All Chapters of Tertipu Masa Lalu: Chapter 71 - Chapter 80
160 Chapters
Sisi Buruk Lainnya
  Di sebuah kamar yang hanya berukuran satu meter dengan tinggi tiga meter, seorang gadis bernama Stefani berdiri menggunakan sebuah kursi. Ia mengintip siapa yang berada di kamar sebelahnya.      Beruntung, kamar Stefani masih diterangi dengan lentera. Sehingga membantu matanya mengamati sekitar.      Meski pendarnya terbatas. Tidak menyurutkan semangat Stefani untuk keluar dari tempat itu. Entah bagaimana ceritanya, hingga ia bisa terkurung di kamar yang letaknya bersebelahan dengan gadis lainnya.      "Sherly … Sherly," panggilnya, sambil mengangkat lentera dengan tangan sebelah kanannya.    Sherly tersentak, ia mendongak dan mengusap air mata. Melihat seseorang yang familiar memanggiln
Read more
Sebuah Penyamaran
  Sherly dan Stefani masih tercekat. Keduanya tampak bingung menentukan sikap. Haruskah mereka lari, atau melawan meski mati?     Yang jelas makhluk menyeramkan itu mampu membuat Sherly ketakutan bukan kepalang. Ia terus menjerit, bahkan meronta-ronta hilang kendali. Berbeda dengan Stefani. Ia justru terlihat tegar dan tidak takut sedikitpun.      "Kau bilang apa? Stasiun kereta? Aku bukan wanita jalang, itu hanya candaan para temanku," ujarnya membalas menatap tajam.      "Kau bilang orang sepertiku tak pantas untukmu! Bahkan aku menyentuhmu saja tidak sudi!" pekik makhluk menyeramkan, menggertak dengan suara serak khasnya yang menakutkan.      Menit kemudian, ia melomp
Read more
Dikejar Sosok
 Stefani masih tercekat menatap sahabatnya terbujur kaku dengan banyak luka cakar di tubuhnya. Hatinya hancur tapi juga marah.  Teringat kebersamaan yang pernah mereka lewati, menyaksikan Sherly terbujur kaku dengan kondisi seperti itu membuat amarahnya menggelora.  Emosinya meluap-luap. Membuat keberaniannya bertambah. Tangannya mengepal menahan amarah. Sementara matanya menyisir sekitar tempatnya berdiri.   Ya. Matanya menemukan sebatang kayu tersandar di sudut tembok. Dengan gesit, ia segera menyambar benda itu hingga berada di genggamannya.  Darahnya seakan mendidih. Meski cuaca begitu dingin malam itu. Tapi rasanya peluh tidak berhenti mengalir melewati seluruh celah pori-pori yang ada. &n
Read more
Jiwa Suci
  Stefani masih tercekat, memandangi sosok tampan di hadapannya. Wajah familiar yang pernah ia temui sebelumnya. Masih menatapnya dengan tatapan matanya yang tajam, dan juga senapan laras panjang di genggamannya.     Sorot mata yang dipenuhi emosi dan rasa benci itu. Berdiri beberapa detik lamanya, membuatnya kembali liar, kendalinya memudar. Ia kembali menjadi sosok menakutkan.     Melihat perubahan wujud makhluk tersebut di depan mata. Mata Stefani melotot, dan bibirnya ternganga saking terkejutnya. Ia reflek terus berlari mencari jalan keluar.     Ironisnya, Stefani justru berhenti di jalan buntu. Ia masuk ke jeruji kawat yang malah mengurungnya. Ia gelagapan. Bingung menoleh ke sana kemari mencari jalan keluar.   
Read more
Aku Hanya Beruntung
 Stefani masih tercekat. Ia tak percaya jika makhluk keji itu adalah Delano. Ia adalah pria paling baik diantara Darren, Emely dan lainnya.  Menit kemudian ia tersentak, dan kembali berlari mencari seseorang yang dianggapnya tertinggal di dalam sana. Ya. Stefani teringat dengan Elis. Wanita itu menyelamatkan nyawanya.  Sesampainya di ruangan yang di anggap sebagai kamar Delano, ia berlari dan memastikan jika Elis baik-baik saja.  Stefani mendekatkan telinganya di dada Elis dan menyentuh hidungnya. Ia akhirnya menghela napas panjang dan lega menyadari perempuan paruh baya itu masih bernapas.   "Nyonya … Nyonya," panggil Stefani pelan sambil mengguncangkan tubuh renta itu berulangkali. 
Read more
Sebuah Pertemuan
  Elis duduk di sudut ruangan, di Pave kafe yang ternama di daerahnya. Sengaja ia pilih tempat yang sepi dan letaknya berada di lantai dua yang mengarah ke jalan raya agar bisa leluasa.     Tak lama kemudian, seorang pria bertubuh tegap, dengan gaya plontos di kepalanya datang menyapa.    "Hai Elis, sudah lama menunggu?"   Elis terkesiap, tak menduga jika pria yang ditunggunya benar-benar datang. Seketika matanya berbinar, senyumnya pun mengembang.     "Oscar," panggilnya setengah berteriak riang.     Keduanya saling bertukar sapa. Pelukan persahabatan pun mereka lakukan. Sudah lama mereka tak pernah bertemu. Hanya karena ini adalah urusan serius yang membuat Os
Read more
Mencari Delano
  Setelah malam pertemuannya dengan Elis, Oscar tercenung memikirkan banyak hal. Tak luput dari perhatiannya adalah wanita itu menuturkan bahwa Delano dicurigai sebagai seorang pembunuh berantai.      Sungguh hal ini membuat Oscar tersentak. Ia kembali membuka peti berisikan kalung dengan liontin batu safir merah.      "Liontin ini masih di tanganku, bagaimana mungkin … kamu bisa—" kata-kata Oscar terhenti melihat kedatangan Darren.      Oscar mengerutkan dahinya. Ia bingung mengetahui pria yang mirip dengan bos-nya menggantikan tinggal di kediaman Jeff Hilton.      "Darren, kenapa kamu datang membawa koper besar? Delano ke mana? Kenapa mobilnya bisa ada sama kamu?"
Read more
Sebuah Pengakuan
 Setelah dua malam tidak pulang, akhirnya Oscar muncul juga di galeri Jeff Hilton. Suara deru mesin mobil tua milik pria paruh baya tersebut terdengar bising hingga ke lantai dua.   Sontak saja hal itu membuat Darren yang terlelap mulai membuka matanya. Seolah sedang tertekan, matanya melebar sempurna. Ia bahkan waspada terhadap siapapun yang terdengar melangkah mendekati kamarnya.   "Permisi, maaf mengganggu istirahat Anda. Tuan Oscar telah datang," ujar seorang maid.   Sebelum istirahat, karena merasa cemas, Darren meninggalkan pesan agar salah seorang maid membangunkan dirinya ketika Oscar sampai ke rumah yang menjadi satu dengan galeri Jeff Hilton tersebut.   Da
Read more
Embusan Angin
 Delano yang sedang pingsan dalam waktu yang cukup lama, akhirnya terbangun juga.  Ia bangkit sambil memegang kepala yang masih terasa nyeri. Matanya meneliti sekitar, mencari-cari sosok Oscar yang kini entah ke mana ia pergi.  Delano kembali merasakan sepi. Di saat bersamaan ia teringat akan teman-teman lamanya. Hendri dan Bob. Apa kabarnya, dan di mana sekarang setelah kematian Hendri? Pertanyaan itu kembali melintas di benaknya, setelah sekian lama.  Menemui Calista dan teman lama adalah rencana seorang Delano ketika ia baru saja tersadar. Ia tak lagi berpikir perempuan itu adalah musuhnya.   Penting baginya untuk bisa dipandang normal oleh siapapun yang menganggapnya sebagai seorang yang lemah.  
Read more
Jika Ini Pilihannya
  Malam hari 19.00—Mansion Jeff Hilton  Delano seakan memiliki kembali gairah hidup yang sebelumnya sempat hilang. Darren memang tidak pernah berhenti membuatnya kagum.  Pria yang sangat menginspirasi, tapi juga membuat iri. Ia masih muda dan berbakat, wajahnya tampan dan rupawan, sigap, tegas, modern, dan mampu mengendalikan situasi di berbagai keadaan.  Kharismatiknya begitu kuat. Sangat mampu membuat kaum hawa tertarik. Di setiap kesempatan, tidak lupa ia memamerkan senyumnya yang khas, gigi taring sebelah kanan atasnya menonjol. Dari sanalah semua orang mengingat wajahnya sehingga memiliki kepopuleran.   Namun, ternyata kepopulerannya justru dianggap menghalangi kip
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status