All Chapters of BISA TANPAMU: Chapter 61 - Chapter 70
74 Chapters
DILEMA
Dinda sangat kacau dan akhirnya tak bisa tidur malam itu. Sementara El jadi ikut rewel. Mungkin karena ibunya yang sedang dalam masalah, kondisi psikis anak itu pun kena imbas. Rifat sendiri yang sedari pulang sudah nampak sangat kelelahan, berulang kali terbangun karena tangisan El. Dan itu berlangsung hingga pagi tiba.  Mungkin karena suasana hatinya yang sedang tak nyaman, Rifat jadi tak banyak bicara pagi itu saat menghabiskan sarapannya yang seperti biasa sudah disiapkan oleh sang istri. Bahkan kali ini dia berangkat lebih pagi dari biasanya.  Melihat kekacauan di wajah sang suami, Dinda pun enggan mengajaknya bicara. Bahkan untuk berpesan tentang Icha pun Dinda tak berani. .
Read more
INGIN KEMBALI BEKERJA
Seperti dugaan Dinda, Rifat sepertinya biasa saja saat malam itu Dinda mengabari bahwa Icha datang diantar oleh Bram untuk mengambil barang-barangnya.  Dinda terlihat sangat kecewa dengan sikap Rifat itu. Meskioun pada akhirnya dia tak bisa berkata apa-apa.  ...Keesokan harinya Dinda sengaja membawa Dio dan El ke rumah Ema. Selain ingin berbincang dengan sahabatnya itu, Dinda pun sepertinya memiliki rencana lain untuk mengatasi masalah rumah tangganya.  "Ya ampun Din, perasaan baru berapa mimggu deh kita nggak ketemu. Kok kamu tambah kurus lagi? Apa aku yang salah lihat ya?" Ema yang memang senang ceplas ceplos langsung memberond
Read more
DELISHA RENGGA
"Selamat siang, Pak Hanif," sapa wanita berumur sekitar 35 tahun itu dengan penuh percaya diri saat melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam ruangan Hanif. Dinda yang memang diminta Hanif untuk menemaninya di ruangan itu tertegun sejenak dengan penampilan si wanita. Cantik, berkelas, dan terlihat sangat metropolis.  "Selamat siang. Anda ibu Delisha?" tanya Hanif sedikit ragu. Sepertinya dia pernah mendengar nama itu tapi Hanif lupa entah dimana. "Silahkan duduk, Bu," lanjut Hanif setelah wanita itu mengangguk mengiyakan. Dalam hati Hanif sedikit bertanya-tanya, karena sama sekali tak nampak keraguan atau kecanggungan sedikitpun dalam sikap tamunya tersebut.  "Terima kasih, pak Hanif. Saya rasa Anda belum kenal saya kan, Pak?" tanya wanita itu santai. Sangat serasi dengan cara duduknya yang juga seperti telah terlatih. 
Read more
SADARNYA SANG SUAMI
"Aku mau bicara, Mas."  Malam itu usai menidurkan Dio dan El, Dinda menghampiri suaminya yang tengah duduk-duduk di serambi rumah mereka. Sepuntung rokok yang belum habis dihisapnya, segera diletakkan Rifat di asbak sisi meja kala melihat raut serius sang istri.  Kemudian dia menggeser duduknya agar istrinya bisa menempatkan diri di sebelahnya.  "Ada apa?" tanyanya.  "Tadi siang aku ke kantor mas Hanif, Mas."  "Ada apa lagi?" Rifat langsung berubah sedikit kesal mendengar cerita sang istri yang menemui kakak iparnya.  "Aku mau kerja lagi," jawab Dinda singkat.
Read more
ANCAMAN SI ANAK ANGKAT
Hanif baru saja sampai di ruang kerjanya saat dilihatnya Delisha ternyata sudah menduduki kursinya.  "Anda sedikit terlambat, pak Hanif," ujar wanita itu dari kursi kebesaran Hanif. Hanif melirik arloji di pergelangan tangannya. Lebih lima menit dari jadwal para karyawannya seharusnya tiba.  "Maaf bu Delisha. Mungkin Anda yang datang kepagian," sanggah Hanif.  "Saya ingin mulai hari ini semuanya aturan  kedisiplinan lebih diperketat lagi, pak Hanif. Perusahaan ini bisa merugi banyak jika semua karyawan datang telat seperti ini." Hanif sedikit mencelos mendengar gaya Delisha bicara Delisha. 
Read more
BRAM DAN WARUNG KOPI
Siang itu Bram sudah bersiap untuk menjemput Icha di sekolah saat bu Lis menghadang di depan motornya.  "Ada apa, Bu?"  "Kamu mau kemana, Bram."  "Jemput Icha lah. Kemana lagi?"  Nampak orangtua itu menghembuskan nafas berat.  "Kenapa sih, Bu?"  "Ibu kok kangen ya Bram sama Dira. Bisa nggak habis ini kamu anterin ibu ke rumah Dira?"  "Ke Surabaya? Ya nggak bisa lah, Bu. Ibu kan tahu sekarang aku ada tanggungan ngurus Icha. Ibu pergi sendiri aja deh naik bis. Nanti Bram antar ibu ke terminal atau agen bisn
Read more
RUMOR
Meski telah berusaha menjelaskan pada Bram tentang kondisi rumah tangganya dengan sang suami yang telah membaik, nyatanya malam itu Dinda tetap gagal membawa Icha pulang.  Padahal sesuai janjinya, Rifat telah mencarikan seorang asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan sang istri. Dinda juga telah berjanji untuk menjadi ibu yang lebih baik lagi. Namun rupanya Icha telah terlanjur nyaman dengan kehidupan barunya bersama sang ayah.  Tangis kesedihan tak terbendung lagi saat perjalanan mereka pulang ke rumah. Rifat yang bisa merasakan kesedihan Dinda pun hanya bisa membiarkan wanitanya itu larut dalam tangisan. Tak sedikit pun lelaki itu berniat untuk menghentikan tangisan Dinda. Hanya sebelah tangannya yang sesekali mengusap punggung untuk sekedar menenangkan hati istrinya. 
Read more
NEKAT
Tiga minggu setelah kehadiran Delisha di kantor cabang itu, para karyawan akhirnya sudah menjadi semakin terbiasa dengan kehadirannya. Wanita yang sering berkeliling dan menegur para karyawan yang sedang ngobrol atau bersantai sejenak di sela-sela aktifitas pekerjaan mereka itu bagai momok yang selalu dihindari setiap karyawan di perusahaan cargo milik pak Arno. Meski begitu, tetap saja, ada beberapa orang yang senang sekali mencari muka pada atasan baru yang terkenal sangat sadis dan sok disiplin itu.  Hanif sendiri semakin ke sini semakin merasa tak nyaman. Bukan hanya karena kepemimpinannya yang seolah jadi bercabang dengan adanya wanita itu. Namun juga karena sikap Delisha yang terkadang sangat menganggu privasinya.  Sebagai lelaki normal, Hanif merasa tak akan sanggup jika terus-terusan mendapat godaan dari putri angka
Read more
KEGELISAHAN ICHA
Malam itu pukul 12 malam, warung kopi Bram sudah tampak sepi. Lelaki yang sudah mulai sedikit tumbuh jenggot di dagunya itu terlihat sedang membersihkan peralatan kotor sambil sesekali melirik ke anaknya yang duduk termenung di sebuah bangku pelanggan yang kosong.  Malam minggu, Bram biasanya membiarkan Icha untuk menemaninya hingga larut. Walau biasanya Icha akan sudah mengantuk saat jarrum jam menunjuk angka 9. Kali ini sedikit berbeda. Anak gadis kecilnya itu berulang kali mengatakan bahwa dirinya belum mengantuk kala Bram menanyainya. Hingga kemudian saat jam menunjuk angka 12, Icha pun masih terjaga menemani sang ayah berjualan. Selesai dengan pekerjaannya, Bram pun melangkah pelan menghampiri Icha dengan dua gelas teh panas di tangannya.  "Belum ngantuk juga,
Read more
TERJEBAK
Kian hari Delisha makin gencar mendekati Hanif. Sementara bu Intan berada pada dilemanya dari hari ke hari. Meski pada awalnya dia tergoda dengan tawaran sang anak angkat pemilik perusahaan untuk merebut kepemimpinan dengan iming-iming sebuah mobil mewah, namun rupanya semakin ke sini hatinya tak tega juga menyaksikan niat jahat Delisha pada Hanif.  "Tolong hentikan, Bu. Pak Hanif itu orang baik. Ibu jangan libatkan pak Hanif dalam rencana ibu," pintanya siang itu pada Delisha saat wanita itu datang berkunjung ke ruang kerjanya. "Siapa sih memangnya yang melibatkan Hanif? Aku hanya memperalatnya saja, bu Intan. Itu beda." "Itu malah lebih menyedihkan, Bu. Saya mohon hentikan saja ini. Pak Hanif itu sangat dekat dengan Pak Arno. Saya yakin jika Anda bisa baik dengannya,
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status