Semua Bab Hanya Dirimu: Bab 41 - Bab 50
55 Bab
40. Gara-gara Ban Bocor
  Dengan kedua mata yang masih terpejam, hidung Andi bergerak-gerak mengendus bau sesuatu dari arah luar kamar, "hemm …, bau apa ini? Enak sekali," gumamnya. Perlahan memaksa kedua matanya untuk terbuka, meski sebenarnya masih ingin kembali terpejam. Detik berikutnya remaja kelas XII SMK itu menggeliat dengan merentangkan kedua tangan dan bangun. 'Masak apa si Manis, baunya enak begini,' batinnya. "Hoam …." Menutup mulut yang sedang menguap sembari beranjak turun dari kasur. "Masak apa? Baunya enak sekali, kecium sampai ke kamar," ucap Andi saat sudah sampai di dekat Nayla.  Mendengar ada suara dari arah kanannya, Nayla yang tengah mengaduk nasi dalam wajan seketika menoleh, lalu 'deg.' Kedua matanya melotot mendapati wajah Andi yang sangat dekat.  "Astagfirullah." Memejamkan mata, disusul helaan nafas. "Kebiasaan," sungutnya, pura-pura kesal. 
Baca selengkapnya
41. Sedikit Kagum
  "Kok nggak bisa?" Kembali menekan knop pintu. "Eh, ini pintu dikunci? Ngapain  pake dikunci segala sih." Roni mendesah. Hari ini, ia pulang pagi lagi karena mendapat jadwal shif malam. Namun, setibanya dari tempat kerja, dirinya mendapati rumah terlihat sepi, serta pintu depan terkunci. Tak seperti biasanya, meski kakak serta adiknya sudah berangkat, namun masih ada Nayla yang sedang beres-beres rumah. "Dia ngapain ya? Nggak biasanya ngunci pintu kalau lagi nyuci dan beres-beres," gumamnya sembari mendaratkan tubuh di kursi teras depan, setelah mengecek pintu samping yang juga terkunci dari dalam, serta memanggil pun tidak ada sahutan.  "Ish! Kemana sih dia? Aku pengin pipis nih." Sudah lewat lima menit menunggu, tapi Nayla tidak kunjung menampakkan diri.  'Masa iya, kencing di pojokan sana, mau ditaruh dimana muka ini kalau ada yang memergoki,' batinnya sembari melihat ke pojok hal
Baca selengkapnya
42. Bertemu
 "Bu!" panggil Nayla ketika sudah dekat dengan meja panjang tempat  bu Saroh memajang dagangan.Begitu mendengar ada orang menyapa, yang bersangkutan pun menoleh dan menghentikan aktivitasnya mengemas  sayur kol ke plastik. "Ya, beli apa Nduk?" bertanya dengan tersenyum ramah. Nayla pun balas tersenyum. "Beli tomat dan cabai merahnya Bu." Jarinya menunjuk kedua benda yang sudah terbungkus itu."Kehabisan apa lupa di bawakan ibumu? Kok tumben?" Memasukkan barang, lalu kembali berkata, "berapa bungkus?" "Satu bungkus saja Bu, di rumah masih ada sedikit.""Ndak sekalian ikan, daging atau yang lainnya, mungkin?" ucapnya sembari menyerahkan barang yang sudah dibungkusnya ke Nayla. Nayla menggeleng dengan tersenyum, "berapa Bu?" "Enam ribu, Nduk." Nayla pun menyerahkan selembar uang b
Baca selengkapnya
43. Mundur Sebelum Melangkah
  'Baru juga mau melangkah, tapi seketika harus mundur.' Nadia mengernyit setelah membaca status kakaknya. Antara bingung dan heran, karena tak biasanya saudara laki-lakinya itu membuat status di aplikasi pesan. Sebenarnya bingung dengan maksud tulisan itu, serta ada apa dan kenapa yang jadi pertanyaan dalam benaknya.Karena merasa penasaran, Nadia pun membalas status langka itu. Tak berselang lama ada notif masuk balasan dari Arifin. 'Yang pasti kamu sudah tahu, tapi entah kenapa tidak merasa atau mungkin malah sengaja menyembunyikannya.' Nadia kembali mengernyit, semakin bingung."Maksudnya apa coba, yang aku udah tahu, tapi tak sembunyikan." Mencoba mengingat-ingat, tapi tak kunjung menemukan jawaban. "Embuhlah ( etahlah). Jarinya menutup aplikasi pesan, lalu mematikan haandphone dan beranjak setelah meletakkan benda persegi itu.
Baca selengkapnya
44. Aku Kangen
 "Ngapain buru-buru?" tanya Anton saat Agus sudah berdiri, bersiap pulang. "Kaya nggak tahu pengantin baru aja," timpal Heri. "Kan udah lebih dari sebulan, trus baru juga jam segini, nongkrong dululah," tambah Anton. "Mana bisa ninggalin mbak manis lama-lama Nton! Situ belum ngerasain sih, kalau sudah …." Imron menggantung ucapannya. "Lupa sama kita, hahaha …." sahut Heri diiringi tawa. "Apaan sih kalian. Tuh kontaknya, aku duluan." Melangkah, meninggalkan teman-temannya."Mentang-mentang masih baru! Setiap detik kangen terus sama yang di rumah," ucap Heri. "Gus! Semalam si manis kamu bobol berapa kali?" tanya Anton, sudah maksud dengan arah pembicaraan teman-temanya."Iya, berapa kali Gus? Cerita bentar napa, jangan diempet sendiri." Imron mengerlingkan mata. 
Baca selengkapnya
45. Dia Kenapa?
Merindukan orang yang pernah singgah di hati dan telah menemani, juga mewarnai hari yang tidak hanya dalam hitungan jam, melainkan sudah menetap pada tempat pertama, serta hampir dua tahun lamanya. Pasti akan sangat sulit jika mendadak diminta untuk melupakan. Walau sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap biasa saja, seperti saat sebelum mengenal, tapi itu sangat tidak mudah, karena dipisahkan secara paksa itu menyesakkan dada.Misalnya seperti sepasang sendal yang setiap hari dipakai, tapi tiba-tiba yang sebelah hilang, pasti pasangannya akan merasa kehilangan karena seringnya dipakai bersama. Beda ceritanya kalau yang sebelahnya putus, kan bisa diakali dengan menyambung atau mencarikan pengganti, tapi itu pun akan terasa berbeda walau masih tetap bisa kembali berpasangan.Begitu juga dengan kisah cinta yang tengah dialami Dimas Nugraha. Hubungan cinta pertamanya dengan gadis pemilik senyum manis yang sejak pertama jumpa sudah mencuri perhatiannya kini telah jauh, serta haru
Baca selengkapnya
46. Menggodanya
Tangannya bergerak ingin merekatkan dekapannya, namun yang terjadi selanjutnya tangan itu seketika berhenti meraba-raba tempat pembaringan di sebelahnya yang ternyata sudah kosong. 'Deg' suara degub itu seketika memaksa penglihatannya untuk terbuka dan menepis jauh-jauh rasa kantuk yang masih ingin menguasai. Seklebatan kejadian dua malam berturut-turut membuatnya buru-buru bangun dari pembaringan.Ada rasa yang entahlah dan sedikit sulit dijelaskan jika mengingat kejadian yang telah membuatnya terjaga selama dua malam berturut-turut.Kejadiannya ketika baru beberapa menit memejamkan mata, ia samar-samar mendengar segukan Nayla yang dilanjutkan ucapan maaf berulang kali dengan diiringi lelehan yang telah membasahi wajah ayunya. LDia sempat panik dan bingung karena istri kecilnya tak kunjung membuka mata walau sudah dibangunkan. Syukur alhamdulillah pada akhirnya terucap walau dalam hati saat Nayla benar-benar berhenti segukan bersamaan dengan si penyiar radio yang sudah kembali memut
Baca selengkapnya
47. Tak Sengaja Bertemu
'Ternyata cocok juga pakai kemeja ini, kelihatan lebih muda, balik lagi kaya dulu,' batin Agus memuji diri sendiri. 'Pinter tenan istriku milihin baju,' lanjutnya sembari terus menatap pantulannya pada cermin sembari jemarinya memasukkan kancing pada lubangnya. "Eh, samaan ternyata. Sengaja ya?" ucapnya ketika Nayla sudah berdiri di dekatnya, sedang menyisir rambut. 'Eh. Kok malah kembaran begini ya?' Melirik pakaian yang tadi dipilihnya untuk sang suami ternyata warnanya sama-sama biru muda dengan yang dipakai. Ia menghembuskan nafas lega saat melirik bawahan yang dipakai beda warna. "Dek. Mas, pakai pakaian begini kelihatan seperti anak muda lagi kan?" Membusungkan dada serta menirukan gaya ala anak remaja sedang tebar pesona. "Selama ini merasa udah tua? Atau Mas pakai baju seperti mbah-mbah," sahut Nayla asal tanpa melihat suaminya."Sudah ndak malu lagi ya?" bisik Agus tepat di samping Nayla diiringi senyuman. "Mau mulai lagi? Nanti ndak jadi pergi lho." Memundurkan waja
Baca selengkapnya
48. Ada Rasa Tak Suka
'Dimana ya?' Meneliti jejeran barang yang tertata rapi pada rak di hadapannya.Siang ini Nayla tengah belanja di toko Sedanten, toko yang paling besar dan serba ada di desa suami untuk kedua kalinya. Bukannya toko terdekat tidak ada barang yang dituju, tapi sekalian nebeng Andi yang ingin ke counter beli paket data, serta di sini lebih lengkap.Apa yang ingin dibeli sebenarnya sudah semua, tinggal satu pesanan Andi yang belum ketemu. 'Di situ ternyata.' Terlihat lega setelah menemukan apa yang tengah dicarinya. Namun, saat tangannya terulur, hendak mengambil barang yang sejak tadi dicarinya seketika sudah dalam genggaman tangan orang lain. Setelah diam di tempat beberapa detik, tangannya yang masih terulur itu ditarik. Menyempatkan diri menoleh dan mengulas senyum pada seseorang yang ada di dekatnya. "M-mbak, kasir yang kemarin ya?" tanya Nayla pada seseorang itu. Yang bersangkutan perlahan mengangkat wajah, tapi diam saat bertemu tatap dengannya."Sampean itu yang jadi kasir di tok
Baca selengkapnya
49. Masih Belum Tahu
[Lagi apa Na] [Sibuk gak][Balas dong Na][Pasti lagi sibuk, maaf kalau ganggu]Empat chat dari Faiz terkirim tiga puluh menit yang lalu baru Nayla buka. Ia menghela nafas setelah membaca. Sejak pertemuan mereka disuatu pagi, pemuda yang sampai saat ini masih menyimpan rasa cinta untuknya, serta belum tahu akan status yang sudah hampir empat bulan disandangnya ini telah ganti. Hampir setiap hari pemuda itu mengirim pesan padanya, entah tanya kabar atau aktivitas. Tak hanya itu, karena tlah berulang kali ingin melakukan panggilan vidio, namun untuk ajakan itu berhasil ditolak dengan berbagai alasan yang sekiranya bisa meredam rasa penasaran.Mungkin kesempatan bertemu yang memang hanya sebentar bagi pemuda itu terasa belum cukup, serta beberapa pertanyaan khusus untuknya masih menggantung jawabannya. Maka dari itu, Faiz selalu saja meluangkan jarinya beberapa detik untuk mengetik sesuatu yang sepele tapi mampu membuatnya berdebar kala langsung mendapat tanggapan dan merasakan sensasi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status