All Chapters of Selubung Memori: Chapter 481 - Chapter 490
500 Chapters
480. KRISTAL SEL #3
Aku tidak merekomendasikan—dan sebenarnya bersumpah tak akan pernah melihat hasil pembedahan yang dilakukan untuk mencari informasi. Namun, Lavi bilang Dokter Gelda menungguku karena ada hal yang hanya bisa dimengerti dan dirasakan olehku. Aku tidak bisa mengecewakan Dokter Gelda, tetapi hati nuraniku juga tidak mengizinkanku melakukannya. Sayangnya, Lavi meyakinkanku.“Dokter Gelda juga tidak memaksa,” katanya, “tapi kuharap kau mau. Kalau kau butuh imbalan, aku janji memakai gaun itu lagi setelah kau melihatnya.”“Jangan menyogok,” tuntutku.“Tapi kau memang mau melihatku memakainya lagi, kan?”Kubilang aku tidak suka kalau dia menggunakan gaun itu untuk memaksaku mengikuti apa yang dia mau. Aku tidak mau dianggap sebagai orang yang bergerak hanya karena dia mengatakan itu. Dia bilang kalau bercanda, lalu kubilang itu salah satu lelucon yang tidak boleh dia ucapkan lagi. Dia meminta maaf, dan tampakn
Read more
481. KRISTAL SEL #4
Sorenya, Rapat Dewan diadakan.Para dewan sudah berkumpul di Pendopo ketika aku tiba. Bahkan Profesor Merla yang selalu datang terlambat sudah duduk di kursinya, kelihatan mengobrol santai dengan Kara. Jenderal sudah di kursinya. Begitu juga dengan Mister. Dokter Gelda sudah datang, tetapi masih mengobrol dengan Nadir dan Mika di lingkar luar bangku Pendopo. Ketika aku dan Lavi tiba, suasananya lebih mirip diskusi normal. Semua orang sudah tiba. Aku datang bersama Lavi dan pilar tim medis. Sisanya sudah duduk di tempat menanti kelengkapan dewan.Rapat Dewan kali ini mengundang semua kapten dan wakil kapten—kecuali tim stok, sungguh hingga saat ini Aslan belum memilih wakil kaptennya. Aku ingin menyarankan nama Laher agar setidaknya dia tidak kesepian ketika Rapat Dewan. Aslan jarang bicara, tetapi selalu memerhatikan. Kadang aku agak prihatin.Para penghuni dibiarkan beraktivitas. Belakangan, para penghuni sudah tak lagi terikat aturan harus di markas keti
Read more
482. KRISTAL SEL #5
Kurang lebih Rapat Dewan tiba di pembahasan genting lain: Dokter Moya.Dokter Gelda membongkar semua yang berhasil dicari tentang ayah Fal ini. Dokter Gelda juga menjelaskan obrolan kami—aku, Dokter Gelda, dan Profesor Merla—yang kurang lebih melibatkan hubungan pusat medis dengan musuh. Itu cukup memberi gagasan bahwa Dokter Gelda tak lagi percaya pusat medis sebagai pusat pengobatan penghuni Padang Anushka. Agaknya itu membuat banyak dewan bergidik—terutama karena pusat medis merupakan bagian penting kami.“Intinya, pusat medis tempat terduga untuk pengembangan blasteran, kan?” tanya Haswin. “Kalau begitu, mungkin saja tempat itu sudah dikuasai blasteran.”“Kita memang sudah waktunya menjadi independen,” ujar Kara. “Persoalan pengkhianatan ini tidak bisa dibiarkan. Kita sudah punya kecurigaan ini sejak tiga belas tahun lalu, tapi tidak pernah terselesaikan.”“Kita juga punya banyak
Read more
483. KRISTAL SEL #6
Rapat Dewan berakhir saat jam malam tiba.Di titik itu semua orang sudah cukup lelah. Akhirnya, Kara membubarkan dewan, dan Lavi menyeretku ke gerhanya.Aku tidak punya alasan menolak, jadi ketika kami masuk dan Lavi langsung mengobrak-abrik isi kulkasnya, aku duduk di karpet bulu ruangan tengahnya, lalu berbaring mengistirahatkan kepala yang dipaksa memikirkan banyak hal. Rasanya semakin banyak kabar buruk yang kami dapatkan. Urusan Layla saja belum selesai. Harus berapa lama lagi kami menunggunya bangun?“Hm,” gumam Lavi, menatap isi kulkasnya. “Ternyata tidak ada ikan.”“Kau serius mau pesta bakar?” tanyaku.“Kau pikir aku bercanda?”“Aku heran kau masih punya semangat sebesar itu.”“Justru ini bisa mengisi energiku kembali.” Lavi melempar sesuatu dari isi kulkasnya. Suaranya keras. Pasti sesuatu yang beku. “Tidak ada ikan, jadi kita ganti sosis. Aku puny
Read more
484. ENERGI #1
Keesokan harinya, aku sibuk mengasah belati di gedung penempaan. Bazz sudah pasti di tempat. Dia menempa zirah besi baru. Dia kelihatan senang mendapat pekerjaan itu—pada akhirnya, dia lebih suka berurusan dengan bau besi dibanding aroma buah dan sayur di kebun.Theo juga ada di tempat. Dia berulang kali bertanya padaku tentang pedang, yang berulang kali juga kubilang kalau posisi kami terbalik. Semestinya aku yang banyak bertanya, tetapi entah bagaimana aku juga bisa menjawab—aku mengingat semua yang pernah diajarkan Aza soal pedang, dan itu membuat obrolan kami bisa menyambung. Ketika aku mengasah belati, Theo terus mengajakku bicara.Di tengah itu, tiba-tiba suara Fin menggema—cukup mengagetkan.[“Nadya memanggilmu. Datanglah ke Perbatasan.”]Itu sudah cukup membuatku memandang lokasi Fin—yang membuat Theo bertanya-tanya. Aku berhasil mengalihkan obrolan, tetapi masih terkejut.“Kapan?” ta
Read more
485. ENERGI #2
“Bibi juga punya bolu kukus, makanlah.” Bibi mengeluarkan begitu banyak camilan dari keranjang piknik. Aku curiga keranjang piknik itu bisa memuat lebih banyak dari yang semestinya terlihat. Tikar kami sampai penuh makanan.Bibi menghentikan obrolan serius sampai aku menyantap mi yang dia buat. Rasanya enak. Ada sesuatu yang bangkit dalam diriku ketika menelannya. Sesuatu seperti kenangan yang membuncah. Itu mendorong euforia dalam diriku hingga aku hampir tertawa. Aku rindu rasa ini. Bibi dulu sering membuatnya.Bibi tampaknya juga sadar. Dia menatapku penuh senyum. “Enak?”“Spesial,” kataku, antusias.Bibi tertawa. “Dasar tukang rayu.”Dalam kilasan cepat, sorot Bibi kelihatan begitu gembira, tetapi juga sedih. Aku bisa membayangkan bahwa inilah yang selalu ingin Bibi lakukan—karena aku juga ingin mengalami ini di tempat yang lebih nyata. Itu membuatku tidak karuan—bahwa kami diizinkan m
Read more
486. ENERGI #3
Ketika aku kembali ke permukaan, Padang Anushka kelihatan sepi.Aku langsung merasakan posisi Lavi. Dia masih di gelanggang. Jadi, aku berjalan melewati jalur penghubung, melihat pinggir gelanggang dipenuhi banyak penghuni. Aku langsung terkejut. Lavi masih latihan?Aku bergegas berlari ke kerumunan. Lily ada di belakang kerumunan, kaget melihatku terburu-buru. “Loh? Kau baru datang?”“Eh?” Aku juga kaget. “Aku—ketiduran.”“Lavi menghabisi semua tim bertahan. Haswin baru saja kalah.”Aku tidak tahu harus terkejut untuk yang mana. Lavi yang mengalahkan tim bertahan atau Haswin yang entah tersambar apa sampai mau melawan Lavi. Yang jelas, aku langsung membelah kerumunan, menyaksikan kondisi terkini latihan.Wujud gelanggang cukup mengerikan. Lantai kayunya cekung luar biasa di segala arah seolah seseorang sudah mengentakkan kakinya sampai bergetar. Yasha terkapar di sisi ujung gelanggang, d
Read more
487. ENERGI #4
Hari keberangkatan misi tiba, aku dan Lavi memutuskan menjadi regu yang pertama kali berangkat. Padang Anushka masih di awal pagi. Matahari baru terbit, kabut tipis masih menguasai sekitar, nuansanya dingin, tetapi juga kelihatan cerah. Hari yang bagus untuk berangkat misi.Reila sudah bangun ketika aku berangkat. Fal juga berusaha terbangun. Fal masih cukup mengantuk, tetapi berulang kali marah. “Fal sudah bangun!” Lalu lima menit kemudian, dia hampir tertidur lagi di sofa panjang. Pita duduk di sebelahnya, menatapku dengan intensitas cukup mengerikan seolah andai dia pergi sedetik saja dari samping Fal, aku akan mengganggu Fal sampai dia menangis. Kucing berbulu tebal ini rasanya semakin membenciku, tetapi juga selalu minta makanan.Aku tidak peduli dicakar atau apa pun, jadi aku mendekati Fal yang setengah tidur, membuatnya duduk—Pita sudah mengeong penuh peringatan.Aku menyugar rambut Fal. “Fal, aku berangkat, ya?”&ldqu
Read more
488. ENERGI #5
Lavi punya ide gila soal kelanjutan misi.“Kita sepakat kali ini kembali dengan cepat, kan?” tanya Lavi. “Aku punya ide cukup gila yang melibatkanmu di setiap proses. Aku bisa jamin kau tidak akan menanggung beban sendirian, tapi tetap kau yang memutuskan.”“Katakan saja,” kataku.Kurang lebih, karena dia tidak nyaman saat memintaku melakukan banyak hal dan dirinya lebih banyak diam, Lavi tiba-tiba tidak seperti dirinya. Dia membuat penjelasannya berbelit-belit, yang lama-lama membuatku frustrasi. “Katakan saja langsung ke intinya. Keputusan di tanganku, kan?”Akhirnya, dia kembali dengan penjelasan padat.Intinya, “Kita takkan turun ke bawah. Gendong aku agar kita bisa ke tujuan dengan melompati angin, dan—oke, aku tahu itu bahaya, jadi agar keberadaan kita di udara tidak menarik perhatian musuh, pakai juga kemampuan kabut. Kalau kita melakukan ini, kita bisa tiba di tujuan dengan cepat,
Read more
489. ENERGI #6
Aku hampir kelepasan mengajak Lavi terus mengobrol ketika di udara. Dia menghentikanku dengan berkata, “Kalau kau bicara sambil melompat, staminamu bisa cepat habis. Tahan suaramu. Kalau mau mengobrol denganku, tahan itu sampai kita istirahat. Nah, lihat? Napasmu mulai agak berat, kan?”Lavi juga ingin fokus dengan deteksi, jadi kami tidak bicara lagi.Dia hanya sesekali berkata, “Forlan, di kiri ada kawanan burung. Rendahkan sedikit lompatanmu. Kita tidak boleh menabrak.” Atau dia melapor seperti, “Hm... ternyata deteksi di udara tidak bisa seluas saat di darat, ya. Mungkin karena udara ini juga ruang luas terbuka. Kalau menapak di tanah, aku bisa mendapat informasi dari hal-hal yang tidak bisa kulihat, seperti topografi atau apalah. Tapi kalau udara begini, aku bisa merasakan arah angin, tapi sebenarnya juga bisa kulihat sendiri.”“Kalau aku,” kataku, “bisa merasakan suhu sampai kelembapan.”&l
Read more
PREV
1
...
454647484950
DMCA.com Protection Status