Semua Bab Terjerat Cinta Mafia Sexi: Bab 21 - Bab 30
68 Bab
Tuan, tidak tahu malu
BrakkWilson melempar Kasih ke atas ranjang dengan senyum yang menyeringai. Matanya tertuju pada buah tomat yang terlihat sangat jelas menyembul keluar. Wilson merangkak di atas tubuh Kasih membuat gadis itu menarik nafas karena tubuh suaminya yang begitu berat.Tanpa banyak basa-basi, Wilson langsung melahap buah tomat itu penuh nafsu. Kasih menjenggut rambut Wilson sambil memejamkan mata. Dadanya membusung membiarkan laki-laki di hadapan nya berbuat lebih.“Tuan aku...” gumam Kasih menggigit bibir bawahnya.Kini ciuman Wilson naik sampai ke telinga.Kasih menggeliat karena geli. Wilson juga mengecup kening, hidung lalu turun ke bibir.Keduanya kini saling berpandangan. Kasih meraba dada bidang Wilson yang di penuhi dengan bulu halus.Tidak butuh waktu lama, Wilson membuka lingerie Kasih dan melempar nya ke bawah lantai. Kasih menutupi dadanya dengan menyilangkan kedua tangan. Kini tubuhnya sudah polos, hanya cd nya saja yang
Baca selengkapnya
Rencana Kenzi
Sore menjelang, Tuan Wilson berangkat menuju markas setelah mendapat kabar bisnis yang di jalaninnya berjalan dengan lancar. Kasih sempat merajuk karena di tinggalin. Bagaimana pun juga mereka adalah pengantin baru. Sebagai seorang istri, ingin rasanya di sayang dan di perhatikan dengan tulus bukan cuma bernafsu di dalam kamar saja. BahkanTuan Wilson tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintainya, hal itu membuat Kasih bingung dengan perasaan suaminya seperti apa.“Kasih,” tepukan lembut mendarat di bahunya memecah keheningan Kasih.“Kak Kania.”“Kenapa kau melamun?”“Tidak Kak, aku hanya memikirkan Bunda.”“Memikirkan Bunda apa Tuan Wilson hayoo,” goda Kania membuat wajah Kasih bersemu merah.“Apaan sih, Kak,” ucapnya seraya nyengir kuda.“Kenapa kau bersedih, apa Tuan Wilson bersikap kasar denganmu?”“Tidak Kak, hanya saja Tuan Wils
Baca selengkapnya
Jebakan Karin
“Tuan, sudah pulang?” ucap Kasih dengan suara serak khas bangun tidur.“Sudah, kapan kau selesai datang bulan?“Bukannya menjawab Kasih malah memalingkan wajah dari Wilson. Tentu membuat laki-laki itu mengernyit bingung.“Tidak sopan! kalau orang bertanya itu jawab.”“Kenapa harus bertanya seperti itu memang nya tidak ada pertanyaan lain?” ucap Kasih dengan ketus.“Hei, kau sudah berani ya membantah omonganku, hem,” ucap Wilson sembari ikut berbaring memeluk Kasih dari samping.“Tuan sana, Tuan kan belum pakai baju.” Kasih mendorong tubuh Wilson agar menjauh, namun Wilson malah semakin mepet dan menggesekkan senjatanya pada punggung Kasih.“Ternyata benar wanita yang sedang datang bulan hawanya emosi saja,” ucap Wilson membuat Kasih menoleh. Kini mereka saling berhadapan. Kasih menatap manik cokelat itu yang terlihat lelah.“Tuan?”
Baca selengkapnya
Di seret paksa
Sesampainya di rumah sakit, Kasih langsung lari tergesa-gesa tidak peduli banyak pasang mata yang memperhatikan nya dengan heran. Ia langsung bertanya pada receptionist dimana keberadaan sang Ayah.Kasih begitu panik dan hampir menangis.“Suster, kamar nomor berapa Ayah di rawat?” Kasih bertanya dengan nafas yang terengah-engah.“Kasih,” ucap Suster yang mengenali siapa wanita di hadapannya. Ia adalah anak dari Pak Baron, kepala rumah sakit di sini.“Pak Baron tidak sedang di rawat. Beliau lagi bertugas di ruangan,” ucap Suster menatap manik Kasih yang terlihat sembab.DegKasih terdiam beberapa saat, mana mungkin sang Kakak berbohong padanya.“Suster yakin Ayah tidak kenapa-kenapa, tapi kata Kak Karin...”“Kasih.” suara bariton dari arah belakang membuat Kasih menoleh.“Ayah.” Kasih langsung menghambur memeluk Baron dengan erat.“Ayah tid
Baca selengkapnya
Kemarahan Tuan Wilson
Pukul lima sore, Wilson dan Kasih keluar dari ruangan. Wilson membenarkan jasnyadengan gagah lalu memakai kacamata hitamnya kembali. Ia menggandeng Kasih menuju parkiran.“Serasa di gandeng Om-Om,” gumam Kasih melirik tangan Wilson.“Ngomong apa kau?” Wilson menyentil bibir Kasih membuat gadis itu manyun-manyun.“Tidak sayang, eh...” Kasih langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.“Nakal,” ucap Wilson. “Aku tinggalin kau di sini!”“Tidak mau! kalau aku di godain para cowok di sini bagaimana?” ucap Kasih membuat Wilson terkekeh.“Tidak ada yang mau dengan mu, apaan dua gunungnya saja masih kecil.”“Tapi aku cantik,” ucap Kasih menjulurkan lidahnya.“Tidak!”“Cantik!”“Kata siapa?”“Kata aku,” ucap Kasih terkekeh.Keduanya saling beradu mulut, tanpa
Baca selengkapnya
Panggil aku sayang!
“Tidaakkkkk.....!!” teriak Alin dan Karin tatkala Wilson ingin mengarahkan pentungan besi ke wajahnya.Wilson mengambil langkah manakut-nakuti mereka. Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu melempar pentungan besi ke sembarang arah hingga kedua wanita itu terlonjak kaget dan langsung pipis di celana.Wilson mendekat mencengkram dagu Alin sangat kencang.“Dengar aku!” ucap Wilson dengan sorot mata yang memerah. “Ini terakhir kali aku memberimu kesempatan, jika sampai kau berbuat salah lagi aku tidak akan segan-segan membunuhmu!” ucap Wilson menekan kata “membunuh” membuat Alin bergidik ngeri.“I-iya Wil aku janji,” sahutnya gemeteran.“Sam,” panggil Wilson.“Iya, Tuan?”“Siapkan paspor untuk keberangkatan wanita ini ke luar negri!” titah Wilson.“Tidak Wil aku tidak ingin meninggalkan Ibu kota.” Alin memohon bersujud di kaki
Baca selengkapnya
Enak juga masakanmu
“Panggil sayang? apa tidak ada panggilan lain?” Kasih nampak protes dengan panggilan itu.“Jangan membantah, ini perintah!”“Baik sayang,” sahut Kasih membuat Wilson tersenyum tipis. “Itu baru istriku.” Wilson mengacak-acak rambut Kasih dengan gemas.“Tuan, eh sayang, rambut aku jadi berantakan.” Kasih mengerucutkan bibirnya lucu.Wilson yang sudah gereget langsung melahap bibir itu dengan kasar. Kasih yang mendapat serangan mendadak langsung memukuli dada Wilson. Laki-laki itu semakin memperdalam ciumannya.“Huh.. hah.. huh.. hah.” nafas Kasih terengah-engah. Wilson melepaskan ciuman panasnya lalu tertawa kecil.“Tuan, bagaimana jika Rama lihat tadi ih.” Kasih memukul lengan Wilson dengan kencang, namun Wilson menganggap itu sebagai pukulan sayang.“Biarkan saja memang kenapa?” jawab Wilson dengan enteng membuat Kasih geleng-geleng.
Baca selengkapnya
Viral
Dua hari berlalu...Hari ini Kasih dan Wilson tengah berbelanja di sebuah mall ternama di kota Jakarta. Mereka tidak mengajak Rama sebab bocah itu lagi jalan-jalan dengan Erland ke sebuah pulau. Hal itu membuat Wilson senang bukan kepalang, Ia bisa memanvaatkan momen berdua ini bersama Kasih tanpa di ganggu oleh siapapun. Wilson juga membawa mobil sendiri tanpa Hito dan juga Sam yang selalu mengintil di belakang nya.“Tuan, habis ini kita kemana lagi? sudah tiga jam lho muter-muter.” Kasih nampak kelelahan karena Wilson terlalu bersemangat.“Ini kan belanjaan masih dikit, ayolah! aku juga belum membeli daleman.”“Daleman? kolor Tuan, eh maksudnya kolor sayang kan banyak banget. Ada yang warna hijau, merah, kuning, abu-abu, cokelat, hitam, putih dan...”“Cukup! kau sangat bawel sekali. Aku tinggalin kau di sini.”“Baiklah, ayok!” Kasih langsung menarik lengan Wilson menuju toko dalem
Baca selengkapnya
Wilson Kasih 29
Sampai di mansion, Kasih langsung membereskan semua belanjaan di bantu dengan Mbok Sanih. Mereka juga tadi sempat mampir membeli beberapa kebutuhan dapur seperti sayuran dan beberapa buah-buahan.Sementara Wilson langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Ia memejamkan mata untuk persiapan begadang nanti malam. Tubuhnya harus fit, staminanya harus Ok. Wilson tidak ingin membuat Kasih kecewa, ia ingin menunjukkan betapa gagah suaminya nanti saat menggagahi sehingga membuat Kasih menjerit kenikmatan.“Sepi ya Mbok tidak ada Rama,” ucap Kasih sambil memasukkan beberapa buah ke dalam kulkas.“Iya, Nya. Kira-kira kapan Den Rama pulang?”“Mungkin besok, Mbok. Erland kan dua hari lagi melangsungkan pernikahan tidak mungkin berlama-lama di pulau.”“Kasih.” tepukan lembut mendarat di bahunya membuat Kasih menoleh.“Eh Kakak tidak kuliah?”“Tidak, hari ini aku ingin pulang ke r
Baca selengkapnya
Wilson Kasih 30
Setelah melakukan pertempuran hebatnya dengan Kasih, Wilson terbangun dengan mengusap tenggorokannya yang terasa kering. Ia melirik ke samping dimana Kasih tidur dengan nyenyak sambil satu tangan memegangi buah pisang miliknya. ”Pantas saja dia tidak mau kempes, rupanya kau memainkan ini sampai tertidur gadis kecil.” Wilson tersenyum tipis, mengingat dirinya telah berhasil menembus gawang yang selama ini di pertahanin. “Terima kasih sayang kau telah menjaga mahkotamu hanya untukku,” gumam Wilson sembari mengusap bibir Kasih yang nampak jontor. Kasih menggeliat kecil karena merasa terganggu. Ia mengerjapkan mata dan melihat Tuan Wilson kini tengah menatapnya dengan lembut. “Sayang,” lirih Kasih sedikit lemas. “Iya sayang. Apa masih sakit?” ucap Wilson sembari merapikan rambut Kasih yang berantakan. Kasih mengangguk sambil mendongak.“Terasa ngilu dan perih sayang,” ucap Kasih yang teringat bagaimana Wilson memompa tubuhnya dengan san
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status