All Chapters of CINCIN TAK BERTUAN: Chapter 21 - Chapter 30
61 Chapters
Tak ada Hati!
Bab 21 Tubuh Nunu terpental ke dinding karena tendangan keras dari Arul. Perkelahian itu sulit untuk dilerai. Mereka saling menunjukkan kehebatan dalam adu kekuatan fisik. Beberapa orang yang ada di tempat itu juga kewalahan menghadapi mereka. Kakiku lemas tak berdaya melihat darah di wajah kedua pria yang memperebutkan cintaku. Semua gelap gulita dan tak sadarkan diri. "Aduh ... kepalaku. Awww ...," desisku, sembari memegang kepala dengan tangan kiri. Jarum infus ada di bagian tangan kanan. Kenapa bisa ada di sini? Siapa yang membawaku? Apa yang terjadi sebenarnya? Di mana ini? Seumur hidup belum pernah dirawat. Separah apa pun tubuh ini ketika sakit, masih bisa diberi obat. Kali ini benar-benar bingung dengan semua ini. Ingin bertanya, tetapi tak ada seorang pun yang menemani. Miris memang, hidupku seperti sebatang kara. Termasuk biaya perobatan. Rasanya hati ini ingin menjerit dan berteriak. "Ehh,
Read more
Berharap Rumah Membawa Ketenangan
Bab 22 Jadilah pelindung bagi keluarga. Beri yang terbaik demi mencapai rida. Rasa yang ada terus dipercaya, agar hubungan penuh sukacita. Teruslah melangkah menuju masa depan. Berikan kasih sayang kepada pasangan. Selamat keluarga dari segala godaan. Semoga selalu dalam kebahagiaan dan lindungan Tuhan *** Mengakhiri hubungan bukan berarti hilang kontak. Arul masih memilih aku. Dia anggap sebagai ujian pernikahannya. Aku setuju saja demi cinta. Sebab bagaimana pun, dia adalah pilihan hatiku. Di satu sisi, egois berhasil menguasai hati dan pikiran. Tak perlu memikirkan apa yang ada dalam masalah. Kurasa sudah seharusnya untuk pergi meninggalkan lalu memperjuangkan apa yang ada di depan. Bersamanya begitu indah terutama dengan sebuah ungkapan yang pernah diucapkan melalui rangkaian terindah. Tak bisa terlupakan. Keindahan itu terkadang membawa hanyut dan terbua
Read more
Dukaku Tiada Mereka Pedulikan
Bab 23 "Haha ... masuk penjara? Aku gak takut! Biar dia tau rasanya menghancurkan rumah tangga orang. Dasar bangke dia!" balasku. Naya menangis sekuatnya. Rambutnya acak-acakan. Baju termahalnya sobek di bagian lengan. Wajah mulus yang dilapisi kosmetik mahal berubah menjadi merah dan berdarah akibat cakaran kukuku. Puas yang kurasa. Arul mencoba melepaskan genggamanku. Namun, sudah terlanjur kuat, sulit bagiku melepasnya. Security dan beberapa karyawan ikut membantu. Arul melayangkan tamparan ke wajahku. Tak lama, semua gelap gulita. *** "Nak ... datanglah padaku. Ikut Nenek, yuk. Ada yang ingin kusampaikan. Ini penting, Nak," ajak nenek yang selalu datang. "Ke mana, Nek?" "Ayolah ...." Wanita tua itu mengulurkan tangannya. Namun, tak kusambut uluran itu. Ada keraguan dalam hati. "Atau begini saj
Read more
Ingatanku Selalu Pada Arul
Bab 24 "Zeyn ... Zeyn ...." Aku terbangun dan beristighfar. Ternyata tubuh terbalut kain panjang itu adalah mimpi. Kuucapkan istighfar dan membuang ludah ke kiri tiga kali. Begitu kata sebagian orang bila telah bermimpi buruk. "Zeyn ... kamu kenapa?" tanya Dina, ternyata dia mendengar aku menangis. "Aku-- kenapa, Din?" Aku benar-benar heran. "Kamu punya masalah? Kok, nangis?" Baru sadar kalau air mataku sudah membasahi pipi dan bantal. Kuhapus dengan kain sarung yang sedang kupakai. Sesakit itukah mimpiku hingga mengigau? Mungkin terlalu terbawa akan perbuatan Arul padaku. Kenapa harus ada kisah menyakitkan ini  padaku? Kenapa, ya ... Allah. Tidak pernah menginginkan hal seperti ini. Aku sangat mencintainya melebihi dari apa pun. Segala rencana yang telah aku miliki sepertinya akan sirna. Tidak akan bisa lagi diselesaikan.&nb
Read more
Sakitku Semakin Membutakan Mata Arul
Bab 25 Keterlaluan sekali Naya. Semuanya ingin dia kuasai. Bukan hanya Arul, akan tetapi juga harta miliknya. Aku baru menyadari kalau Naya berhati rakus dan kasar. Subhanallah. Ternyata kekayaan membutakan mata hatinya. Badan yang terasa sakit, semakin parah kurasakan. Ditambah lagi dengan kalimat-kalimat yang membuat semuanya berantakan. Masa, iya, dia juga ikut campur urusan upahku. Serendah itu dia menunjukkan jati dirinya. Kepala nyut-nyut, hati bagaikan tertusuk tombak. Sakit yang kurasakan. Cukup sabar menghadapi ujian. Tidakkah Naya berpikir jika kejadian ini menimpa dirinya? Mungkin bukan hanya menyerang, bahkan membunuuh orang tersebut. Berbeda dengan aku. Berharap orang yang menyakiti mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Hidup ini adalah perjuangan menuju surga. Air mataku mengalir. Berulang-ulang mengingat ucapan yang baru saja didengar. Aku hampir seperti orang gila b
Read more
Hadiah Paling Berharga Untukku
 Bab 26 "Kok?" Hanya kata itu yang bisa kusebutkan dengan menyambut kedatangannya. Lupa dengan jawaban salam yang sedari tadi diucapkan. Wajahnya begitu ramah dengan senyuman manis untukku. "Hai ... Zeyn, bukannya jawab salam, malah heran," tegur pria itu, dengan mengangkat sebelah alisnya. Wow ... itu yang sangat kurindukan darinya. Sikap dan sifatnya masih saja seperti dulu. Pertanda dia adalah orang yang baik hati. "Udaaah ... jangan bengong begitu, dong. Senyum, ah," ucap Dina, padaku. "Ta-- ta-pi--" ucapanku terhenti. Pria itu datang menghampirinya dan duduk tepat di sebelahku. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang tidak beraturan. Seolah akan terjadi sesuatu. "Zeyn ... biasa aja, dong. Masa liat aku, kek, liat hantu aja, deh," ketus Nunu. "Udah, ah. Kalian berdua ngobrol dulu. Ak
Read more
Apa Maksud Dari Semua Ini, Rul?
Bab 27 Dina dan Nunu melampiaskan kemarahan kepada Arul. Mereka berdua menyampaikan semua yang ada dalam hatiku. Dalam diam mereka tahu unek-unekku. Terlebih Dina karena sudah terlanjur benci pada sikap Arul. "Dengar, ya, Rul. Zeyn itu bukan lagi milikmu sepenuhnya. Ingat! Ma-sih a-da pe-rem-pu-an la-in ber-sa-ma-mu!" ucap Nunu, dengan menegaskan kalimatnya secara mengeja karena geram. "Ha ha ha, kamu berbakat juga jadi pelawak. Hadeuuhhh ... ok, aku kasi tau, ya, Panglima yang terhormat! Dengar baik-baik, pasang telinga lebar-lebar. Bahwa Zeyn masih istri sahku. Ja ... di ... jangan pernah melarang aku untuk me-ne-mu-i-nya! Lagian kamu siapa anak muda?" Arul malah membela diri. "Rul! Bisa ngomong baik-baik gak, sih? Lihat istrimu. Dia hampir mati karenamu. Kenapa tidak kau bunuh saja dia!" Kemarahan Dina semakin memuncak karena melihat adu mulut itu. "Aduhhh ... kalian ini lucu
Read more
Papa Mertua Masih Tulus Menyintaiku
Bab 28 Tiba-tiba kepalan tangan Nunu mengarah ke wajah Arul. Aku dan Dina berdiri seketika. Tidak percaya akan hal ini. Tangannya terlihat bergetar. Arul membalas pukulan itu. Bukan hanya tangan yang main, tetapi juga kakinya mendarat ke bagian perut Nunu. Mereka saling berbalas. Benar dugaanku, hal ini akan terulang kembali. Tidakkah mereka memikirkan perasaanku? Tega sekali mereka. Arul dan Nunu telah menjadi musuh bebuyutan. Wajar bila Arul membalas perbuatan Nunu. Karena bagaimanapun aku adalah istrinya. Sayangnya, tidak bisa membahagiakan aku dengan sesempurna mungkin. Dina melerai keduanya. Sepupuku yang bertubuh ramping sedikit kesusahan dalam bertindak agar perkelahian berhenti. Sekuat tenaga dia kerahkan energi demi mendamaikan. Namun, sia-sia belaka. Kesabaranku mulai habis. Ingin rasanya m membunu* kedua lelaki itu dengan ucapanku. Jika mereka bena
Read more
Cincin Kembali Terlihat
Bab 29 Papa dan mama mertuaku datang dengan membawa bingkisan. Mereka langsung duduk di sofa. Mama menghampiri dan duduk tepat di sebelahku. Banyak yang beliau bicarakan. Ada beberapa kata-kata nasihat, dukungan dan beberapa pujian untukku tanpa menjelekkan Naya. Bukan aku bangga dengan pujian itu, tetapi akan terus berusaha menjadi istri yang salehah. Termasuk tetap setia pada sumpah dan janji pernikahan. Seorang asisten datang dan membawakan sepiring kue yang dibawa oleh mertuaku. Juga empat gelas teh manis. Sore ini adalah pertemuan untuk pertama kali setelah Arul bersama Naya. "Zeyn, kalau mau istirahat. Masuklah ke kamarmu. Semua sudah rapi," suruh mama mertuaku. "Ke kamarku? Kamar mana, Ma? Kan ini bukan rumahku." "Ini rumah kamu, Zeyn. Ini milik kamu karena Papa sudah mengatasnamakan ini namamu," sahut papa. "Maksudnya, Pa? Aku mak
Read more
Ungkapan Yang Indah
Bab 30 Ajakan Arul ingin kutolak. Berlahan melonggarkan rangkulannya dari pundakku dengan tangan kanan. Gigi dirapatkan, tangan kiri dikepal sembari menarik sedikit pinggiran baju. Berharap agar dia benar-benar mengerti. Kini sudah sampai di tempat tidur mahal yang begitu empuk. Arul kembali menyambut tubuhku dengan lembut lalu membantu untuk naik. Dia membelai rambut dengan napas yang tidak beraturan. Direbahkan tubuh ini dengan penuh kasih sayang. Keningku mulai diciu*, terus ke telinga, pipi, dan terakhir sampai ke bibir tipis milikku yang masih menempel lipstik berwarna merah muda. Sesekali menarik kepala dengan pelan. Dia tarik kembali dengan kedua tangannya. Tubuh masih lemas sudah diajak bercinta. Oh, tidak! Di sini hanya untuk memulihkan kondisi tubuhku, bukan malah menikmati malam dengan birah*. "Sayang ... aku sangat merindukan belaian kasihmu," ucapnya berbisik ke teli
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status