Semua Bab Cinta Si Mantan Sugar Baby: Bab 61 - Bab 70
113 Bab
BAB 61| Hari Kedua Bekerja
Ketika melintasi koridor, aku bisa mendengar mahasiswa yang sedang berbicara. Aku diam saja.“Kamu mau ke Kafe hari ini, tidak? Aku dengar dari pacarku teman-temannya akan ke Kafe Tua hari ini. Katanya ada pekerja baru di sana dan sangat cantik.”“Apa kamu tidak cemburu pacarmu membicarakan gadis lain?”“Tidak, asal dia senang aku juga akan senang.”“Gila!”Para gadis itu sedang membicarakan Kafe tempatku bekerja. Apa yang dimaksud itu adalah aku? Hanya aku pegawai baru di sana ….Aku menggeleng, mungkin aku salah dengar. Aku masuk ke kelas, mataku tidak sengaja bertatapan dengan Naka. Aku segera memalingkan wajah dan menyibukkan diri pada tumpukan buku.Setelah Dosen selesai mengajar, aku dengan cepat keluar kelas. Ketika berjalan, tanganku dicekal oleh Lino.“Alice, sebentar lagi akan ujian semester. Kupikir kita harus belajar bersama dengan teman-teman kelompok belajar.
Baca selengkapnya
BAB 62| Hari yang Melelahkan
Ia tidak menghiraukanku, tetapi tatapannya sangatlah tajam ke arahku. Ketika aku membawakan pesanan ke meja yang Naka duduki, pria berambut merah itu kembali melemparkan siulan.“Hei, Alice kita bertemu lagi di sini. Sepertinya kita berjodoh, haha!”Sekilas aku melirik Naka, menelusuri raut mukanya. Namun yang kudapat hanya wajah tanpa ekspresi. Huh, pikiranku kembali goyah ketika berdekatan dengannya. Hatiku masih lemah …. Aku melemparkan senyuman tipis dan segera beranjak dari sana. Ketika aku ingin mendatangi Dinda, pria kemarin yang bernama Juna melambaikan tangan ke arahku dengan wajah sedikit menggoda. Teman-teman Naka saling bertatapan, tetapi Naka menatapku dengan mata tajamnya seolah aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku menunduk mencoba untuk tidak merespon Juna dulu.“Kamu lama sekali, meja nomor dua belas sudah lama menunggu, cepat antar pesanannya.”Aku mengangguk samar dan segera mem
Baca selengkapnya
BAB 63| Menyesal
Baru saja aku duduk di meja dan membuka komputer jinjing, pintu kamar kembali terbuka. Aku langsung berdiri bersamaan dengan Naka yang masuk ke kamar yang kutempati.Aku bertanya padanya, “Ada apa, kamu butuh sesuatu?”Pria itu diam saja, aku masih diam di tempat menunggunya mengatakan sesuatu.“Apa yang ingin kamu katakan? Jangan membuat waktuku terbuang sia-sia, aku harus belajar sekarang!” ucapku sedikit kesal padanya, pasalnya ia juga tidak mengatakan apapun. Aku tidak tahu apa maksudnya hingga ia datang ke kamarku lagi setelah perbincangan tadi.Naka terlihat ragu-ragu, aku menghembuskan napas kesal. Kedua tanagnku mendorong tubuhnya keluar kamar, “Pikirkan apa yang ingin kamu katakan, setelah siap baru katakan padaku. Jangan seperti pria bodoh dengan berdiri dengan ragu-ragu. Menyebalkan!”“Alice!”“Apa!”“Alice, jangan bekerja lagi. Kamu butuh uang, ‘kan? A
Baca selengkapnya
BAB 64| Sebuah Janji
Aku pergi ke kampus pagi-pagi sekali, ini adalah hari terakhir Ulangan Akhir Semester. Hari ini pun tepat satu bulan aku bekerja, gajiku sudah ada di dalam rekening. Tidak banyak, tetapi aku yakin bisa cukup untuk kehidupanku setelah tiba di kota kelahiranku.Aku sudah mengatakan kepada Robi bahwa aku tidak bisa bekerja saat waktu libur, aku harus pulang ke kota kelahiranku. Robi pun memberikanku izin.Setelah selesai ulangan, aku ingin berbicara pada Diva. Tapi aku tidak bisa menemukan keberadaanya setelah ia keluar dari kelas. Sepertinya ia pergi ke kantin, ia terlihat pusing saat mengerjakan soal ulangan.Aku berjalan menuju kantin sekolah, saat perjalanan aku tak sengaja berpapasan dengan Naka. Baik aku maupun Naka, kami bersikap seolah tidak saling kenal. Dan itu bermulai saat perbincangan tentang Naka yang melarangku bekerja. Sejak aku menolak perintahnya, ia bersikap seolah tidak mengenalku. Aku menurutinya, aku tidak pernah menyapanya walau
Baca selengkapnya
BAB 65| Javin Sedikit Tidak Mengingatku
Walaupun aku bingung, apa yang pernah kukatakan pada Javin dan Joana sebelumnya. Aku mengangguk tipis dan berucap dengan suara rendah, “Tentu saja, aku akan menepati janji yang pernah kuucapkan.”Javin menatapku lama, hatiku sakit. Ternyata Javin tidak mengenaliku ….“Jadi kakak adalah kakak kami? Kakak bukan suruhan bibi untuk menyakiti kami, ‘kan?” ucapnya polos. Matanya masih menatapku.Aku tidak tahan lagi, aku segera memeluk Javin dan Joana dengan air mata yang mengalir deras.“Apa Paman dan Bibi sering menyakiti Javin?”Pria cilik ini mengangguk, “Bibi mengirimi aku dan Joana makanan basi. Joana jadi sakit.”Aku mengepalkan kedua tanganku. Setelah menghapus air mata di wajah dan menghirup udara banyak-banyak, aku berucap lembut, “Sekarang Paman dan Bibi tidak akan menyakiti Javin dan Joana lagi. Kakak akan menjaga kalian.”Joana menatapku dnegan mata bulatn
Baca selengkapnya
BAB 66| Manusia Jahat
Setelah tiba di penginapan, aku segera memesan ayam goreng sesuai keinginan Javin sebelumnya.Sambil menunggu pesanan tiba, aku mendekati Javin dan Joana yang duduk di kursi. “Kakak sudah memesan ayam goreng untuk Javin dan Joana, sekarang ayo mandi dulu.”Selepas memandikan mereka, pesanan tiba. Aku segera menghidangkannya dan membiarkan Javin dan Joana memakannya dengan lahap.“Javin sangat suka ayam goreng, ya?” pria cilik ini mengangguk, aku tersenyum tipis memandangnya.“Kalau Joana, ayam gorengnya enak?”Joana mengangguk, “Iya, Jo suka ayam goreng.”Aku mengangguk lalu membelai puncak kepalanya, “Ayo habiskan ayamnya.”Mereka mengangguk dan kembali memakan ayam goreng dengan lahap. Melihat itu, aku tersenyum tipis.*****Paginya, sebelum Javin dan Joana bangun aku segera pergi menuju rumah Paman dan Bibi. Butuh keberanian mengingat kali terakhir aku mendat
Baca selengkapnya
BAB 67| Aku hanya Boneka
Hari ini aku mendatangi Yumna bersama kedua adikku, uang yang kubawa sudah menipis, tidak lama lagi tidak ada uang yang bisa kugunakan.Setelah tiba di tempat Yumna, aku segera menghubunginya. Tidak lama ia pun muncul dengan wajah berseri-seri. “Hai, sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu, Alice?”Aku tersenyum tipis, “Seperti yang kamu lihat, aku baik saja. Bagaimana dengamu?”“Tentu saja aku baik-baik saja! Masuklah, maaf kalau rumah ini tidak sebagus rumahmu.” Aku menggeleng tegas.“Tidak apa yang kamu katakan, rumahmu sangat bagus bahkan aku tidak memiliki rumah untukku pulang.” Ucapku lembut.Yumna memandang Javin dan Joana, “Hei, apa kalian sudah baik-baik saja? Apa tidak lelah saat ke sini, hm?”Javin menjawab dengan wajah datarnya, “Tidak, kami baik-baik saja, terima kasih!” sedang Joana tersenyum tipis.“Kalian ingin makan apa, aku akan si
Baca selengkapnya
BAB 68| Pria Brengsek
Sebenarnya, ke mana arah kehidupanku? Setelah jauh darinya, pikiranku masih saja tertuju padanya. Apakah dia tahu bahwa aku hanyalah korban saja? Apakah dia akan menelponku dan mengajakku kembali? Apakah dia akan mengatakan padaku bahwa dia masih menyukaiku walau yang sudah terjadi sebelumnya? Aku berusaha untuk menghilangkan dia dari pikiranku, tapi ketika kebenaran menghantamku, dia kembali memenuhi isi pikiranku. Apakah usahaku selama ini hanya sia-sia saja? Mataku terpejam, bayangan kebersamaanku dengan Naka justru menari-nari. Hal itu membuatku kesal, mengapa melupakannya begiu sulit untuk dilakukan? Apakah aku begitu bodoh sampai tidak bisa menghilangkan hal yang membuatku kesakitan? “Lupakan, Alice! Naka dan Pak Dean adalah sumber masalah. Orang normal akan melupakan dan menjauhi sumber masalah.” “Lihatlah kedua adikmu, apakah kondisi mereka baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Tidak, ‘kan?” sisi lain dari
Baca selengkapnya
BAB 69| Aku Berjanji
 Ia memegang tanganku, “Mendengar kamu mengatakan itu, aku jadi ingin memanggilmu idiot. Cepat ceritakan, apa yang terjadi padamu?”Aku menghela napas, “Jangan memanggilku wanita bodoh setelah kamu tahu apa yang terjadi denganku. Jika kamu berjanji, aku akan menceritakannya.”“Kamu mengatakan itu membuatku ingin memanggilmu wanita idiot mulai sekarang. Tapi karena aku penasaran, aku akan berjanji tidak akan memanggilmu wanita idiot.”Aku menggaruk kepalaku, “Kamu sudah berjanji, jadi jangan melanggarnya!”Yumna mengangguk, “Iya, cepat ceritakan!”Aku menyugar rambut ke belakang, “Jadi saat aku tiba di kota tempatku berkuliah, aku tidak tahu bagaimana, tapi koperku tertukar. Aku sadar saat sudah datang di tempat kosku, aku menghubunginya karena ada informasi pribadinya di dalam koper. Aku dan pria asing ini bertemu di Kafe dekat tempatku tinggal.” Yumna langsung memotong.
Baca selengkapnya
BAB 70| Pria Aneh
“Uang tabukanku akan habis, aku tidak bisa selamanya menumpang di tempat Yumna.” Aku berujar lirih, ujung tanganku memijit pangkal kening.Aku menatap komputer jinjing di atas meja, “Tidak apa, lagipula aku tidak akan kuliah lagi.”Air mataku menetes, “Aku ingin kuliah sejujurnya. Tapi sampai kapan aku akan bersikap egois? Aku sudah merasakan hidup yang baik saat ayah ada, sekarang adikku tidak akan merasakan kebahagiaan lagi. Setelah ayahku tiada, Javin dan Joana kesepian dan hidup serba kekurangan.”Setelah memindahkan beberapa data-data penting dari komputer jinjing, aku mengiklankannya di Internet.“Aku tahu ini tidaklah mahal, tapi aku yakin uangnya bisa bertahan sampai aku menemukan pekerjaan.”Aku sudah mengirimkan beberapa surat lamaran pekerjaan, belum ada satu pun yang menghubungiku, aku sedikit stress dibuatnya.Javin masuk ke dalam kamar, “Kakak, apa aku boleh ikut Club Dance?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status