Semua Bab Tiba-Tiba Dimadu: Bab 71 - Bab 80
119 Bab
lebam
Ia mendelik dengan tatapan tidak terima sambil memegangi pipinya yang memerah bekas gambar tanganku."Aku sudah muak dengan yang namanya pelakor dan pengganggu, tidak akan kubiarkan satu ruang pun untuk orang akan mengusik rumah tanggaku."Ia mendengus sambil tersenyum sinis, ia menyilangkan kedua tangan di dada lalu berkata kepadaku,"Rafiq sangat mencintaiku, Aku yakin kau hanya pelampiasan, dia melarikan perasaannya karena kecewa putus denganku.""Aku menghargai kepercayaan dirimu," ucapku sambil kembali ke dapur lalu melanjutkan kegiatan memotong sayur lagi.Bukannya malah pergi, dia malah semakin mendekati dan membuat hati ini semakin panas. Menyeret kursi lalu duduk dihadapanku."Kamu hanya janda yang dibuang oleh suami dan kebetulan bertemu dengan Rafiq lalu Ia kasihan padamu.""Apapun itu sebutannya, aku tidak peduli, yang penting sejauh ini Mas rafik sangat mencintaiku dan melakukan apa saja untukku."Wanita itu tertawa seperti mengejekku, "Rafiq, selalu baik kepada semua
Baca selengkapnya
mereka pergi
Sore hari menjelang petang Mas Rafiq kembali dan menemuiku di kamar, ia meletakkan tas di meja, melonggarkan kancing bajunya, tapi ketika menatap padaku ia langsung heran mendapati mataku yang merah dan raut wajah yang sedih."Lho, Sayang, ada apa? Kok nangis?" Ia menghampiri dan langsung membawaku dalam pelukannya. Hari ini aku mendapatkan sedikit masalah Mas air mataku meleleh begitu sajaMasalah apa, coba ceritakan padaku ucapnya sambil membenahi anak rambut dan menyeka air mataku."Aku dan Angel bertengkar ...." kumenangis karena tak sanggup menahan kesedihan dan luapan emosi, mengingat kembali bagaimana Om Hermawan dan putrinya memperlakukanku dengan sinis."Kenapa?""A-angel, dia terus merasik dan mencari cara untuk untuk melemahkan dan melecehkanku. Ia merasa karena posisinya yang menjadi satu-satunya mantan yang lama kau cintai membuatnya merasa seolah memiliki seluruh hatimu.""Tapi itu tidak benar," gumam Mas Raffiq."A-aku tahu ... Ta-tapi karena dia terus-menerus mengga
Baca selengkapnya
liontin
Keesokan harinya Angel beserta ayah dan ibunya berangkat pagi-pagi untuk meninggalkan rumah mertuaku setelah sebelumnya mereka sarapan, kemudian Om Hermawan sekeluarga berpamitan untuk bersiap-siap pergi."Aku pergi ya Tante, Makasih ya udah mengizinkan kami untuk tinggal beberapa hari di rumah Tante," ucap Angel sambil menggenggam tangan mama."Aku juga minta maaf juga ya, kalau kalian tidak berkenan dengan apa yang terjadi di rumahku.""Terima kasih Mbak Ratna," ujar Om Hermawan sambil menyalami Mama,q aku yang berdiri di belakang mereka tidak diajak berbicara sepatah kata pun kecuali dan Tante Rossa yang menghampiri sambil tersenyum lalu menyalamiku."Kami pergi ya Jannah, baik-baik ya, jaga kesehatanmu.""Terimakasih Tante," balasku.Beberapa menit kemudian suamiku keluar dan langsung menghidupkan mobil, bersiap untuk mengantar Angel dan keluarganya sesuai dengan permintaan mereka kemarin."Tante, Angel jalan dulu." Ia mencium pipi Mama mertua lalu melambaikan tangan dan ma
Baca selengkapnya
manis
Hari demi hari berlalu dan rumah tangga kami selalu bahagia dan tidak ada yang berubah dengan sikap Mas Rafiq meski ia semakin sibuk dan kami jarang bersama untuk sekedar quality time atau jalan-jalan berdua saja.Seperti minggu-minggu ini ada kerjasama dengan sebuah universitas yang meminta Mas rafiq untuk menjadi dosen tamu yang mengajar di fakultas kedokteran khusus bidang ilmu yang mendalami tentang jantung. Jadi dari pagi hingga malam hari, ia di luar rumah, sedang menjelang larut kami baru berjumpa, itupun jika aku tidak tertidur.Seperti malam ini, Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam, suamiku ternyata sudah pulang, ia membuka pintu kamar, kuperhatikan wajahnya yang terlihat begitu penat dan lelah membuatku merasa iba. Kuhampiri sambil tersenyum memberinya sedikit kelegaan dan hiburan, sedang Ia meletakkan tas dan kunci mobil diatas meja kerja lalu duduk dan menyenderkan kepalanya di sofa sembari memejamkan mata, terlihat menghela nafas berkali-
Baca selengkapnya
suami cemburu
Kini bayiku telah berusia 8 bulan dia tumbuh menjadi bayi laki-laki yang sangat menggemaskan kehadirannya sungguh mewarnai hidup kami memberi kami semangat baru dan keceriaan di dalam rumah ini.Ibu mertua pun terlihat semakin hari semakin ceria karena kini ia bisa menimbang cucunya sendiri putra Mas Rafiq yang kami beri nama Rayyan."Jannah, ini sepertinya makanan pendamping ASI Rayyan, udah habis, sebaiknya kamu pergi ke supermarket ajak Rariq untuk membeli bubur Rayyan dan bahan makanan yang mulai menipis di lemari es.""Oke Ma," jawabku yang langsung mencari Mas Rafiq dan mengajak untuk pergi berbelanja, kebetulan juga hari ini hari Minggu dan kami ingin menghabiskan waktu sekeluarga dengan memuaskan diri bercengkerama di rumah."Mas kita ke supermarket yuk," ajakku pada suami yang sedang asyik memainkan ponselnya di kamar."Ayo, tapi kita mau beli apa?""Bahan bubur untuk Rayan, buah-buahan, dan sayur.""Oke, bentar ya Sayanng, aku ganti baju dan ambil kunci mobil."Tak lama ke
Baca selengkapnya
jannah
"Jannah, aku izin pergi daerah terpencil beberapa hari ya," ucapnya padaku di suatu malam ketika kami hendak tertidur "Kenapa Mas?""Urusan pekerjaan Jannah, di daerah terpencil sangat sulit mengakses layanan bagi mereka yang menderita sakit jantung.""Tapi ... Lama gak Mas?""Enggak, kok, hanya seminggu.""Seminggu?" Kutelan ludah berat sambil menahan napas."Kenapa?" Ia mengangkat daguku dan memperhatikan mata ini."Terlalu lama Mas," jawabku."Tidak lama kok Sayang, aku akan segera pulang, kalo tugasku sudah selesai."Aku tahu banyak hal yang bergelayut dalam dada ini, hal yang ingin kutanyakan padanya, tapi aku menahannya tak ingin menjadi istri yang selalu ikut campur urusan suami "Kamu izinkan, Mas pergi?" Tanyanya lagi."Iya," jawabku pelan."Kamu gak terpaksa kan?""Enggak, Mas. Aku akan selalu mendukung Mas," jawabku sambil memaksakan senyum."Jangan berat hati dong sayang, aku bisa susah lho," bujuknya dengan senyum manis dan tatapan melelehkan."Enggak kok Mas, aku akan
Baca selengkapnya
bertanya
Beberapa saat aku tertegun,Masih memegangi layar ponsel dan membaca pesan tadi, aku bertanya-taya dari mana pesan ini datang, sementara pesan yang lain bergantian berdenting dari Suamiku, kugeser layar ponsel membuka pesan untuk membacanya.Tampak disana foto Mas Rafiq dan teman-temannya yang sesama dokter berdiri dan tersenyum ceria, lalu di slide lain terlihat fotonya sedang memeriksa warga desa dikelilingi oleh anak-anak, dan satu lagi photo Mas Rafiq yang terlihat memeriksa seorang ibu yang sedang terbaring lemah, lalu ia memberi keterangan 'Bukan saja aku bertanggung jawab kepada instansi untuk memberikan laporan pekerjaan, tapi aku pun bertanggung jawab untuk mengabarimu Sayang.' begitu bunyinya.Sesaat barusan tadi jantungku sempat berdentam kencang karena takut dan syok mendapati pesan misterius itu. Namun saat ini aku bisa bernafas lega karena dibalik semua prasangka itu, dugaanku tentang kesetiaan Mas Rafiq masih kuat. Memang terlihat kurang etis, jika aku mencurigain
Baca selengkapnya
makin tegang misterinya
Ketika kami sudah beristirahat di kamar, Mas Rafiq asyik bercengkerama dengan bayiku, mereka tertawa dan saling berbagi pelukan. Si kecil Rayan juga begitu menggemaskan membuat Mas Rafiq tak berhenti-henti menciuminya."Mas, aku mau tanya sesuatu?" Aku membuka percakapan."Ada apa, Sayang?" ucapnya tanpa menolehku dan masih menggelitiki bayinya."Ibu dari teman Raisa melihat Mas kemarin berjalan di perempatan dengan seorang wanita, sangat mirip Mas Rafiq katanya, Apakah itu mungkin Mas?" Aku bertanya dengan hati hati.Raut wajah Mas Rafiq seketika terkejut namun, detik berikutnya ia segera menggeleng sambil tersenyum."Kira kira menurutmu bagaimana, Sayang, aku berada di daerah dan baru kembali hari ini," jawabnya."Apakah Mas sungguh tidak membohongiku?""Apa maksudmu, Jannah?" Mas Rafiq terlihat tidak suka, ia bangkit sambil menatap wajahku dengan seksama."Aku juga melihat live streaming di Facebook sepasang pengantin yang terlihat begitu bahagia, siluet wajahnya sangat mirip
Baca selengkapnya
akankah kutemukan bukti
Aku bingung, resah, jiwaku gelisah dan seolah tanpa arah, aku galau apa yang harus aku lakukan. Hingga kuturuni tangga dan kutemui Ibu mertua di bawah sana yang seperti biasa santai menikmati tayangan tivi kesukaannya."Ma, aku ke rumah, Ibu dan Bapak sehari ya, besok kembali," pintaku pelan."Lho, tumben, kenapa?""Rindu aja, Ma. Boleh kan? Aku akan minta izin pada Mas Rafiq juga.""Ya udah." Mama hanya tersenyum tipis dan aku pun berterima kasih padanya.Sembari kukemasi tas bayi dan Raisa ku telpon Masrafiq namun ia tak mengangkatnya, meski aku berencana pergi ke rumah ibu, hati ini masih gamang memikirkan langkah apa yang harus aku lakukan.Hingga kiteringat sesuatu, ya kertas pagi tadi, dimana kertas itu? Aku segera menuju bak sampah dekat meja kerja, aku lupa pagi tadi aku meletakkan di mana.Kuobrak-abrik keranjang sampah kecil itu di lantai kamar dan kubuka kertas yang sudah di remas-remas Mas Rafiq itu satu-persatu. Aku tak menemukannya. Segera kuturuni tangga dan berarti ke
Baca selengkapnya
gamang
Dengan mata yang masih mengabur oleh lelehan air mata, perlahan kueja kata per kata, huruf-huruf yang merangkai sebuah kalimat yang mendeskripsikan bahwa mereka telah melakukan pernikahan.Nama kedua mempelai terpampang di sana, Ahmad Rafiq Sanjaya dan Angel Claudia Hermawan, dari foto yang mereka daftarkan terlihat mereka penuh kebahagiaan dengan senyuman dan tatapan mata yang berbinar."Ah, ini hanya mimpi ... hanya mimpi," teriakkku dalam hati, tapi air mata ini tak mampu lagi kuhentikan tetesannya.Sekuat apapun aku meyakinkan diri, tetap kenyataannya adalah kertas itu benar adanya. Mungkin karena merasa terhubung dengan Ibunya, Bayiku mulai menangis, mungkin juga lapar, mengingat aku yang sejak pagi tidak memakan apapun.Dengan mengumpulkan sisa tenaga kuseret langkah keluar dari kantor KUA Jati Baru berjalan di sepanjang trotoar dengan gamang, tidak mengerti aku harus ke mana, hanya mengikuti langkah kaki dan air mata yang terus berjatuhan.Aku tidak peduli apa penilaian orang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status