All Chapters of Hanya Dirimu: Chapter 21 - Chapter 30
55 Chapters
20. Sedikit Tersenyum
 [Pagi Manis bagaimana kabarmu?] [Aku mau telfon, angkat ya] Ada dua pesan masuk dari nomor baru saat Nayla membuka aplikasi pesan. Dia bergeming, tidak tahu dari siapa. Jika melihat foto profil si pengirim sepertinya pernah melihat, tapi lupa dimana-nya dan siapa.  Ketika baru selesai membaca, nomor baru yang sudah satu jam lalu kirim pesan tiba-tiba melakukan panggilan vidio. Meski belum tahu siapa orang di seberang sana, Nayla tetap mengangkat panggilan itu.  "Assalamu'alaikum, Manisnya Dimas," sapa seseorang itu. "W*'alaikumsalam." Menyerngit, merasa kenal, tapi lupa siapa perempuan yang sedang melakukan panggilan vidio dengannya.  'Siapa orang ini? Kok mengatakan aku manisnya Dimas?' batinnya menerka-nerka.  "Ngapain aja sih Say di rumah?" tanya Mita penasaran.   Nayla hanya sedikit
Read more
21. Jadi Teringat
Agus melambatkan laju motornya, lalu detik berikutnya menepi,"mampir ke Sunn Mall dulu mau ndak?" tanyanya sembari menoleh belakang.  Yang ditanya hanya tersenyum, "manut (ikut) Mas saja." 'Yes,' sorak Agus dalam hati. Sejuk rasanya hati Agus, melihat senyum manis Nayla dari jarak sedekat ini. Pikirannya dipenuhi rasa ingin segera memiliki gadis ayu yang ada dalam boncengannya. Agus hari ini sedang tidak ada kerjaan alis libur dari rutinitas kesehariannya sebagai seorang supir. Dari semalam sudah berencana ingin mengunjungi calon istri serta mengajak ke rumah  orang tuanya, tapi di tengah perjalanan muncul ide dadakan untuk mengajak Nayla mampir ke Sunn Mall, pusat tempat belanja terbesar di kota kelahira Nayla, sekedar untuk jalan-jalan sembari melakukan pendekatan. Setelah  mendapat jawaban dari calon istri, Agus kembali melanjutkan perjalan ke Sunn Mall yan
Read more
22. Ke Rumah Mertua
Hatinya terasa berbunga-bunga, senyum pun senantiasa merekah disepanjang perjalanan. Keinginan untuk berdua dengan gadis ayu nan manis yang sudah empat hari terakhir ini terus saja membayangi pikirannya hingga sulit untuk memejamkan mata telah kesampain l. Pagi ini, dia mendapatkan izin dari calon mertua untuk membawa calon istri manisnya ke rumah dengan alasan orang tuanya kangen ingin jumpa, padahal dirinya yang sudah sangat rindu ingin terus berdekatan serta memandang wajah ayu itu. Tin ... tin ... tin ... Bunyi klakson motor yang Agus kendarai mewakili sapaannya kepada segerombolan pemuda yang sebagian adalah teman-temannya sedang nongkrong di warung kopi pinggir jalan sebelah kiri sebelum pertigaan menuju ke rumah orang tuanya. Kompak segerombolan pemuda yang tengah duduk di luar warung ditemani segelas kopi hitam menoleh ke asal suara motor yang sedang lewat. "Agus?" ucap mereka serempak. 
Read more
23. Masih di rumah mertua
Saat Nayla baru ke luar dari kamar mandi dengan menenteng ember dan kain pel, samar-samar terdengar ketukan di pintu depan. Dia melangkah lebar setelah menaruh barang bawaannya karena ketukan di luar tak kunjung ada yang menemui. "Pantesan," gumamnya, melirik Agus yang tengah tidur di sofa ruang tengah. "Nganggur gak? Eh." Terlihat kaget saat Nayla yang muncul di balik pintu."Anu, A-Agusnya ada?" ucapnya terlihat kikuk. "Ada." Melanjutkan membuka pintu, lalu mempersilakan seseorang itu untuk masuk, tapi ditolak dan hanya memintanya untuk memanggil Agus. "Untung nggak langsung nyelonong," gumamnya. Basanya kalau ada perlu dengan Agus, dia langsung masuk, tapi kali ini tidak karena saat melepas sandal, melihat ada sandal perempuan. 'Siapa ya? Kok baru lihat,'batin Anton. "Mas, ada tamu," ucapanya pelan dengan menggoyang-goyangkan lengan Agus.  "Hem ...." Yang dibangunkan hanya mengeluarkan suara khas orang masih ngantuk berat.
Read more
24. Kangen
  Sinar Mentari telah digantikan Sang Rembulan. Aktivitas Dimas pun tlah berganti tempat. Halaman sebuah toko material menjadi lokasinya berjualan, seperti biasa. Sebelumnya berkali-kali pindah posisi, tapi semenjak dirinya dan Dian ikut berjualan, pak Wawan memilih lokasi itu hingga sekarang.  Selama Dimas dan Dian ikut membantu berjualan hampir tidak pernah sepi pembeli, selalu saja ada sepasang, dua pasang bahkan segerombolan muda-mudi maupun satu keluarga berdatangan, tidak seperti saat pak Wawan masih berjualan bersama  istrinya, cukup sepi. Tak lupa juga keduanya  merekomendasikan kepada teman-teman kampus, serta lokasi yang dipilih saat ini cukup dekat dengan tempat kost baru yang setahun lalu selesai dibangun, dan penghuninya sudah menjadi pelanggan nasi goreng pak Wawan. "Mas, 2 porsi yang pedes ya," kata seorang pembeli kepada Dian. "Ditunggu ya Mas," jawab Dian diiri
Read more
25. Mendadak Gelisah
  Matahari saja baru perlahan muncul dari persembunyiannya, tapi di salah satu kamar kost di lantai dua milik pak Wawan sudah ada hati yang gelisah tanpa tahu sebabnya. Tidak hanya hati, pikirannya pun tidak tenang, entah karena apa, yang mengalami pun bingung.  Bukannya merasa tenang selesai menunaikan kewajiban Subuh, melainkan kegelisahan tanpa sebab.  'Ini akan ada apa lagi ya? Ya Allah, mohon beri ketenangan di hati ini,' lirihnya, semakin gelisah.  Sudah beristigfar berulang, bermohon pada Yang Maha Kuasa, tapi tetap saja rasa gelisah tak kunjung mereda membuat pikirannya semakin menerka ini-itu.  Biasanya disetiap hari minggu pagi, selesai menunaikan kewajiban dia langsung pulang dan pagi ini tidak, ada rasa khawatir kalau terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan karena rasa gelisah yang tanpa sebab ini.  Sudah lebih dari
Read more
26. Kesal
  "Nih lihat. Nunik sudah menunggu di rumah." Menyodorkan handphonenya. Nayla pun melihat layar handphone yang tengah menyala itu. Ternyata benar, Agus kali ini tidak berbohong. Tadinya dia ragu serta ingin menolak saat diajak ke rumah calon mertua. Khawatirnya kejadian kemarin terulang lagi.  "Maaf Mas," lirihnya, merasa tak enak.  "Ndak papa. Bapak dan ibu masih lama?" "Ninggal pesan ke Novi saja, pulangnya mungkin menjelang bedug," jawab Nayla.  Meski Agus saat ini tidak beralasan seperti kemarin. Entah kenapa Nayla tetap merasa gelisah, ditambah lagi di sana ada saudaranya. Walau banyak pertanyaan di kepala, ia tetap diam dan menurut.  Tak hanya gelisah yang Nayla rasakan untuk saat ini, apalagi ketika penglihatannya menangkap dua orang tengah duduk, seolah sedang menunggu kedatangannya di teras depan. Dadanya berdebar keti
Read more
27. Gelisahnya Dimas
Hardi mengepalkan kedua tangan, giginya saling menyatu, geram. Helaan nafasnya pun memburu serta dadanya bergemuruh dengan tatapan tajam tertuju pada keponakan yang tengah duduk menyendiri di bangku panjang teras samping. Tanpa mendekat, ia sudah tahu kalau Nayla tengah bersedih.  Beberapa hari yang lalu hatinya sedikit lega saat melihat Nayla telah kembali tersenyum, meski tidak sempurna karena sudah ada keceriaan dengan menyibukkan diri ikut orang tuanya ke kebun belakang rumah maupun yang di pembatas desa. Tapi, seharian tadi dia berulang kali mendapati keponakannya kembali seperti sebelumnya, menyendiri serta melamun dengan tangis tanpa suara. Setelah menetralkan gemuruh di dada, dia beranjak masuk melewati pintu depan. Tanpa memperdulikan beberapa saudara pak Supri yang jumpai tengah berbincang-bincang di ruang tamu, dia langsung masuk mencari keberadaan Novi. "Hp Mbak Ela ada dikamar ndak Nov?" Langsung mengutarakan maksudnya saat sudah menjumpai N
Read more
28. Teringat Waktu Itu
    "Mau kemana Kak?" Bingung saat Dimas menariknya dan entah akan diajak kemana.  "Ikut aja ya, Yank." Menarik tangan Nayla lalu mengajak pergi dengan langkah lebar.  Nayla tetap menurut mesti hatinya bertanya-tanya. "Naik dan pakai ini." Menyodorkan helm.  Nayla menerima helm tersebut, lalu memakainya tanpa bersuara.   'Maafkan aku yank, terpaksa aku lakukan ini karna aku tak ingin jauh darimu.' 'Aku mau di ajak ke mana ya?' Batinnya bertanya-tanya. Setelah satu jam perjalanan, kini keduanya sampai tujuan. Tapi, Nayla sama sekali tidak tahu dengan tempat yang ada di depannya saat ini. Dalam hati ia bertanya-tanya, tapi urung untuk masih  diucapkannya.  Dimas meraih tangan Nayla, lalu di genggamnya. Kemudian berucap pelan, setelahnya melangkah
Read more
29. Aku Harus Apa?
 "Tidur Mas, biar besok malam kuat begadang. Jangan hanya mandangi gambarnya saja," ucap Anton, didekat telinga Agus.Agus yang sedang asyik memandangi foto Nayla dengan posisi miring menghadap tembok seketika menoleh. Seketika wajah memanas, malu itu yang tengah ia rasa. "Itu alismu kenapa kok gitu, gatel?" Sengaja mengalihkan pembicaraan, sudah menyadari kalau adiknya berusaha menggoda. Anton mengerucutkan bibir dengan berdecak pelan sembari ikutan merebahkan tubuhnya di sebelah Agus."Mas," panggilya setelah berbaring terlentang di sebelah Agus."Hem ...." Masih sibuk melihat ke layar handphonenya. "Kata Dewi, calon Mas seumuran Andi, bener?"Agus terdiam, sepertinya sedang mengingat-ingat sesuatu, setelah beberapa detik tersenyum sambil melihat layar handp
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status