All Chapters of Terjebak Cinta Artis Tenar: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
21. Kabar Buruk Darinya
Andara melihat ke luar kaca. Apartemen itu cukup luas. Ada tiga kamar. Ruang tamunya juga cukup luas. Andai saat itu saya dan Andara sudah berpacaran dan bukan sebagai adik kakak seperti sekarang, mungkin ini akan menjadi tempat yang romantis untuk kami. "Jadi kamu belum mau ngenalin cowok baru lagi nih ke kakak?" ledek saya pada Andara yang masih sibuk melihat pemandangan luas di bawah sana. Andara berbalik dan melihat ke arah saya. "Kayaknya aku mau stop pacaran dulu kak," ucap Andara agak sedih. Saya heran,"Kenapa?" "Aku mau fokus dulu ke karir." "Katanya mau buru-buru nikah?" "Kata siapa?" "Kemaren kan kamu sendiri yang bilang." "Itu kalo dapet pacar yang bener kak. Dan nggak mau cepet-cepet juga." Mendengar itu saya diam. Andara memegangi perutnya. "Adek laper," ucapnya polos. "Mau kakak masakin?" Andara kaget dan tampak tak percaya,"Emang kakak bisa masak?" "Ya bisal
Read more
22. Perempuan Bernama Diva
Saya langsung ke rumahnya. Andara semakin histeris menangisnya saat melihat saya. Saya coba tenangkan dia. Ira yang ada di sana hanya diam. "Apa adek punya masalah sama orang di stasiun televisi?" tanya saya. "Nggak ada, kak. Kakak kan tau sendiri aku nggak pernah telat ke lokasi shooting dan aku juga nggak ada masalah apapun di sana." Saya pun diam. "Aku harus gimana kak?" "Yaudah, adek sabar ya. Kakak yakin nanti juga adek bakal dapet job yang lebih bagus dari ini." Hanya itu yang bisa saya ucapkan padanya. Jujur, melihat dia menangis saya ikut sedih, yang lebih sedihnya lagi kini melihat dia kehilangan sumber pendapatannya. Selama ini dia meniti karir dari bawah, dimulai dari model, bintang iklan, lalu terjun ke dunia sinetron. Hari-hari berikutnya Andara tidak sebawel biasanya. Kata Ira dia banyak mengurung diri di kamar. Namun saat Ira mengabarkan kalau tawaran iklan mulai berdatangan kepadanya, saya menjadi tenang. Andara
Read more
23. Lo Kenapa, Sob?
Saya pun memilih diam karena saya heran ini acara perayaan atau acara mak comblang. Akhirnya saya tanyakan soal diterimanya Andara menjadi peran utama di sinetron terbarunya nanti. Andara pun bercerita segala hal bagaimana dia lolos casting. Dan bercerita tentang Raka, bagaimana selama ini dia sangat kagum sama aktor satu itu. Andara bercerita kalau dia sudah mengimpikan sejak lama untuk bisa satu frame dengan Raka. Mendengar dia begitu memuji-muji Raka, rasa cemburu saya kembali datang. Cukup lama saya tidak merasakan ini lagi semenjak Andara berniat untuk berhenti pacaran. Setelah hampir 2 jam kami di sana, kami pulang. Setiba di apartemen Andara menelepon saya. "Menurut kakak si Diva gimana?" tanya Andara di seberang sana. Saya terkejut mendengar pertanyaan itu,"Gimana apanya?" "Ya, gimana? Kakak suka nggak?" Benar dugaan saya, Andara sengaja mengundang Diva untuk mengenalkannya pada saya. "Apaan sih dek, dia kan temen kamu
Read more
24. Jangan Ditutupi Lagi
Akan tetapi, bukannya membuat saya pulih dari kegundahan, melainkan membuat saya hampir pingsan saking ketakutannya terhadap wahana-wahana ekstrim di sana. Berbeda dengan Yongki, dia malah senang dan ingin naik wahana itu berkali-kali sampai saya Lelah dan saya paksa untuk keluar dari sana. Saat saya sedang menikmati suasana senja di pinggir pantai Ancol, sambil menikmati es kelapa muda bersama Yongki, Diva mengirim pesan kepada saya. "Kakak apa kabar?" Sungguh, saya sangat berharap pesan itu datang dari Andara, bukan dari dirinya. "Baik," balas saya pada pesannya. "Si Andara kenapa ya susah banget dihubungi? Kakak kayak aku juga nggak?" Pertanyaan itu membuat saya berpikir, ternyata bukan saya saja yang dicueki Andara. Akhirnya saya membalas pesannya dengan jawaban bahwa saya diperlakukan begitu juga oleh Andara. Akhirnya saya menelpon ibu dan Shasa, rupanya mereka juga susah menghubungi Andara dan bahkan Andara tidak pernah menghubun
Read more
25. Meninggalkan Andara
Tak berapa lama kemudian, Yongki masuk ke dalam lalu membawa sebotol besar minuman dan dua gelas kosong, kemudian meletakkannya di dekat saya. "Ini obat galaunya." Saya tercengang saat melihat sebotol minuman anggur beralkohol ukuran besar teronggok di dekat saya. "Nggak, saya nggak mau." "Harus mau, biar elo lepas!" "Itu bukan solusi." "Ini solusi." "Bukan." "Solusi." "Bukan." "Solusi" Tanpa pikir panjang akhirnya saya raih botol minuman itu lalu saya buka dengan gigi saya, kemudian saya tenggak sebanyak-banyaknya. Yongki tercengang tak percaya. "Sisain gue!" Setelahnya saya tepar, tak tahu lagi apa yang saya lakukan. Saya membuka mata. Saya terkejut sudah berada di kasur empuk saya. Saya menoleh, kaget mendapati kakak pertama saya duduk di sisi kasur sambil melotot marah ke saya. Dia mengambil bantal guling lalu memukul mukul saya dengan bantal guling itu sambil mengelua
Read more
26. Ayah Ingin Punya Cucu
Kemudian handphone saya berdering tanpa henti. Telepon dari Andi, ayah, ibu, kedua kakak saya dan Shasa. Saya langsung mematikan handphone saya agar tidak berbunyi lagi. Pesan saya ke akun media social Andara pun belum dibacanya. Saya datang ke rumah Yongki membawa amarah. Kebetulan sekali, terdakwahnya baru keluar dari rumah memakai pakaian satpam. "Yongki!" teriak saya. Yongki menatap saya dengan terkejut. Dia buru-buru masuk ke dalam dengan takut lalu menutup pintunya dengan kuat. Saya mendekat ke arah pintu masuk lalu mencoba membuka pintu, ternyata terkunci. "Buka!" teriak saya dengan emosi. "Nggak!" teriak Yongki dari dalam. "Buka!" "Nggak!" "Kamu kan mau kerja?!" "Gue bisa izin sakit!" Saya semakin kesal. "Buka!" "Nggak!" "Hapus videonya!" "Udah keburu viral! Percuma diapus juga!" Setelah kami lelah saling meneriaki, akhirnya Yongki keluar. Dia langs
Read more
27. Ternyata Itu Alasannya
Di apartemen, saya merekam video diri saya dengan camera handphone. Dengan gugup, saya bicara menghadap camera handphone yang sudah saya letakkan di tongsis duduk. "Assalamualaikum semuanya. Saya mohon maaf atas video tentang saya yang beredar baru-baru ini. Ini semua karena keisengan orang terdekat saya. Dan saya sudah memaafkan orang yang memposting video itu. Saya akui, gambar-gambar di video itu memang foto saya dengan Andara. Tapi sebenarnya yang diceritakan dalam video itu tidak benar. Saya dan Andara tidak pacaran. Hubungan kami layaknya kakak adik, dia adik angkat saya. Kepada pihak yang merasa tidak nyaman dengan vidio itu saya minta maaf. Terima kasih. Assalamulaikum." Rekaman video itu langsung saya unggah di semua sosial media saya. Semoga ini bisa reda dan Andara yang sedang sibuk shooting bisa tenang.   Seharian saya sibuk menulis naskah. Di sela menulis naskah, sekali-kali saya memperhatikan komentar netizen tentang unggah
Read more
28. Andai Semua Tahu
Andara meraih handphonenya lalu menunjukkan foto lama almarhum kakakknya. Saya melihatnya sambil tercengang. Saya tak percaya, memang di foto itu saya sangat mirip dengan almarhum kakaknya. “Terus alesan ngejauhin kakak?” tanya saya yang masih penasaran. “Aku pikir, aku udah salah jadiin kakak sebagai kakak angkat aku. Aku pikir itu adalah sebuah penghianatan kepada almarhum kakak aku. Karena bagaimana pun, sayang aku ke almarhum nggak bisa digantiin ke orang lain. Makanya aku jauhin kakak, jauhin keluarga kakak juga,” isak Andara. Saya diam. Tak tahu harus berkomentar apa. “Sekarang aku sadar, mungkin Tuhan ngehadirin kakak dalam hidup aku adalah jawaban dari doa-doaku yang meminta pada-Nya untuk dikembalikan lagi almarhum kakakku ke dunia.” “Kakak emang nggak bisa ngegantiin almarhum kakak kamu, tolong jangan jauhin kakak lagi,” pinta saya kemudian. Andara mengangguk. Saya cukup terkejut mengetahui semua itu.
Read more
29. Elo Harus Ngungkapin Cinta
Saat pulang ke rumah mamahnya Andara, Mamah bercerita banyak soal almarhum. “Wajahnya memang mirip banget sama kamu,” ucap mamah pada saya. “Tapi gantengan saya kan, Mah?” canda saya. “Gantengan dia lah!” ucap Andara tak mau kalah. “Iya, percaya deh,” ucap saya. Mamah tertawa senang. “Waktu itu kenapa nggak bilang ke saya kalo wajah saya mirip sama wajah almarhum,” tanya saya ke mamah. “Sebenarnya mamah sama keluarga Andara yang lain, sudah jarang bahas almarhum karena takut Andara sedih. Makanya waktu itu mamah nggak mau bahas soal itu,” ucap mamah menjelaskan. Saya angguk-angguk. Setelah itu, mamah mengajak saya ke sebuah ruangan di rumahnya. Sebenarnya ruangan itu adalah kamar almarhum. Andara juga ikut ke sana. Saat sampai di kamar itu, saya lihat banyak sekali foto-foto almarhum kakak Andara di dinding itu. Foto-fotonya sangat mirip dengan saya. Mamah menunjukkan isi lema
Read more
30. Keputusan Bulat
Andi kembali menyeruput kopi sebentar lalu kembali meletakkannya ke atas meja. “Maksudnya?” tanya saya karena tidak mengerti. “Kalo dia udah nikah sama orang lain, terus suatu saat elo tahu kalo dia ternyata suka sama elo sebagaimana layaknya pasangan kekasih, lo pasti nyesel banget, Sob.” “Kalo dia nolak?” “Elo masih punya kesempatan untuk jadi keluarganya dia. Kalo dia emang udah anggap elo sebagai keluarga, nggak ada orang yang bisa ngebuang keluarga, separah apapun masalahnya. Kayak elo, lima tahun ngilang, buktinya orang tua elo masih sibuk nyariin elo.” Saya jadi termenung mendengar ucapan Andi. Perkataan Andi memang ada benarnya juga. “Saya pikirin dulu ya, Sob. Di posisi saya, nggak gampang memutuskan saran kamu itu,” ucap saya dengan sejujur-jujurnya pada Andi. “Terserah elo dah.” Andi pasrah. Saya diam. “Ngomong-ngomong orang kaya cuman bisa ngasih ngopi doang ya? Ma
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status