Semua Bab Cinta Si Mantan Sugar Baby: Bab 41 - Bab 50
113 Bab
BAB 41| Merindukan Kehadirannya
Aku duduk termenung di dalam kamar Naka setelah berkeliling memutari ruangan mencari keberadaan Naka. Sekali lagi … aku tidak bisa menatap wajahnya. Hatiku sedikit kecewa dibuatnya, apa Naka benar-benar semarah itu sampai-sampai ia meninggalkanku seorang diri di sini?Apa perbuatanku saat itu begitu menyakiti perasaanya? Apa pulang bersama Rio adalah kesalahan yang sangat fatal?Tetapi … aku tidak memiliki hubungan khusus seperti yang kusebutkan padanya beberapa saat yang lalu. Aku terlalu terbawa emosi ketika Naka menuduhku yang tidak-tidak, dan tanpa sadar aku justru memberikan kebenaran yang bukan kebenaran sesungguhnya.Aku tahu saat itu adalah kesalahanku, aku yang membuat Naka seperti ini … aku yang membuat Naka terpacu emosi. Tetapi itu semua pun karena tuduhan-tuduhan yang ia layangkan padaku. Aku tidak tahan menerima tuduhan yang tidak berdasar seperti itu.Jika aku bisa mengulang waktu, aku akan mengikis egoku dan meminta ma
Baca selengkapnya
BAB 42| Belum juga Kembali
Dengan berani Rio memegang ujung tanganku, aku memejamkan mataku takut. Badanku sudah bergetar, air mataku mengalir di wajahku. Sementara itu Rio terbahak saja.Dengan suara yang cukup menyebalkan di telingaku, rio berucap dengan kekehan di bibirnya, “Sudahlah jangan takut, cantik … aku lebih baik dari Naka, aku akan mempercayaimu, sungguh!”aku berusaha melepaskan cekalan tangannya, aku berucap dengan suara serak, “Tolong lepaskan, biarkan aku keluar sekarang. Aku mohon, Rio ….”Rio melepaskan tangannya, “Baiklah, keluarlah sekarang,”Aku segera menghapus air mataku dan menghampiri pintu, lagi-lagi Rio berdiri menghalangiku sebelum ujung tanganku menggapai knop pintu. Rio berucap dengan senyuman yang menyebalkan di bibirnya, “Biarkan aku mencium bibirmu, aku akan melepaskanmu. Aku berjanji, hanya ciuman saja.”Aku menggeleng dan segera menutup bibir dengan kedua tanganku, “Aku tid
Baca selengkapnya
BAB 43| Berhasil tetapi Gagal
Aku masuk ke kelas, jam yang ada di pergelangan tanganku menunjukkan pukul sembilan pagi, matahari sudah bersinar cukup terik membakar kulitku. Ujung tanganku menggosok-gosok lengan secaraa perlahan, muncul bercak-bercak kemerahan membuat kulitku terasa panas.Aku menghembuskan napasku melihat lengan bagian bawahku yang sudah merah, terasa cukup gatal. Mencoba untuk tidak menghiraukannya, aku mendatangi kursi di depan, dekat dengan dosen.Lagipula, tempat yang biasa kududuki jika sedang bersama Naka sedang ditempati oleh Rio, melihat wajahnya saja membuatku mual mengingat sikap aslinya yang baru kuketahui.Tetapi ada yang aneh dari wajah Rio  terlihat acak-acakan. Sudut bibirnya terlihat kebiruan, wajahnya terlihat membengkak. Aku mengedikkan bahuku mencoba tidak mengurusi hal-hal yang bukan urusanku, sudahlah tidak penting.Aku menumpukan lenganku, telingaku mendengarkan penjelasan-penjelasan dari dosen mengenai mata kuliah pagi ini. Tidak terlalu berat, ak
Baca selengkapnya
BAB 44| Hanya Aku yang Antusias
Ini adalah hari kesembilan, Naka belum juga kembali. Setelah aku berhasil menelponnya kemarin, kupikir Naka sudah tidak marah dan akan segera kembali, nyata tidak. Apakah sia-sia aku menunggunya selama ini?Aku tahu aku bersalah, aku bersalah karena berbohong padanya. Kebohonganku yang membuatnya marah. Tetapi itu semua terjadi karena Naka selalu memojokkanku … sepenuhnya itu bukanlah salahku, bukan?Semuanya berawal dari aku pulang bersama Rio, mengingat nama Rio … aku jadi berpikir, mungkin saja jika Rio sengaja melakukan itu padaku. Jika begitu, apakah Naka tahu bagaimana Rio sebenarnya, maksudku saat aku pulang bersamanya Naka terlihat begitu marah.Bukan itu saja, saat aku berjalan dan hampir jatuh dan Rio menolongku, Naka juga terlihat marah.Aku bisa menyimpulkan, jika Naka benar-benar menjagaku dengan baik, Naka tahu jika Rio tidak sebaik yang terlihat. Naka tahu … sudah lama Rio mengincarku.Naka menyelamatkanku, tetap
Baca selengkapnya
BAB 45| Tidak Apa
Aku sadar … hanya aku yang berharap bahwa Naka berada di sisiku. Hanya aku yang berulang kali mengiriminya pesan singkat, hanya aku yang selalu mengatakan kalimat-kalimat maaf padanya, sedang Naka tidak begitu ….Apakah Naka benar-benar berpikir jika ini adalah kesalahanku sepenuhnya? Tidak … ini bukan hanya kesalahanku yang mengatakan kalimat kebohongan padanya, ini juga bukanlah kesalahanku ketika aku pulang bersama Rio tempo hari, ini adalah masalah dalam diri Naka. Masalahnya adalah Naka terlalu cemburu melihatku pulang bersama pemuda lain, benar, bukan?Perasaan cemburunya terlalu buta hingga ia tidak menyadari bahwa sudah menyakiti perasaanku. Ia berucap seolah-olah dirinya paling benar, mengatakan kalimat-kalimat yang tidak seharusnya ia katakan padaku. Aku seorang gadis, mendapati seseorang mengatakan kalimat menyakitiku tidak mudah untuk dilupakan.Naka, orang yang kucintai dengan sepenuh hati mengatakan kalimat hinaan padaku, itu l
Baca selengkapnya
BAB 46| Diam Saja
Sepanjang acara berlangsung, aku juga tidak bisa menemukan keberadaan Naka. Berdiri di pojok ruangan seorang diri sembari menatap ponsel yang kepegang. Ingin menghubungi Naka, namun aku ragu … apakah ia akan menjawabnya?Aku menatap ujung sepatuku, ponsel yang kupegang kumasukkan kembali ke dalam tasku. Tidak ada gairah sedikit pun untuk melakukan sesuatu, maksudku tanpa Naka, bagaimana aku menikmati pesta asing ini?Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya, jika memang tidak bisa memberikan maaf kepadaku … jangan muncul di hadapanku. Jangan memberikan harapan palsu dengan membawaku ke pesta keluarganya.Tidak ada siapapun yang kukenal di sini … sementara itu, Naka justru meninggalkanku sendiri. Tanpa berkata, tanpa isyarat apapun.Aku menggelengkan kepala, apa yang kupikirkan tentangnya? Aku mengusap wajahku, mataku terpejam sesaat, aku membatin, “Tidak, tidak apa, Alice! Jika Naka tidak ingin berbicara denganmu sekarang, kamu
Baca selengkapnya
BAB 47| Akankah Ia Mempercayaiku?
"Alice ...."Aku berhenti, aku menengok ke belakang. Naka sedang memandangku dengan wajah yang tak bersahabat, aku berdehem pelan.“Iya, ada apa?" Naka diam, aku masih berdiri menunggunya mengatakan sesuatu.“Jika bukan Rio yang melakukannya, lalu siapa?"Mendengar perkataannya, tubuhku kaku. Aku menatapnya dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca, Naka menatapku menunggu jawaban dariku.“Siapa, Alice? Tolong, katakan dengan jujur."Aku tidak tahu harus berkata apa, Naka berdiri menghampiriku membuat tubuhku bingung harus bereaksi seperti apa.Aku berkata dengan terbata-bata, "N-Naka, s-semua orang memiliki masa lalu yang buruk, tidak semua orang beruntung dengan kehidupan yang indah. Aku sudah melupakan masa laluku, aku hidup di masa depan dan selalu ingin bersamamu."Naka terkekeh, terdengar seperti ejekan darinya, "Benarkah kalau kamu sudah melupakan masa lalumu? Bagaimana setelah aku menerima semua masa lalumu, kamu melupakan dan mengkhianatiku, Alice?"
Baca selengkapnya
BAB 48| Tiga Tahun yang Lalu
Pandanganku tertuju pada Naka, namun sedetik kemudian ia memalingkan wajahnya membuat air mataku kembali tumpah.Aku terjatuh, tubuhku terasa begitu lemas. Pandanganku memburam, aku tak menyangka masa laluku terungkap di sini, tak pernah terpikir olehku.Ujung tanganku mencengkeram dadaku kuat-kuat, sesak.Aku mendongak, Naka berdiri di depanku. Aku segera menyapu air mataku, walau tubuh masih terasa lemas, aku mencoba berdiri di hadapannya.Aku mencoba menyentuh lengannya, namun Naka menepisnya dengan kasar. Aku tertegun beberapa saat, “Naka ….”Naka menatapku dengan kekehan kecil di bibirnya, “Apa tujuanmu melakukan ini? Aku merasa jijik dengan diriku karena pernah menyukaimu.”Aku diam, mataku terpejam, hatiku terasa begitu sakit.Naka mendekatiku, ia memegang leherku membuat tubuhku sedikit meremang. Rambut panjangku ia selipkan di belakang telinga, bibirnya mendekati telingaku dan berbisik, “J
Baca selengkapnya
BAB 49| Tidak Seperti Biasanya
Ujung tanganku segera menyapu sisa-sisa air mata yang masih mengalir, aku melangkah pelan menuju kamar mandi di dalam kamar. Setelah menghidupkan keran air dan membasahi kedua tanganku, mataku menatap wajah di pantulan cermin. Sedetik kemudian aku menghembuskan naps lelah.Cukup lama aku diam di depan cermin, meneliti betapa kacaunya diriku saat ini.Sedang … Naka tak kunjung pulang, dan aku pulang sendiri dari pesta dengan perasaan tak tentu.Sekarang, apa yang harus kulakukan? Aku sudah menjelaskan alasan aku melakukan ini semua, tetapi sepertinya naka tak bisa mempercayainya.Apa hubunganku dan Naka berakhir di sini saja? Walau perasaan diantaraku dengannya sama-sama ada, tidak hilang.Untuk sekarang, aku meyakini bahwa perasaan Naka masih sama seperti sebelumnya.Aku tersenyum tipis sebelum berlalu pergi.*****Suara alarm membuatku terbangun, tanganku menggapai ponsel dan segera mematikannya. Aku berjalan dengan mat
Baca selengkapnya
BAB 50| Hanya Aku yang Dihakimi
Aku diam, Naka kembali berucap, “Ada apa denganmu? Mencari perhatian dari orang lain, begitu?”“Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mencari perhatian dari siapapun. Aku terjatuh dan kakiku sakit, apa itu masalah bagimu?” ujarku penuh dengan kekesalan.Naka terkekeh, “Aku merasa kamu sengaja menjatuhkan diri, Alice! Berhentilah melakukan ini itu untuk menarik perhatianku, itu tidak akan membuatku bersimpati!”Mataku memerah, hatiku terasa begitu sakit mendengar penuturan darinya. “Kamu selalu berpikir negatif tentangku, sekalipun aku melakukan hal yang baik, kamu tidak akan percaya. Sudahlah terserah padamu, aku muak dengan segalanya!” ujarku meluap-luap.Tanganku dicekal olehnya, aku menatap pergelangan tanganku yang memerah, “Lepaskan aku!”Naka menyelipkan rambut tipisku di telinga, ia mendekatkan bibir dan berbisik di sana, “Jangan berani keluar dari Apartemenku, sayang!”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status