All Chapters of MENYESAL MENDUAKANMU: Chapter 71 - Chapter 78
78 Chapters
Part 71
"Di mana Ayesha, Bi?" tanyaku yang baru pulang dari kantor bersama Kamal. "Di kamarnya, Tuan. Tadi, sih, sepertinya nangis." "Nangis kenapa?" "Uhm— anu ... bibi kurang tahu. Tapi tadi Non Ayesha pas keluar dari kamar Den Faisal sudah nangis." Aku dan Kamal saling melempar pandang. "Biar aku yang tanya ke mereka, Pah. Mungkin bertengkar lagi." "Tidak usah, Mal. Biar papa saja. Kamu mandi dan istirahat," kataku, lalu pergi ke kamar Ayesha yang berada di lantai atas juga, sama seperti kamar Faisal. "Ayesha," panggilku seraya mengetuk pintu kamarnya. Masih belum ada jawaban. "Buka pintunya dulu, Nak. Ayesha?" "Sebentar, Pah!" sahutnya dari dalam. Tak berselang lama, Ayesha sudah berdiri di depanku sambil tersenyum manis seperti biasa. Jejak air mata di w
Read more
Part 72
POV KAMAL🍁🍁🍁"Permisi, Pak."Aku yang tengah menunduk memeriksa berkas-berkas pun mengangkat wajah mendengar seseorang masuk ke ruangan."Masuk!"Angelina—gadis berambut ikal sebahu itu tersenyum dan mengangguk, lalu mendekat ke sini. Diam-diam aku memiliki ketertarikan padanya. Bukan hanya karena cantik, tapi juga pintar."Ada apa?""Ini, Pak. Ada berkas yang harus Bapak tanda tangani." Angelina menyodorkan beberapa map di mejaku.Kuperiksa sebentar, lalu membubuhkan tanda tangan di sana dan memberikannya lagi."Ada lagi?""Tidak ada, Pak.""Ya sudah. Kamu bisa kembali ke ruanganmu.""Pak."Aku yang baru akan fokus dengan laptop pun mau tak mau menoleh lagi ketika dia memanggil.
Read more
Part 73
POV KAMAL πŸπŸπŸ "Ayo, Bang, pulang!" Faisal menemuiku di ruangan. Aku mengangguk, membereskan berkas di meja, lalu menyambar tas dan berjalan menghampirinya. "Mampir ke toko kue dulu, ya. Beli bolu kesukaan Papa." Faisal mengangguk dan kami pun berjalan menuju lift. "Ada urusan apa kamu sama gadis itu?" "Gadis yang mana?" "Naila, OB baru di kantor kita itu." "Oh ... aku hanya kasih amanah dari Papa." "Amanah apaan? Kok, aku tidak diberitahu?" "Papa lupa kali." "Amanahnya apa memang?" "Uan
Read more
Part 74
POV MALIK πŸπŸπŸ "Papa." Aku yang baru selesai meminum obat pun menoleh pada Kamal yang berjalan mendekat. "Sudah pulang, Nak. Ada masalah di kantor?" "Tidak ada, Pah. Semua baik-baik saja," ujarnya, lalu duduk sampingku. "Papa katanya sesak napas." "Sudah tidak, kok." "Pasti Papa kepikiran Mama lagi, kan?" Aku diam menunduk. "Pah ...." Kamal menyentuh pundakku. "Mama sudah lama pergi, Pah. Mama sudah tenang. Jangan terus diratapi." "Papa hanya rindu." Mataku memanas saat mengatakan itu. Kamal merangkul dan mengusap lenganku. "Kita semua juga rindu, Pah," lirih Kamal, "tapi Papa harus tetap sehat. Mama juga pasti sedih kalau Papa sakit karena memikirkan Mama terus." Aku mengangguk. "Maafkan Papa. Papa sulit mengont
Read more
Part 75
"Semua bekalnya sudah disiapkan, Bi?" tanya Ayesha seraya mendekati Bi Murti di meja makan. "Sudah, Non. Ini sedang bibi masukin semua ke kotak." "Terima kasih, ya, Bi." "Sama-sama, Non Ayesha. Hati-hati." Ayesha mengangguk dan tersenyum, lalu mengambil kotak berukuran besar yang didalamnya terdapat banyak bekal. "Ayo, Pah!" Dia merangkul lenganku, lalu kami berjalan bersama menuju pintu depan. Namun, baru maju beberapa langkah, aku sudah terhenti lagi seiring napas yang tertahan. "Kenapa, Pah?" Ayesha menatap khawatir. Aku masih terdiam karena untuk menarik napas saja rasanya sakit. "Pah?" Aku menoleh dan tersenyum. "Papa tidak apa-apa," jawabku setelah rasa sakit di dada berangsur menghilang. "Papa jangan bohong. Papa kenapa?" rengek
Read more
Part 76
POV KAMAL 🍁🍁🍁 Hari ini aku berangkat lebih awal dari biasanya ke kantor. Faisal sendiri sedang pergi ke luar kota. Kami memang bergantian mengurus cabang perusahaan di sana. Sementara, akhir-akhir ini Papa yang sering jatuh sakit kami larang untuk ke kantor.       Aku yang sedari tadi memandang keluar jendela mobil pun langsung menegakkan posisi duduk, ketika melihat gadis bernama Naila sedang berjalan kaki. Kalau dilihat dari data pribadi, usianya hanya berbeda satu tahun di atas Ayesha.       "Pak Galih, tolong menepi sebentar," titahku pada sopir.       "Iya Pak." Pak Galih memutar kemudi, dan menghentikan mobil tepat di bawah pohon.       Melihat dia semakin mendekat ke mobil ini, akhirn
Read more
Part 77
POV KAMAL🍁🍁🍁Semakin hari, ketertarikanku pada Naila semakin nyata. Diam-diam aku sering memperhatikan dari kejauhan. Bahkan terkadang memanggilnya ke ruangan hanya untuk alasan yang tidak terlalu penting. Beda hal dengan perasaanku pada Angelina yang semakin terkikis dan hilang begitu saja. "Pak Kamal!" Aku yang sedang berjalan menuju parkiran pun, mau tak mau berhenti dan menoleh ketika Angelina mengejar, lalu berdiri di depanku. "Ada apa?" "Maaf, Pak. Boleh saya minta waktu sebentar? Ada sesuatu yang mau saya bicarakan." Aku melirik jam tangan, lalu mengangguk. "Bicaralah." 
Read more
Part 78
Seminggu setelah penolakan lamaran itu, aku masih merasakan sedih dan kecewa. Namun, perasaan itu tidak kutunjukkan pada siapa pun termasuk pada Papa. Naila pun bekerja seperti biasa setelah sempat izin dua hari. Aku masih tidak menyerah mendekatinya. Dia masih sering kupanggil ke ruangan untuk mengerjakan tugas kecil hanya agar bisa melihatnya lebih leluasa. Hingga pada akhirnya, kesabaran dan doaku membuahkan hasil. Tiba-tiba Naila datang ke ruangan dan mengatakan sesuatu yang tidak diduga-duga. Dia menerima lamaranku yang membuat senyum bahagia langsung merekah menghiasi wajah ini. Papa dan kedua adikku pun turut senang dan dengan semangatnya membantu mempersiapkan pernikahan kami. Kami juga meminta alamat adik dari mendiang ayahnya, dan akan menjemput dia nanti untuk menjadi wali nikah. "Ciee, yang sebentar lagi jadi peng
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status