Semua Bab Kisah Cinta Sang Mafia: Bab 111 - Bab 120
144 Bab
Bab 111
Celeste melangkah cepat penuh kekhawatiran menuju kamar Alena. Sesampainya disana, ia segera mengetuk pintu tanpa memperdulikan ucapan gadis itu yang sempat mengusirnya tadi.TOK! TOK! TOK!Tidak ada jawaban. Celeste kembali mengetuk, kali ini lebih keras sambil memanggil nama gadis itu.TOK! TOK! TOK!"Alena! Alena! Aku tahu kau didalam! Tolong biarkan aku menemanimu. Aku tahu kau tengah bersedih."Masih tidak ada jawaban. Kening Celeste berkerut mendapati hal itu. Dengan penuh rasa khawatir ia menempelkan telinganya di pintu, mencoba mendengarkan suara didalam.Celeste tersentak saat mendengar sayup-sayup suara isak tangis yang ia yakini berasal dari Alena.
Baca selengkapnya
Bab 112
BLAM!!!Disaat ia tengah terpekur memikirkan nasibnya dan juga Alena, terdengar suara pintu dibanting. Orazio mengangkat kepala mencoba melihat dengan matanya yang bengkak siapa yang datang.Sosok Franco melangkah dengan tenang mendekati Orazio yang keadaannya terlihat sangat menyedihkan. Franco menatapnya dengan raut wajah iba. Bagaimanapun pria didepannya ini pernah menjadi orang kepercayaannya, mendapat segala kebaikannya.Paling tidak ia ingin memperlakukan Orazio dengan manusiawi. Tidak seperti ia memperlakukan musuh-musuhnya dengan brutal. Mengesampingkan bahwa apa yang dilakukan Orazio lebih fatal daripada musuh-musuhnya. Pengkhianatan. Franco mengambil kursi di dekatnya dan menyeretnya ke hadapan Orazio. Ia pun duduk disana dengan kaki kedua siku bertumpu d
Baca selengkapnya
Bab 113
Alena tersentak bangun dari tidur lelapnya. Bola matanya membulat sempurna dengan ekspresi terkejut. Sementara guruh menggelegar, petir menyambar-nyambar diluar jendela menerangi kelamnya malam. Badai sedang mengamuk.Alena dengan terengah-engah duduk di tempat tidurnya, ia berusaha mengatur nafasnya agar kembali stabil. Matanya nanar menatap gelapnya kamar. Tiba-tiba perasaannya tidak enak.“Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba perasaanku tidak enak seperti ini?” gumam Alena.“Apakah telah terjadi sesuatu pada Orazio?” gumamnya lagi.Namun Alena cepat-cepat menggelengkan kepalanya menyingkirkan pikiran buruk tersebut.“Tidak. Tidak. Jangan berpikir seperti itu, Alena. Orazio pasti baik-baik saja,&rdqu
Baca selengkapnya
Bab 114
Bola mata Juan membesar saat mendapati Alena memeluknya erat. Ia tak menduga Alena akan melakukan hal ini. Dengan raut wajah terkejut, Juan berusaha melepaskan pelukan Alena. Namun gadis itu sangat erat memeluk dirinya.“Alena, tolong lepaskan aku. Kita berdua akan mendapat masalah jika ada yang melihat kita seperti ini,” ucap Juan sambil berusaha melepaskan pelukan Alena.“Tidak! Aku tidak ingin melepaskannya! Aku takut! Aku sungguh takut, Juan!” seru Alena seraya menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Baiklah, aku tahu kau sangat takut akan badai ini. Tapi, aku mohon lepaskanlah pelukanmu sebentar. Aku berjanji akan menemanimu hingga badai mereda,” bujuk Juan sedikit was-was.“Benarkah?” tanya Alena tak percaya.
Baca selengkapnya
Bab 115
Bola mata Alena membulat sempurna demi mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Juan."Namun, bagiku sekarang tidak ada gunanya jika aku tetap membencimu. Kau juga merasakan sakit yang sama, mungkin juga lebih," ucap Juan sambil menatap Alena."Diperlukan keberanian yang sangat besar untuk masuk kedalam kandang Singa dan mengakui semua perbuatanmu," tambah Juan.Alena tertunduk, ia terharu dengan sikap Juan. Pria itu sama sekali tak menyimpan dendam padanya, pembunuh ibunya, justru ia memperlihatkan rasa simpati dan memberikan perhatian pada dirinya yang notabene adalah musuhnya.Alena tahu, keberadaannya disini tak lebih dari sekedar sandera dan sebagai alat untuk menjatuhkan ayahnya, Igor Lazovsky. Namun Alena pun tak memungkiri keberadaannya di kediaman keluarga Ma
Baca selengkapnya
Bab 116
Sementara itu di kamarnya Celeste juga terganggu tidurnya oleh badai. Wanita itu terbangun oleh suara guruh yang memekakkan telinga serta angin kencang disertai percikan air hujan yang masuk kedalam kamarnya. Rupanya sore tadi ia lupa menutup jendela.Celeste bangkit dengan malas menuju jendela dan menutupnya dengan susah payah. Dipandanginya badai yang mengamuk di luar sana. Ia tidak takut, sebab didalam sini ia aman. Celeste menjauhi jendela dan kembali naik ke tempat tidurnya, berbaring mencoba kembali tidur. Tidak bisa. Suara badai yang mengamuk di luar mengganggu indera pendengarannya. Padahal sore tadi cuaca sangat bagus. Tidak ada tanda-tanda akan adanya badai. Prakiraan cuaca di TV pun tidak menyampaikan apa-apa terkait badai malam ini. Dengan sedikit kesal Celeste bangkit dan duduk di atas tempa
Baca selengkapnya
Bab 117
"Apakah kau menyukainya?" tanya Celeste dengan mata menyipit curiga.Juan terkejut bukan main mendengar pertanyaan tak terduga yang keluar dari mulut kekasihnya itu. Ia tergagap dan berdiri dengan gelisah. Ia bingung harus menjawab apa."Juan. Tatap mataku dan jawab pertanyaanku dengan jujur," perintah Celeste pada kekasihnya.Juan menatap wajah Celeste, namun ia masih menutup mulutnya rapat-rapat. Ia sungguh tak tahu harus menjawab apa. Saat ini ia tak yakin dengan hatinya. Bimbang."Mengapa kau tak menjawab pertanyaanku, Juan?" desak Celeste."Aku… saat ini aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, sayang," jawab Juan akhirnya."Mengapa? Jika kau tidak memiliki perasaan pada
Baca selengkapnya
Bab 118
Matahari pagi bersinar cerah. Badai semalam telah hilang entah kemana meninggalkan sisa-sisa darinya. Celeste yang akhirnya tertidur lelap setelah lelah menangis mengerjapkan matanya saat sinar matahari tepat jatuh di wajahnya dari jendela yang tirainya terbuka.Ia menggeliat malas dibalik selimut tebalnya. Perlahan ia membuka matanya namun otaknya dengan cepat mengingat kejadian semalam hingga wajahnya langsung berubah murung.Tiba-tiba ia merasa sangat malas bangkit dari tempat tidurnya. Ia malas keluar dari kamarnya dan ia malas untuk melakukan apapun. Ia hanya ingin diam seperti ini, didalam kamarnya tanpa melakukan apapun.Ia tidak ingin diganggu siapapun, baik itu para pelayan ataupun Juan. Celeste merasa dirinya amat rapuh saat ini, sedikit saja ada yang menyinggung dirinya mungkin dia akan langsung meledak.
Baca selengkapnya
Bab 119
Dengan raut wajah ketakutan dan tubuh gemetar, Celeste mengikuti Juan dari belakang. Suara tembakan terus terdengar di sana sini memekakkan telinga. Reruntuhan bangunan yang hancur oleh tembakan senjata berat berserakan di lantai.Dengan hati-hati Celeste dan Juan melangkah menghindari puing-puing serta tembakan yang terdengar cukup dekat dari tempat keduanya berjalan.Celeste ketakutan setengah mati, sebab ini adalah pengalaman pertamanya berada dalam suasana perang seperti ini. Celeste bergidik ngeri membayangkan salah satu peluru itu tiba-tiba mengenai dirinya.“Hey, apa yang kau pikirkan, sayang?” tegur Juan membubarkan lamunan Celeste.“Hah? Ti-tidak ada apa-apa, Juan,” jawab Celeste tergagap.&ld
Baca selengkapnya
Bab 120
“Apa yang kau katakan, tuan Juan?” tanya Angelo yang tak bisa menutupi keterkejutannya.“Aku bilang, aku akan tetap disini. Aku ingin ikut berperang melawan Igor dan anak buahnya,” jawab Juan dengan wajah penuh tekad.“Tidak! Kau tidak boleh ikut berperang, tuan Juan. Kau harus ikut Carlos ke tempat perlindungan!” balas Angelo tegas.“Tidak. Tidak. Aku harus ikut, Angelo. Aku harus membalas dendamku pada pria yang telah membunuh mamaku. Ini kesempatanku!” tolak Juan keras kepala.“Anda tidak boleh bersikap seperti ini, tuan Juan,” ucap Carlos. “Anda adalah penerus Klan Maximo, tidak boleh terjadi apa-apa pada anda. Anda harus mendengarkan kata-kata Angelo, pergi ke tempat perlindungan.” tambah pria b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status