All Chapters of Lemari Mencari Tumbal: Chapter 21 - Chapter 30
48 Chapters
BAB 21
“Huwaaaaaa!!! Pergi kamu… Pergi!!!” Teriak Sukma sembari menutup matanya.“Hah!? Hei kak… Ini aku, Maya! Hei… Apaan sih teriak-teriak!” Bentak Maya sembari memukul-mukul pundaknya Sukma.Mendengar itu, Sukma langsung membuka sedikit sela jari tangannya untuk mengintip ke depan. Dan ya, ternyata itu adalah Maya.“Eh! Kamu ternyata May… Bikin kaget saja ih!” Kata Sukma sembari menurunkan tangannya.“Lah!? Yang bikin kaget itu kakak! Apaan coba teriak-teriak begitu? Kayak lagi lihat hantu saja! Emang, wajahku yang cantik dan imut ini tampak seperti hantu? Eh, tapi mana ada hantu yang imut seperti aku, hahaha”“Hissss! Ga gitu loh May… Tadi, aku melihat seorang anak perempuan sedang berdiri disini dan melambai-lambai kearahku. Itu sebabnya aku…”“Sssstttt… Sudah, simpan pertanyaan kakak! Ayo kita cerita di kamar saja.”
Read more
BAB 22
“Oh, bisa kok Eyang… Emm… Rumah kamu dimana Sukma?” Tanya Reno kepada Sukma.“Di Yogyakarta mas, tidak jauh kok dari sini.”“Oh dekat ternyata, yasudah, mau berangkat kapan?”“Emm… Kalau hari ini bagaimana mas?”“Sekarang?”“Emm… Tidak sih, aku harus merapihkan barang-barangku dulu…”“Ah, yasudah, kamu rapihkan saja dulu barang-barang kamu. Mas juga mau makan dulu nih, laper soalnya, hahaha”“Yasudah, nak Sukma, kamu kemaslah barang-barangmu dulu, minta tas kamu ke bi Sari. Pakaian kamu juga sepertinya sudah bersih. Biarkan Reno makan dan istirahat dulu sebentar, dia mungkin lelah karena baru saja sampai di rumah.” Kata Eyang putri.“Ah, iya Eyang, akan ku kemas barang-barangku sekarang.”Setelah itu, Sukma langsung bergegas ke dapur untuk menghampiri bi Sari.“Bi Sar
Read more
BAB 23
“Ada apa sih May, hmmphhh… Huaaahhhh” Kata Sukma yang baru saja terbangun dari tidurnya.“Kita sudah sampai di Yogyakarta kak, lihat tuh”“Hah? Oh iya, kita sudah sampai… Emm… Mas Reno, di depan sana nanti kita ambil jalur kiri ya… Nah, dari sana nanti tinggal lurus saja.” Kata Sukma kepada Reno.“Oh, iya Sukma… Emm… Kira-kira masih jauh lagi?” Tanya Reno.“Tidak kok, nah, dari sini kan tinggal lurus saja, nanti di pertigaan yang ada di depan, kita ambil kiri lagi, nah, setelah itu ada sebuah Gang yang pertama, kita masuk, sudah sampai deh.”“Oh, oke lah…”“Kak, rumah teman-temannya kakak dimana?” Tanya Maya.“Emm… Satu Gang denganku sih, tapi hanya beda jarak sedikit saja, nanti aku tunjukan.” Jawab Sukma.Setelah itu, percakapan berakhir. Dan tidak lama kemudian, mereka tiba d
Read more
BAB 24
“Sukma, ketika kamu disana, apa saja yang kamu rasakan ketika kamu berada di rumah itu?” Tanya pakde Gunawan di tengah perjalanan.“Emm… Tidak ada sih pakde, hanya seperti rumah biasa saja. Tapi… Ada sosok-sosok makhluk ga jelas gitu.” Jawab Sukma kepada pakde Gunawan.“Loh, jadi kamu sekarang sudah bisa melihat hal-hal seperti itu Suk?”“Ga tau sih pakde, tapi sepertinya, bukan aku yang bisa melihat mereka, tapi mereka sendiri yang menampakkan wujud mereka sendiri. Begitu sih menurutku pakde.”“Emm… Begitu ya…”Percakapan berakhir. Pakde Gunawan hanya fokus membawa mobilnya menuju rumah Eyang kakung yang berada di begitu jauh dari lokasi rumah Sukma.Tak terasa, hari sudah mulai gelap. Namun, Sukma dan pakde Gunawan belum juga sampai ke rumahnya Eyang kakung.“Sukma? Kok dari tadi kita belum sampai-sampai juga ya? Perasaan tadi kita berangka
Read more
BAB 25
Setelah itu, Maya, Sukma dan pakde gunawan masuk ke dalam rumah Eyang dan kemudian, mereka langsung pergi ke ruang tamu.“Jadi bagaimana kak?” Tanya Maya.“Ah, iya May, emm… Jadi begini May… Orang tuaku dan juga adikku telah meninggal dunia hari ini.”“Inalillahi wainailaihi rojiun… Loh, kok bisa mendadak gini kak? Orang tua da juga adik kakak sakit? Atau bagaimana?”“Itu lah alasan kami kesini May… Orang tua dan juga adikku tidak sedang mengidap penyakit apapun May! Mereka juga awalnya masih sehat-sehat saja kok, itu lah sebabnya mengapa aku bisa sampai mendaki kesini.”“Emm… Mungkin orang tua dan adik kakak menyembunyikan penyakit mereka, supaya kakak tidak cemas, mungkin sih…”“Tidak May, kalau lah seandainya benar begitu, pasti orang tua dan juga adikku tidak mungkin merahasiakan penyakit mereka ke orang lain atau bahkan, pakdeku s
Read more
BAB 26
“Loh, sudah malem loh ini non, apa tidak sebaiknya besok saja?”“Tidak pakde, sekarang saja. Kalau nanti Eyang terbangun dan mencariku, bilang saja kalau aku ingin menangkap jangkrik, hihi.” “Jangkrik? Kan bisa minta tolong pakde non.”“Sudah lah, buka saja gerbangnya ih, apa susahnya!” Kata Otoy yang tiba-tiba muncul di samping pakde Yono.“Astaga! Kok ada cicak negro disini!”Plak!!!“Ba… Baik…”Setelah kepala pakde Yono di keplak oleh Otoy, spontan pakde Yono langsung berlari keluar pos menuju gerbang dan membukanya.Setelah itu, pakde Gunawan menginjak pedal gas mobilnya dan kemudian pergi keluar meninggalkan rumah Eyang.“May, sebenarnya ini ada apa sih May?” Tanya Sukma kepada Maya yang tengah duduk di kursi belakang di samping Maya.“Emm… Ga tau deh kak, aku juga bingung nih. Coba nanti kakak
Read more
BAB 27
Otoy menoleh kearah pakde Gunawan sembari sedikit mengkerutkan keningnya memandangi pakde Gunawan.“Toy, buruan! Kita hampir kehabisan waktu nih…” Kata Pakde Gunawan.“Emm… Oke lah, kalian mundur sedikit ya…”Kemudian, Otoy duduk di depan pos kecil itu dengan wajahnya mengarah ke dalam pos itu. Lalu, Otoy menutup matanya sembari membaca doa-doa dalam hatinya.Seketika, suasana menjadi hening. Angin tiba-tiba bertiup sangat kencang sampai-sampai, Maya dan yang lainnya harus memegang sesuatu yang berat agar tidak terbawa oleh angina yang sangat kencang itu.Ada sekitar 3 menit angin bertiup kencang dan hampir menerbangkan semua yang ada di sekitaran pos itu. Tapi, tiba-tiba angin yang tadinya bertiup kencang, spontan berhenti. Sekarang, suasana menjadi sangat mencekam.“Toy… Pakde… Pak Herman… Kak Sukma… Coba lihat kearah sekitaran kuburan dan juga hutan yang ada di
Read more
BAB: 28
Malam itu, adalah malam yang paling membingungkan bagi Maya dan Sukma. Bagaimana bisa, orang yang telah meninggal, bisa hidup kembali. Sukma merasa sangat bahagia, karena kedua orangtua dan Adiknya telah kembali. “Tidak tahu bagaimana cara nya, yang penting mereka telah kembali.” Begitulah jawaban Sukma, jika ada seseorang yang menanyakan tentang itu.   Pagi yang cerah, Maya dibangunkan oleh suara-suara orang yang tengah berbicara di ruang tamu. Maya yang saat itu, tidur bersama Sukma di kamarnya, langsung bangkit dan berjalan menuju pintu kamar. Saat Maya keluar dari kamar,   “Nah, itu dia, Bu … temanku, yang tadi ku ceritakan,” ucap Sukma, menunjuk kearah Maya.   “Ah, tenyata dia orangnya … sini, Nak, kita sarapan dulu,” sahut Ibu Sukma, menyuruh Maya untuk duduk bersama mereka.    “Ah, iya, Bu … hmm, kamar mandi di sebelah mana, ya?” tanya Maya.
Read more
BAB: 29
Perjalanan menuju ke rumah Eyang, berjalan mulus. Sembari menikmati pemandangan, mereka mengisi waktu perjalanan dengan becanda dan tertawa bersama. Sampai beberapa jam kemudian, mereka tiba di depan rumahnya Eyang. Lalu, Maya pun keluar dari mobil Pakde Gunawan.   “Pakde, Bu, Kak Sukma … tidak sekalian mampir dulu?” ajak Maya, baru saja keluar dari mobil.    “Ah, tidak usah, May … kami juga sedang buru-buru, nih. Titip salam saja pada Eyang, ya …, oh iya, sekalian sampaikan permintaan maaf pakde, karena telah membawa kamu pergi tanpa izin, ya …,” kata Pakde Gunawan.    “Oke,  Pakde … terima kasih sudah mengantarkanku pulang, ya …,” kata Maya.Pakde Gunawan menganggukkan kepala sambil tersenyum. Lalu, Pakde Gunawan memutar balikan arah mobilnya, membunyikan klakson dan pamit pergi.   “Ah, ternyata anda, Non … anda
Read more
BAB 30
“Eh? Hadeh … dimana lagi ini …,” kesal Maya.Maya terbangun di tengah-tengah hutan yang rimbun. Dia melihat ke sekeliling, tampaknya hanya dia seorang diri yang ada disana. Dia berjalan mengendap-endap menyusuri hutan itu, sambil sedikit bersembunyi dari pohon ke pohon. Maya sama sekali tidak mengetahui hutan apa yang sedang ia jalani itu. Namun, karena rasa penasarannya, dia tetap melanjutkan perjalanannya di hutan itu. Dia mencoba memanggil nama Otoy, memintanya untuk keluar dan menemaninya, tetapi Otoy tidak menjawab panggilannya. Tiba-tiba, terdengar suara dari arah depan, seperti suara kerumunan orang, yang sedang mengadakan sebuah pesta. Suara cekikikan dan suara orang sedang berbicara, bercampur menjadi satu.   “Itu ada apa, ya? Eh, i-itu … manusia? Kenapa mereka diikat seperti itu?”  bisik Maya, sambil mengintip dari balik pepohonan.Ada banyak ‘orang’ disana, seperti sedang mengada
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status