All Chapters of Bapakku Dukun: Chapter 51 - Chapter 60
68 Chapters
Menghilang
Part 51Tiba-tiba terdengar suara Ayu berteriak histeris. "Neng Ayu!" pekik Dimas. "Itu Ayu, Mas!" Nuning tak kalah panik di kamarnya mendengar teriakan Ayu. "Ibu ...." suara Ayu lantang, lalu menghilang!Semua bergegas lari ke bawah. Kamar Ayu berada di sebelah dapur menghadap ruang tamu. "Neng ... neng Ayu!" Dimas menggedor pintu kamar Ayu. "Ayu ...." Nuning panik dan menangis. Tanganya menelungkup menutupi bibirnya. "Kita dobrak saja!" usul Bahrul. Mereka berdua pun kompak mundur dan menendang pintu kamar Ayu. Satu.Dua.Tiga.Mereka ulangi lagi sampai tiga kali, alhasil engselnya terlepas dan pintupun terbuka. Ayu sudah tergeletak pingsan di depan pintu kamar mandi. Dimas dan Bahrul kemudian membopong Ayu ke tempat tidur. "Neng ... bangun, Neng!" Dimas menepuk-nepuk pipi Ayu. Sementara Nuning dengan cepat mengambil minyak telon di meja rias A
Read more
Bukan Ayu
Part 52"Apa, Nak?" tanya Nuning dari lantai atas."Neng Ayu kemana? Di kamarnya juga nggak ada!" "Apa?!" Nuning segera menuruni anak tangga dengan tergopoh-gopoh, lalu memeriksa Ayu di kamar mandi."Dimas sudah cari di kamar mandi juga nggak ada, Bu!" kata Dimas."Lalu, Ayu kemana?" Nuning semakin panik. "Coba Dimas cari di luar!" ujar Dimas. Ia mengambil kunci motor dan berkeliling. Pertama Dimas ke ujung gang sampai buntu mentok ke area persawahan."Cari siapa Nak, Dimas!" Sapa seorang tetangga yang rumahnya paling ujung."Neng, Ayu, Pakde. Pakde mungkin lihat?" tanya Dimas balik."Nggak ada tuh! Nggak lihat!" "Makasih Pakde!" Dimas kemudian segera memutar haluan. Sampai di perempatan Dimas mengambil arah kiri terlebih dahulu, kemudian memutar melewati desa sebelah. Ayu masih tidak terlihat. Kemudian Dimas mencoba pulang. Siapa tahu kakaknya sudah berada di rumah. Dim
Read more
Kendal Growok
Part 53"Neng!" Dimas menepuk pundak kakaknya. "Ngapain?" tanya Dimas. Ayu pun menoleh. Allahuakbar! Tanpa sengaja Dimas menjatuhkan barang-barang di atas meja rias kakaknya sehingga menimbulkan kegaduhan. Mulut Ayu belepotan dengan darah. Ia memakan tikus berukuran besar, entah Ayu mendapatkanya dari mana. Ayu memegang kepala dan kaki bagian belakangnya, sementara isi perutnya sudah berceceran. Sebagian masih ada di mulut Ayu. Perut Dimas seperti diaduk-aduk. Mual. "Bu ... Pak!" Dimas memanggil kedua orang tuanya. Nuning dan Jamil tergopoh turun ke bawah. "Ada apa?" "Sebaiknya Ibu dan Bapak lihat sendiri!" Dimas menahan rasa mual yang teramat sangat. "Ayo, Mas!" Nuning berlari ke kamar Ayu. Didapatinya anaknya itu sedang memakan tikus mentah. "Ayu ...!" teriak Nuning tak kalah histerisnya dengan Dimas. Meski Nuning biasa makan makanan yang menjijikan. Ia tak mau melihat an
Read more
Lagi dan Lagi
"Lalu bagaimana nasib Mbak Farida Pak Abi!""Aku berfokus melindungi anaknya Aisyah. Mana yang bisa diselamatkan. Itu yang aku selamatkan." "Jadi, maksud Pak Abi. Mbak Farida--""Dia masih hidup!" jawab Abi. Bahrul dan Dimas pun bernapas lega. "Tapi, dia gila!" "Gila?!" Bahrul dan Dimas menggulangi perkataan Abi bersamaan. Kembali urat wajah mereka menegang mendengar penuturan Abi barusan. "Jadi, maksud Pak Abi. Neng Ayu bakalan gila?" "Kalau jiwa Ayu terjebak di alam demit dan tidak dikembalikan ke raganya ... iya. Ayu akan jadi orang gila!" Bahrul menelan salivanya. "Eman-eman udah gede, di sekolahin tinggi-tinggi terus gila," gumam Bahrul dalam hati. "Kasian banget Mbak Ayu." "Apa nggak ada cara buat menyelamatkan Neng Ayu, Pak?" Dimas masih berharap. Ia ingin mendapatkan jawaban yang mampu membuat hatinya tenang. "Mau bagaimana lagi. Secara tidak langsung orang tuamu menyerahkan hidup kal
Read more
Bahan Gibah
Part 55 Dalam tidurnya sayup Bahrul mendengar suara dua orang sedang berdiskusi. "Bagaimana kalau kita jadikan Bahrul sebagai tumbal!" Bahrul memasang telinganya baik-baik. Suara siapa itu, sebaiknya dia dan Dimas terus waspada. Lantunan doa Bahrul baca dalam hati. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Bahrul melirik jam weker. Pukul setengah tiga dini hari. Dimas terlihat tidak nyenyak, sesekali ia memeriksa Ayu di kamarnya. Lalu kembali memejamkan mata. Bahrul tahu, Dimas pasti terus-terusan berdzikir. Sama halnya dengan yang ia lakukan. Aktifitas di rumah Dimas cukup aktif, apalagi di kamar atas. Bahrul mampu merasakannya. Pukul empat dini hari. Dimas sudah bangun, ia merengangkan otot punggungnya. Bahrul masih tertidur, Dimas membuka pintu kemudian ia keluar untuk menikmati udara pagi. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mengisi paru-parunya dengan udara perdesaan yang masih asri. Seharusnya hidup di
Read more
Di Lamar
Part 56"Ayo, ikut Bapak. Akan bapak jelaskan semuanya!" Dimas pun mengikuti Jamil sementara Nuning masih sibuk mengurus Ayu yang mengompol sembarangan. Kali ini Jamil menggajak Dimas bicara di kamarnya. Setelah menutup pintu Jamil mulai bicara."Mereka sudah tahu." Jamil diam sejenak. "Mereka sudah tahu kalau kamu berniat menghentikan pesugihan ini, Nak. Karena itu, sekarang mereka membawa Ayu. mereka tidak mau melepaskan Ayu. Mereka bilang, jika Ibu dan Bapak tidak menyediakan tumbal maka, Neng Ayu akan mereka siksa. Bapak dan Ibu tidak bisa berhenti, Nak!" "Sampai kapan Neng bakal seperti itu, Pak? Terus Neng Ayu sekarang kenapa?""Neng Ayu itu bagai gelas kosong, Nak. Yang bisa diisi apa saja."Persis ... persis dengan apa yang dikatakan Abi. "Ia dengan begitu mudah dimasuki oleh makhluk tak kasat mata. Hari ini dia dirasuki oleh arwah anak-anak, makanya dia bersikap seperti anak-anak.""Bukanya Bapak bisa
Read more
Menjemput Ayu
Part 57"Jadi, gimana? Terima nggak lamarannya Ilyas?" tanya Ibu lagi. "Nggak tahulah Bu," jawab Mila. "Menurut Ibu bagaimana?" Mila melirik Ibunya yang duduk di sebelah Mila. Dyah tersemyum lalu memeluk pundak Mila."Dengar ... Mila pernah dengar tidak kalau jodoh akan datang jika sudah waktunya. Ia akan dengan sendirinya, di waktu yang tepat." Mila mencoba menelaah apa yang baru saja dikatakan Ibunya. Mila yakin kalau Ibunya ingin bilang kalau Ilyas adalah jodoh yang Allah kirim untuknya. Mila mengangguk setuju. Jodoh memang di tangan Allah, Mila percaya itu. "Ibu tahu, Mila menyukai DImas, kan?" Pertanyaan Dyah kali ini sungguh membuat Mila tak mengerti. Kalau Ibunya sudah tahu. Kenapa memaksa Mila menerima Ilyas? Harusnya Ibunya bisa lebih memahami  dirinya. Pikir Mila."Dengar Nak. Allah memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Yang kita inginkan belum tentu akan baik. Tapi, yang Allah berikan, itu sudah pasti
Read more
Kembali Bertemu
Part 58"Tapi, Pak!""Amankan kakakmu. Lalu kembalilah ke sini malam satu suro nanti!" Tujuan Dimas pulang adalah untuk menjemput Ayu. Namun, Jamil kembali menginggatkan Dimas akan keinginannya untuk menghentikan pesugihan Bapaknya. Jamil sudah sangat capek diperalat oleh demitnya, belum lagi saat mati nanti Jamil harus menjadi abdi abadi melayani dedemitnya. Jamil ingin memutuskan perjanjiannya dengan dunia hitam. Lantas beban itu ia lemparkan kepada Dimas. Sementara Ayu tidak tahu kalau dirinya harus gagal menikah. Pasalnya ketika Pak Kyai datang bersama keluarga untuk meminang Ayu sebagai mantu, kondisi Ayu masih belum setabil jiwanya, ia sedang mengamuk kala itu. Pak Kyai sangat terkejut melihat Ayu. Santriwatinya yang dulu sangat berprestasi telah gila. Pak Kyai pun menggurungkan niatnya mempersunting Ayu untuk putranya Gus Ibra. Kini setelah keadaanya sudah mulai membaik, Ayu telah kehilangan Gus Ibra, seseorang yang selalu dinanti kedatangangannya o
Read more
Menjemput Ajal
Part 59Kak Dimas! Mila!Mereka berdua sama-sama mematung. Tak ada satu kata pun terucap. Hanya sorot mata yang saling beradu memancarkan rindu. Ada rasa bahagia yang begitu hebat. Sesaat Mila melupakan cincin yang tersemat di jari manisnya. "Mil!" Ummi mengagetkan mereka berdua. Dimas menoleh cepat. Pandangan Ummi tampak berbeda. "Em ... kenalkan saya Akbar, temannya Mila!" kata Dimas memecah kesunyian. "Oh ... temanya Mila?" "I-iya, Mi!" jawab Mila gagu. Ia memandamg Dimas,Akbar? Akbar siapa? Mungkinkah Dimas dengan sengaja menyamarkan namanya? "Kamu pemilik toko baju ini, Nak?" "Bukan, Mi. Saya cuma kerja saja." "Baju-bajunya bagus. Ummi suka model dan bahanya. Kayaknya nanti Ummi nggak perlu pusing buat cari seserahan buat Mila di sini!" "Seserahan Mi?" tanya Dimas."Iya, Mila dan Ilyas anak Ummi kan, mau menikah. Akbar belum dikasih tah
Read more
Terpedaya
Part 60"Jadi kalian sudah bosan hidup?!" Suara serak dan sumbang itu datang dari arah belakang. Nuning dan Jamil menoleh bersamaan. Demit itu langsung ingin menghujam jantung Nuning dengan kukunya yang panjang, syukurlah Nuning mampu menghindar. "Kalau kalian takut mati, harusnya kalian sediakan tumbal untukku hari ini."Nuning dan Jamil berjalan mundur, tapi di belakang mereka telah ada makhluk lainya yang siap mencabik daging mereka berdua. Nyi Dewi muncul di tangga, ia berjalan dengan sangat pelan dan angun. "Nuning ... Jamil. Kenapa tak ada persembahanku?" tanyanya."Kami sudah siap mati. Tidak akan ada persembahan-persembahan lagi!" Pekik Nuning. "Jadi, kalian sudah siap mati? Baiklah, kalau itu mau kalian." ujar Nyi Dewi yang kemudian memberi kode kepada para pasukan demitnya. Nyi Dewi kemudian hanya menonton pertunjukan di mana Nuning dan Jamil akan dihabisi oleh demit-demit Nyi Dewi. Empat
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status