All Chapters of ISTRIKU BOCAH: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
Bab 21
Mas Daniel menahan langkah dan lantas menoleh kebelakang. Memandang sang adik layaknya menatap musuh dimedan perang. “Aku serius, Kuda Nil.” Mataku terbelalak lebar. Tak menyangka jika Delon bisa sekurang ajar ini pada kakaknya.Tak hanya memanggil Bro, dia juga memanggil nama. Tidak itu saja, dia pun tanpa segan menyamakan kakaknya dengan kuda malas yang suka berendam air itu? Luar biasa sekali keluarga ini!“Kalau kau, tidak bisa menghargai apa yang kau miliki, maka berikan padaku. Aku bersumpah akan menjaganya dengan sebaik mungkin.” Delon tampak tak gentar sedikit pun, meski jelas-jelas tak ada sorot damai dari pancaran mata kakaknya.“Tutup mulutmu, Anak Nakal!” sentak Mas Daniel tajam.Seolah tak menganggap bentakan dari saudara kandungnya seperti sebuah ancaman, Delon hanya mendengus kecil.“Putri, jangan ragu-ragu untuk datang padaku kalau kau tak nyaman dengannya, ya. Oke?” Delon memperingatk
Read more
Bab 22
Aku tertunduk saat rasa cemburu dalam dada tak bisa kuhindari. Bagaimana aku tak cemburu, bahkan di depan kedua orang tua dan sepupunya dia membela Lita mati-matian bukan?Alan mendengkus kecil. Seolah menganggap apa yang telah diucapkan kakak sepupunya, tak beda jauh dengan rakyat kecil yang tak didengar oleh petinggi negeri ini."Bodoh."Mas Daniel mengetatkan rahang saat Alan terang-terangan mengejek dirinya bahkan didepan orang tuanya sekalipun.Di sisi lain, tanpa terduga, Pak Ramon dan istrinya justru terlihat menahan tawa mendengar keponakan mereka berucap tanpa beban saat mengolok sepupunya."Tau begini, harusnya kemaren aku saja yang menikahi Putri, Ma. Daripada mubadzir."Aku tersentak lantas membelalak selebar-lebarnya. Mubadzir dia bilang?Mama mertua terlihat salah tingkah saat Alan memandangnya sambil geleng kepala. Seperti menyayangkan pernikahanku dengan Mas Daniel."Miris melihat kelakuan mu, Bro. Ada batu berl
Read more
Bab 23
  "Semua ada porsinya masing-masing, Alan."  "Benar, Putri. Aku salut padamu. Bahkan, dengan keterbatasan ekonomi yang kau miliki kau tidak pernah berpikir masuk ke lubang dosa sepertiku." Aku terdiam lagi mendengar pendapat yang diutarakannya. "Bukan hal baru jika seseorang yang kekurangan ekonomi bakal mencari materi denga menjual tubuhnya. Tapi itu tidak berlaku padamu, Putri. Salut aku, padahal wajahmu sangat menjanjikan." "Hei, aku masih punya iman Alan." Aku mencebik kesal padanya yang memang sepertinya tanpa filter berbicara. "Tidak mungkin semudah itu aku melakukan perbuatan kotor dengan menjual diri. Kau tahu, sebagai wanita aku hanya ingin menyerahkan apa yang paling berharga pada suamiku." Alan menatapku penuh arti. "Karena aku cuma punya kehormatan,kan? Bukan harta benda yang ku miliki." Kini air mataku tidak hanya menitik tapi mengalir deras. Sesak dalam dada kian menghimpit saat menyadari
Read more
Bab 24
"Masuk kamar sekarang!" titah Mas Daniel saat aku memilih tetap diam di tempat, bahkan setelah dirinya mengintimidasi  dengan tatapan ketika memintaku masuk ke kamar. "Tidak mau! Aku masih mau disini!" "Kalau suami bilang masuk, ya masuk!" Aku bergeming. Tak ingin beranjak meski suamiku tampak murka saat memberi perintah. Merasa diperhatikan oleh Mama mertua dari kejauhan, membuatku sedikit tak enak hati.  "Apa perlu aku gendong kamu, Putri?" "Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri." Meski sebelumnya enggan, akhirnya aku mengikuti langkah suamiku ke kamar. Setelah menggosok gigi dan mencuci wajah, aku langsung berbaring dan menarik selimut. Rasanya masih enggan untuk tidur bersebelahan dengan lelaki paling egois yang jalan pikirannya susah di tebak seperti Daniel Hadiwijaya. Setelah memastikan Mas Daniel tidur, aku tak langsung merebahkan diri. Sambil menungggu kantuk datang, aku memilih untuk duduk di so
Read more
Bab 25
Alan melipat lengan kemejanya saat dia tertarik untuk memegang sutil dan mengaduk tempe bacem yang belum sepenuhnya matang. "Oh... jadi gini? Harus berani bumbu emang, ya, Put?" tanyanya sambil terus memperhatikan tempe bacem dihadapannya. "Iya, dong." Bik Onah menatap aku dan Mas Alan dengan wajah sumringah. "Bik, serius banget ngeliatin aku sama Putri?" Bik Onah terlihat sedikit salah tingkah saat Alan bertanya dengan gamblang. "Pasti dalam hati bibik mau bilang kalau aku sama Putri serasi banget, kan?" terka Alan sesukan hati. Aku menepuk punggung Alan dengan sebal. "Suka mengada-ngada, ya kalau ngomong?" "Doain aja ya, Bik. kalau jodoh nggak akan lari kemana?" Bik Onah tersenyum tipis. Entah setuju dengan ucapan buaya darat ini atau tengah menganggap itu sebagai hburan, aku juga tak mengerti. "Aduk lagi, tuh!" *** Alan ternyata punya kamar khusus di rumah ini, mandi dan mengga
Read more
Bab 26
"Maaf ya, Bik. Aku janji cuma buat malam ini saja." Aku berucap canggung saat merasa tak enak hati karena mengganggu waktu istirahatnya malam ini. "Iya, Mbak." Aku mengedarkan pandangan. Menyadari hanya ada satu kasur bsa setinggi 20 cm dengan ukuran single size, membuatku ragu harus melakukan apa sekarang. "Mbak Putri, tidur diatas saja, biar bibik yang dibawah pakai karpet." Ya Tuhan, kenapa jadi aku makin merasa bersalah begini? "Biar aku saja yang tidur di karpet, Bik." Aku buru-buru memotong ucapan Bik Onah. Tak mau egois dengan mengesampingkan orang lain padahal aku yang menumpang. "Jangan!" "Tidak apa-apa, Bik. Aku dari kecil sudah biasa hidup susah." "Jangan Mbak, pokoknya jangan." "Putri!" Terdengar suara Mas Daniel dari balik pintu. Membuat pikiran ku jadi makin tak karuan dibuatnya. "Bagaimana itu, Mbak?" Bik Onah yang baru saja menggelar karpet bulu bermotif bunga, menatapku meminta p
Read more
Bab 27
"Putri, kamu baik-baik saja kan sama Mas Daniel." Aku diam membeku saat Mama yang telah berpakaian rapi, memberikan wejangan padaku. "Mama sama Papa?" tanyaku bingung saat melihat kedua mertuakuseperti siap untuk pergi siang ini. "Mama sama Papa harus ke jogja, sayang. Delon sakit dan harus dirawat. Mama nggak tega," ungkap Mama mertua dengan mata berkaca-kaca. "Iya, Ma. Semoga semuanya baik-baik saja, ya." *** Sorenya Alan  yang mungkin tak semat dikabari oleh Mama mertua datang dengan wajah ceria ketika bertandang. "Ma.... aku datang." Masuk ke ruang tamu, Alan berseru dengan lantang seperti biasanya. "Mama lagi ke jogja, Delon sakit dan harus di rawat." Sambil menuruni anak tangga aku menyampaikan apa yang rasanya perlu untuk disampaikan. "Oh... poor boy." Alan menunjukan simpati saat mendengar sepupunya dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. "Semoga saja lekas membaik, r
Read more
Bab 28
"Sudahi omong kosong mu, Putri! Masuk sekarang!" Alan tampak menutup ponselnya dengan kaku saat sepupunya memberikan perintah serupa secara paksa kepadaku. Aku masih diam membatu, tak tertarik untuk langsung masuk dan mengikuti perintah suamiku tak berperasaan ini. "Aku bilang masuk!" Teriak Mas Daniel mengulang lagi titahnya yang tak juga kuindahkan meski berkali-kali dia berucap dengan nada marah. "Makasih ya," aku menatap Alan dengan perasaan mengharu biru sesaat sebelum menarik langkah masuk. Memenuhi perintah lelaki yang bergelar suami yang sayangnya tak pandai menjaga perasaanku apalagi memanusiakan diriku selayaknya istri. Alan mengangguk gugup ketika tatapan kami beradu. Dari sinar matanya, jelas sekali dia menaruh rasa iba dan prihatin atas apa yang menjadi takdirku. Memiliki suami yang bahkan menganggapku tak lebih dari objek yang bisa dia lepas dikala dia bosan.  "Ingat, ada gue yang siap menghapus air matanya kalau kau
Read more
Bab 29
Melihatnya meraih ponsel, hatiku mendadak panas meski sebelumnya sempat menguatkan hati untuk tak terpengaruh dengan apa pun yang menyangkut Mas Daniel. "Iya, Ma?" Terlihat lelakiku menyapa saat mungkin sudah terhubung melalui sambungan telepon dengan lawan bicaranya. Oh, rupanya Mama yang menelepon sang anak, aku tak bisa mengerti kenapa ada rasa lega yang menjalar didada. Saat tahu jika ternyata Mama mertua yang menelepon, bukan Lita seperti yang kuperkirakan sebelumnya. Aku yang sedang melipat mukena, hanya memperhatikan dari jauh suamiku yang sedang bertelepon ria dengan Mamanya. Setelah beberapa saat menyapa sang Mama, terlihat Mas Daniel terdiam untuk waktu yang cukup lama. Mungkin saja dia tengah mendengar dan mencerna baik-baik petuah yang diberikan oleh wanita yang telah melahirkannya, aku tak tahu. "Apa!?" Jelas sekali Mas Daniel syok. Ah, ada apa ini sebenarnya? Kabar apa yang membuat dia jadi sedemikan terkejut? "Ja
Read more
Bab 30
(POV Daniel)"Mas, aku turun dulu, ya ke dapur." Putri bersuara lembut, ah, tidak, lebih tepatnya sengau ketika meminta izin turun kedapur. Meninggakan aku yang masih duduk santai di sofa kamar sembari memainkan ponsel."Ya." Aku hanya menatap sekilas sebelum gadis belia itu turun dan melakukan aktivitas yang seperti sudah menjadi rutinitasnya.Pukul 06.00 wib aku masih berdiam diri disini, tersentak saat tiba-tiba ada yang menelepon.Nomor yang tidak dikenal yang aku tahu betul siapa orangnya menghubungi diriku lagi pagi ini.Kuangkat panggilan meski dengan gerakan malas."Mas, jangan bilang kalau kamu sudah benar-benar jatuh cinta, ya sama dia?" Suara yang dulu terdengar manis ditelinga, kini tak lagi sama.Kuakhiri panggilan tanpa menjawab. Berharap dia mengerti dengan keputusan yang sudah berulang kali aku sampaikan.Maaf, Lita... jika akhirnya aku ingkar janji. Tak semudah itu rupanya mempertahankan hati d
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status