia. Alih-alih dijemput, sang supir taksi malah membatalkan pesanan. Macetnya terlalu panjang alasannya. Dengan apa boleh buat, Seruni kembali membuka aplikasi. Bermaksud mengorder taksi online yang lain.Baru saja Seruni ingin membuka aplikasi, sesuatu menarik perhatiannya. Di sisi jalan, tampak kerumunan yang tidak biasa. Orang-orang merubungi sesuatu. Penasaran, Seruni menghampiri k
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status