Semua Bab Tafsir Waktu: Bab 71 - Bab 80
102 Bab
Chapter 70
Kepala suku mengajak kami untuk singgah di kediamannya. Dari luar memang tempatnya hanya seperti gubuk tua biasa, tapi ketika aku masuk ternyata keadaan di dalamnya cukup besar. Seluruh ruangan nampak terang dengan cahaya yang di buat sendiri oleh suku Polska. Walaupun tempat itu sangat tersembunyi, tapi sepertinya mereka tidak kekurangan apa pun. Masyarakat hidup sejahtera di desa ini.Kami di jamu dengan baik saat itu, meja dan kursi tersusun rapi. Diatasnya sudah terhidang jamuan makan yang lezat, lengkap dengan lauk dan buah-buahan yang di ambil dari hasil pertanian dan perternakan yang di kelola oleh mereka sendiri. Ada juga anggur, kopi bahkan susu yang sudah diseduh di termos kaca sebagai minumannya. "Sebenarnya apa yang kita lakukan sekarang, menunda-nunda perjalanan seperti ini?” ucap aku berbisik pelan. “Tenang, Akira. Kita tak boleh gegabah. Siapa tahu kita mendapat bantuan dari kepala desa ini.” ucap Alvar. “Iya, tapi jik
Baca selengkapnya
Chapter 71
Dalam keremangan sunyi, redup dan sedikit berkabut. Wajah mereka terlihat samar. Bayang tubuh bergantian sisi mengikuti ayunan lampu di atasnya. Kupandangi satu-satu mendekat.  Semua segala yang ada disini aku mengenalinya.. Tempat ini. Bukankah ini rumahku? Apa yang aku lakukan di sini? Lantas, siapa mereka? Mungkinkah mereka keluargaku? Tunggu, sepertinya ada yang aku kenal dan aku pikir tak mungkin itu dia. Satu di antara mereka, tak asing di mataku. Wajahnya bersinar, cukup jelas terlihat di antara yang lainnya. Di antara Belinda, Aero, profesor Javier, ibu.. Tapi, Siapa Dia? Kucoba menatap mereka lebih dekat lagi. Menerawang memori para wajah keluargaku satu demi satu. Beberapa saat, akhirnya kudapati satu wajah yang begitu dekat denganku di masa lalu.  Ya, sekarang aku benar-benar ingat. Dia… Dia Mario teman kecilku. Sedang apa dia disini? Sejenak aku terdiam. Bukankah dia sudah meninggal, kenapa tiba-tiba saja ia muncul di depanku. Di tempat ini. Apa
Baca selengkapnya
Chapter 72
"Bu, maaf Bu, Aku tak sengaja.” ku coba meminta maaf pada sang Ibu.Namun, aku terperanjat melonglong. Bukanlah sebuah jawaban yang ku dapat. Melainkan hanya tuturan kalimat yang seakan menghujam keras ke dalam jiwaku.“Mana? Mana anaknya Mario? Di mana?” Berkali-kali Mario menunjuk ke arahku. Berikut sang ibu juga berkata demikian.“Sudahlah Mario, di sini tak ada siapa-siapa, ayo pulang.” Sambil menggandeng tangan Mario, mereka pun beranjak pulang. Pergi berlalu menjauh meninggalkanku sendiri.Dalam alunan langkahnya, terlihat jelas wajah Mario yang terus menatapku penuh kemarahan, seakan masih tak terima atas perlakuanku padanya. Perlakuan yang aku sendiri tak yakin telah melakukannya. Aku ternganga dalam diam. Mereka kian menjauh, makin samar dan akhirnya menghilang di antara kabut tipis menuju rumahku. Lagi, aku dihadapkan oleh sebuah kenyataan tabu. Kenapa aku bisa di sini? Kenapa Mario bisa melihatku, sedang Ibunya tid
Baca selengkapnya
Chapter 73
Suasana yang tenang lagi tenteram itu mendadak dipecahkan oleh kedatangan pusaran air yang bergerak dahsyat. Pusaran air yang datang tiba-tiba itu seperti ingin menghantam kami. Sentak kami langsung menghindarinya dengan cepat. "Apa-apaan itu tadi, untung saja kita tidak terkena pusaran air itu.." berseru aku. "Sepertinya sudah di mulai, sesuatu akan datang. Bersiaplah Akira..." ucap Alvar. Seseorang datang ketika pikiran kami sedang menerawang, apa yang baru saja menyerang kami tadi. Seorang pria mengenakan pakaian yang indah gemerlapan laksana terbuat dari lempengan-lempengan emas murni. Ia juga mengenakan mahkota kerajaan yang sangat berkilauan sehingga aku dan Alvar sangat sulit menatap wajah pria tersebut. "Siapa kau, kami hanya ingin melewati perairan ini. Jangan ganggu perjalanan kami.." ujar aku. Pria itu tertawa terbahak-bahak seraya menyinggung kedatangan kami, "Kalian manusia, pasti ingin menghancurkan tempat ini. Kalian memang peru
Baca selengkapnya
Chapter 74
Hari menjelang senja. Matahari telah menggelinding pelan ke ujung cakrawala. Kami melanjutkan perjalanan dengan pelan memunggungi matahari, setelah tenaga kami terkuras sehabis pertarungan tadi. Terbawa arus kehidupan yang belum bisa berhenti. Terbawa gelap malam pekat yang selalu memberi rasa tidak aman. Apa bulan merupakan simbol kegelapan? Apa matahari simbol cahaya? Tidak ada jawabannya, setelah beberapa waktu kami berjalan. Akhirnya kami berada di tempat yang berbeda. Tiba-tiba pandanganku terarah pada satu tanjakan yang tinggi namun tidak kelihatan apa yang ada di seberang tanjakan itu, “apa kau tahu tanjakan itu akan membawa kita kemana?” Tanyaku, yang penasaran dengan tanjakan bak gunung di mataku. "Aku tidak tahu disana ada apa, lebih baik kita lihat saja.." ucap Alvar. Dengan susah payah kami menaiki tanah-tanah bergerigi, tapi itu tidak menyurutkan semangat kami. Perjuangan kami sudah mencapai garis finish, saat melihat di depan mata, ada l
Baca selengkapnya
Chapter 75
Aku melompat ke batang sebuah pohon, mendekap pohon itu dengan melingkarkan kedua tangan dan kakiku. Lalu aku turun perlahan, seperti menuruni pohon kelapa, hingga hampir sampai pangkal pohon, aku melompat ke tanah, ke dekat genangan air lumut. Di tepi genangan air itu kulihat ada seekor binatang menggelepar di sana. Kepalanya mirip ular sekaligus lele. Tapi tubuhnya berupa rangkaian batu atau kerikil yang tidak merekat sepenuhnya, seperti puzzle. Ia bergerak! Antara kepala dan tubuh binatang itu tidak menyatu, tetapi dalam gerakannya tampak bahwa kepala dan tubuh itu satu kesatuan. Lalu seorang lelaki tua muncul, melompat juga dari pohon yang tadi kuturuni. Dia menghampiriku dan bilang, “Itu binatang yang berevolusi setelah ratusan tahun. Sebenarnya tubuh itu bukan seluruhnya batu. Itu tubuh lele yang meniru ekosistemnya, batu-batu yang ada di sini. Dia tidak bisa kembali ke air setelah ribuan tahun. Cara dia bertahan hidup adalah dengan bersatu dengan batu, la
Baca selengkapnya
Chapter 76
Sekilas kulihat bayangan seorang berlalu, debu tebal menyelubungi seluruh tubuhku. Kaki dan tanganku bergerak sedikit kaku. Getaran timbul dan memasuki telingaku sehingga menimbulkan sebuah suara yang tak aku mengerti apa itu. Secara mendadak adegan itu terpampang jelas di depanku. Seorang pria bermata hijau mengkilat dari balik topengnya dengan rambut coklat yang berantakan. Dan pakaian serba hitam dengan jubah yang berkibar tertiup angin, juga pedang api yang sangat mengerikan. Sekarang ia ada beberapa langkah di hadapanku. "Siapa dia!?" ujar aku. "Aku juga tidak tahu dan baru melihatnya.." ucap Alvar. "Sepertinya orang ini memiliki kekuatan yang cukup kuat. Tapi anehnya aku bisa merasakan kekuatan kristal biru di dalam dirinya.." ujar Allura. Entah kenapa aku seperti percaya saja dengan apa yang di ucapkan Allura, karena aku rasa pria di depan sana ada hubungannya dengan kristal biru yang aku miliki. Ini seperti keterikatan yang tidak bisa
Baca selengkapnya
Chapter 77
Ruangan tempat anak itu terduduk lesu sungguh sangat kotor, pengap dan lembap. Sarang laba-laba di mana-mana, kotoran sisa makan kelelawar berserakan, tikus-tikus berjalan kesana kemari seolah mengabaikan keberadaan kami. Bahkan ada beberapa tikus yang menggigit kaki anak itu. Bau anyir darah pun tak bisa di elakan. Ruangan ini gelap, hanya disinari sedikit cahaya bulah purnama yang masuk menerobos jendela kayu yang dibiarkan terbuka. Aku berjalan mendekati anak itu, mencoba menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Dan mengapa dia bisa ada di tempat menyeramkan ini. Harmoni gesekan bambu pun semakin keras, angin yang berhembus bertambah kencang, jendela kayu yang reot itu bergerak keluar masuk. Kreket… kreket… Bulu kuduku semakin berdiri. Keringat mulai deras bercucuran. Ternyata angin malam yang sangat dingin tidak mampu mendinginkan mengusir rasa penasaranku. Malah menambahnya. Aku pun berjongkok berusaha melihatnya lebih dekat lagi. Tapi dia tetap menundukan kepala
Baca selengkapnya
Chapter 78
Tiba-tiba dia menghilang entah kemana. Seketika itu kepalaku mendadak pusing. Tubuhku semakin lemas. Dan… aku tak kuat lagi. "Akira!!!" aku mendengar suara teriakan yang membangunkanku dari ketidaksadaran diri. "Siapa kau!!!" ternyata itu Alvar yang ada di sebelahku, tubuhku bersender di sebuah pohon bambu yang ku dengar suara sapuannya yag tertiup angin tadi. "Apa yang sudah terjadi padamu, tiba-tiba saja menjadi seperti itu tadi.." ucap Alvar. "Waktu itu aku melihat Mario di masa lalu, sekarang aku melihat diriku. Sepertinya ada yang ingin mencoba mengendalikan tubuhku ini lagi." kataku. "Gawat! kau jangan terlalu memikirkan masa kelammu Akira, itu akan menciptakan kegelapan pada dirimu. Dan kemungkinan besar sang raja kegelapan dapat mengendlikan tubuhmu.." ucap Alvar. "Hmm.. aku mengerti ucapanmu itu!" kataku. Terpisah oleh sebuah elemen yang tak bisa digambarkan bagaimana bentuk dan rupanya. Walau banyak orang yang tak
Baca selengkapnya
Chapter 79
Hawa siang ini cukup menusuk. Anginnya berhembus begitu dalam. Langit pun sama, keadaannya hitam dan tak bersahabat. "Aku suka saat kau memainkan seruling itu, apa kau dapat memainkannya lagi Parela!?" ujar Alvar. "Maaf aku hanya memainkan seruling ini, saat aku ingin memainkannya saja.." ucapan Parela itu searaya menghancurkan hati Alvar seketika. "Ya, kami juga sedang dalam perjalanan menuju kerajaan kegelapan. Seharusnya kami melanjutkan perjalanan sekarang.." ucap aku. "Apa kalian yakin, tempat itu sangat berbahaya. Sebaiknya kalian berhati-hati ketika sampai disana." kata Parela. "Ya, kami sudah tahu itu. Apa kau ingin ikut dengan kami sekarang, mungkin kau bisa dapat membantu kami disana...?" kataku. "Sepertinya tidak, aku tidak ingin mati sia-sia sampai disana." cetus Parela, ucapannya itu seperti mengingatkanku kepada Allura saat pertama kalu aku bertemu dengannya dahulu. "Kau tidak akan bisa mengajak seorang peri deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status