Semua Bab Kisah Cinta Sang Mafia: Bab 101 - Bab 110
144 Bab
Bab 101
TOK! TOK! TOK!Pintu kembali diketuk oleh Luciano dan itu membuat Orazio serta Alena yang berada didalam kamar semakin panik."Mengapa lama sekali, Orazio?" tanya Luciano dari balik pintu."Hm… sebentar, tuan Luciano. Aku sedang berpakaian!" seru Orazio berbohong.Pria itu lalu mendorong Alena masuk kedalam kamar mandi pribadinya sambil berkata, "tetap disini dan jangan bersuara."Kemudian ia merapikan pakaiannya lalu membuka pintu dengan memasang wajah tanpa ekspresi. Luciano berdiri tepat di depan pintu dengan seulas senyum tersungging di wajah tampannya. Tanpa banyak bicara, Luciano menerobos masuk kedalam kamar Orazio. Membuat pria itu gelisah.
Baca selengkapnya
Bab 102
Luciano mengalihkan perhatiannya dari Alena ke Orazio yang tengah berdiri menatapnya dengan gelisah. Ia lalu tertawa terkekeh, merasa telah menang karena dapat membuat pria seperti Orazio bertekuk lutut di hadapannya."Kau bersungguh-sungguh dengan pertanyaanmu, Orazio?" tanya Luciano memastikan.Orazio tak langsung menjawab pertanyaan pemuda itu, ia terlihat ragu. Namun demi memikirkan nasib Alena, akhirnya ia menjawab dengan tegas."Aku bersungguh-sungguh, tuan Luciano. Kesepakatan apa yang kau tawarkan untukku?" "Kesepakatan ini pastinya akan menguntungkan kita berdua, Orazio. Kau tahu bukan? Kalau impianku hanya satu. Yaitu menduduki tahta Maximo," ucap Luciano."Namun, kau pasti tahu bukan? Tiba-tiba sikap ayahku m
Baca selengkapnya
Bab 103
Pesta kecil yang berada di lantai 1 berjalan lancar. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari hilangnya Alena maupun Orazio. Semuanya menikmati acara yang disuguhkan sang tuan rumah.Celeste bergelayut manja di lengan Juan sambil bercakap-cakap berdua, sedangkan Dominica tengah bercengkrama dengan Franco, sang tuan rumah.Riuh rendah suara tawa terdengar di ruangan yang cukup besar tersebut. Perlahan tanpa mereka sadari, Alena menuruni anak tangga satu-persatu lalu melangkah bergabung kembali kedalam pesta.Gadis itu langsung mengambil gelas berisi wine dan meminumnya hingga habis dalam sekali tenggak. Wajahnya masih terlihat pucat. Sorot matanya tak lagi bercahaya. Alena menatap satu persatu orang-orang yang berada dalam ruangan itu. Dominica, Franco, Juan, Ce
Baca selengkapnya
Bab 104
Dengan wajah pucat dan mata nanar, Alena mengambil telepon genggam dari tangan Dominica. Ia menatap telepon genggam tersebut seakan benda itu adalah sebilah pisau dimana nasibnya berada ditangan benda tersebut.Dengan tenggorokan tercekat, Alena bertanya pada Dominica, "apa yang harus kukatakan pada ayahku, tuan?"Dominica melirik Franco sekilas sebelum menjawab, "katakan padanya untuk datang kemari. Dominica 'Don' Maximo serta Franco Marchetti telah mengetahui semuanya! Dan kami siap untuk membalas apa yang telah diperbuat oleh ayahmu!"Dengan ngeri Alena menatap Dominica dan Franco bergantian. Lalu dengan tangan gemetar, ia mulai memencet nomor ayahnya dan menghubungi pria itu.Pada deringan ketiga, telepon tersebut diangkat oleh Igor sendiri yang langsung disambut den
Baca selengkapnya
Bab 105
Sementara itu di kediaman keluarga Lazovsky, Igor bagai kebakaran jenggot setelah mendapatkan telepon dari putrinya, Alena. Pria berkumis tipis dan berjenggot itu berjalan mondar-mandir dengan gusar. Tak jauh darinya, duduk sang putra, Damien, dengan membisu. Hanya matanya terus mengawasi gerak-gerik sang ayah."Dominica dan Franco sialan!" maki Igor. "Berani-beraninya mereka memperalat putriku!""Lalu, apa yang akan ayah lakukan sekarang? Menerima tantangan mereka?" tanya Damien santai."Tentu saja! Apa kau lupa siapa ayahmu, Damien?!" hardik Igor dengan mata menyala-nyala."Aku, Igor Lazovsky, tidak pernah takut akan apapun! Jika ada yang menantangku, tentu saja aku akan menerimanya!"
Baca selengkapnya
Bab 106
Juan melemparkan senyum khasnya hingga membuat jantung Alena berdebar semakin kencang. Gadis itu benar-benar mabuk akan pesona Juan. Ditambah dengan jarak sedekat ini, tidak pingsan saja sudah membuat Alena sangat bersyukur."Kau mau kemana?" tanya Juan seraya menutup buku bacaannya dan menatap Alena teduh."Oh, aku sebenarnya mencarimu, Juan," jawab Alena tergagap."Mencariku?" ulang Juan heran.Alena mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Juan. Ia lalu menjelaskan mengapa ia mencari pria itu."Aku… aku ingin meminjam telepon genggammu. Sebab aku meninggalkan telepon genggamku di rumah. Aku baru menyadarinya saat ingin menggunakannya.""Siapa yang ingin kau hubungi, Alena?
Baca selengkapnya
Bab 107
"Hah?" Juan tercengang mendengar permintaan tak terduga Alena.Sementara gadis itu wajahnya seketika semakin merah saat menyadari kelancangannya melontarkan permintaan tak pantas itu. Lalu tanpa menunggu jawaban dari Juan, Alena segera bangkit sambil meminta maaf."Ah, maaf, maafkan aku, Juan. Lupakan kalau aku pernah bicara seperti tadi. Pergilah temui Celeste. Sekali lagi aku minta maaf!"Alena menghambur secepat kilat kedalam rumah. Ia merutuki dirinya yang telah berani berkata demikian pada pria itu. Juan sendiri masih terpaku di tempatnya, masih syok dengan apa yang baru saja didengarnya tadi. Ia lalu mengurungkan niatnya untuk menemui Celeste dan kembali duduk di tempatnya semula. Ia memikirkan Alena serta permintaan bernada melasnya tadi.
Baca selengkapnya
Bab 108
Alena menatap telepon genggam tangannya dengan sedih. Pikirannya melayang ke Orazio nun jauh disana. Pria itu selalu baik padanya, teramat baik. Berkali-kali sudah Orazio mengutarakan perasaannya pada dirinya, namun berkali-kali pula Alena menolaknya.Betapapun tampan dan baiknya Orazio, ia tidak pernah bisa mengembangkan perasaan pada pria itu. Baginya Orazio bagai seorang kakak laki-laki pengganti Damien, kakak laki-lakinya sendiri yang selalu cuek tak peduli pada dirinya.Perhatian kecil yang Orazio berikan membuat Alena menyukainya. Hanya sebatas itu. Jantungnya tidak pernah berdetak lebih kencang, ataupun perutnya tidak pernah terasa mulas saat berada didekat Orazio. "Oh, Tuhan. Lindungi Orazio-ku. Dia adalah pria yang baik. Jangan biarkan ia terluka atau tertimpa kemalangan. Jika terjadi apa-apa padanya,
Baca selengkapnya
Bab 109
Orazio melirik jam di pergelangan tangannya kemudian menarik nafas berat. "Hpf… masih 10 menit lagi sebelum nomor penerbanganku dipanggil," gumam Orazio.Ia lalu duduk bersandar di kursi, matanya menatap kekejauhan. Ia teringat percakapannya dengan Alena di telepon tadi."Maafkan aku, Alena. Aku berbohong padamu," desah Orazio."Sebentar lagi aku akan meninggalkan negara ini untuk menemui ayahmu. Maafkan aku jika aku tidak bisa menuruti kehendakmu," lanjutnya penuh rasa sesal."Tuan Franco selama ini memang baik padaku. Namun, aku berhutang budi pada ayahmu. Dia yang menyelamatkan hidupku. Jika saat itu Igor tidak menolongku, mungkin aku sudah mati," kenangnya sendu.
Baca selengkapnya
Bab 110
Alena memegang pelipisnya yang berdenyut-denyut, pandangannya sedikit kabur. Hampir saja ia terjatuh, namun dengan cepat ia memegang daun pintu disampingnya."Alena!" seru Celeste terkejut melihat gadis itu berdiri limbung."Apa kau tidak apa-apa?" tanya Celeste seraya membantu gadis itu tetap berdiri tegak di tempatnya."Ah, kepalaku tiba-tiba terasa sakit," jawab Alena dengan ekspresi linglung bercampur syok."Kalau begitu kau harus berbaring. Ayo, aku papah kau ke tempat tidur," ajak Celeste bersimpati.Alena menurut saat Celeste memapahnya ke tempat tidur dan membaringkannya di sana. Alena langsung memejamkan matanya, wajahnya yang pucat membuat Celeste sangat khawatir."Apaka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status