All Chapters of The New World: Chapter 121 - Chapter 130
146 Chapters
Chapter 121. Kencan Persahabatan
Keesokan paginya, Lock harus berangkat pagi-pagi sekali tanpa sempat sarapan. Perutnya bergumuruh, dan Iophel menggerutu. Lebih parahnya lagi, ia harus menghabiskan waktu seharian bersama dengan Si Kaku Soren.“Kau sungguh tidak pernah naik kuda?” tanya Soren dengan kening berkerut, seolah tersinggung mendengar Lock tidak pernah naik kuda.“Bukankah wajar orang tidak pernah naik kuda?”“Oh, benarkah? Kukira kebanyakan orang pasti mengikuti klub berkuda saat di Earthkine.”“Tidak,” Lock menjawab ucapan sombong Soren tanpa berpikir. “Aku mengikuti klub menaiki gajah.”Dan Lock tidak berbohong. Sewaktu ia masih berada di Red Carnaval, ia pernah belajar menaiki gajah sirkus. Tak sering pula ia dibopong oleh simpanse. Namun, tampaknya Soren menganggap jawaban itu adalah sindiran.“Sayang sekali disini tidak ada gajah kalau begitu.”Kuda yang akan ditunggangi Lock adala
Read more
Chapter 122. Desa Killin
Setelah menempuh jarak hampir 30 menit berkuda, mereka berdua tiba di sebuah desa di perbatasan Hutan Xylen yang bernama Desa Killin untuk beristirahat.Lock, yang sudah tidak makan dari kemarin malam, tak berhenti menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Sementara itu, Soren menolak melihatnya. Pria itu sedari tadi mengetuk-ngetukan tangan di atas meja dengan tidak sabar. Meski begitu, tidak seperti biasanya, ia tidak pergi meninggalkan Lock.“Apakah mereka tidak pernah datang kemari?”Tentu saja itu karena tujuan utama Soren adalah mencari informasi dari seorang pemilik rumah makan tempat mereka singgah. Wajah Soren rupanya bukan hanya disukai oleh wanita muda, tetapi juga wanita setengah baya bertubuh besar yang sedang asyik menguleni adonan.“Ya, tetapi hanya orang-orang tertentu,” jawab wanita tersebut. “Mereka mempunyai sumur, dan hutan memiliki tanaman obat yang mereka nilai sangat ampuh. Hanya sesekali mereka datang dala
Read more
Chapter 123. Danau Hitam
Uisho merenggangkan badannya yang kaku sebelum kembali melipat tangannya di depan dada. Matanya berair menahan kantuk saat ia menatap punggung sosok seorang gadis yang telah diawasinya selama beberapa jam terakhir. Gadis itu kecil dan mungil, dengan rambut coklat panjang bergelombang panjang yang entah bagaimana selalu tampak berkilau. Secara garis besar, gadis itu dapat digambarkan sebagai gadis kalem yang sangat manis, dengan mengabaikan fakta bahwa ia bermulut tajam, tak mempunyai rasa humor, dan sangat misterius. Selain itu, ia pun menyimpan kekuatan kuno yang berusaha diteliti oleh para Paragon. Uisho sama sekali tidak keberatan mengawasi Eira; itu bukan pekerjaan yang sulit. Selain itu, Eira memiliki Aura menawan yang tidak bisa ditolak. Itu bukan hal yang aneh; hampir semua orang yang melihat Eira tidak bisa mengenyahkan rasa kagum, penasaran, sekaligus intimidasi akibat Aura misterius yang dibawanya. Akan tetapi, tugas Uisho memiliki sisi negatif. Eir
Read more
Chapter 124. Penyerangan
Tanpa setitik keraguan di wajahnya, Eira mengeluarkan busur beningnya, mengarahkannya tepat ke danau – tempat dimana wajah Paragon Rizt terlihat.“Tunggu. Apa yang kau –“Namun, bukan Eira namanya bila gadis itu berhenti dan menunggunya berbicara. Ia menembakkan energi ke arah danau. Walaupun terdengar absurd, namun panah yang berasal dari busur gadis itu terbang mengenai dada Paragon Rizt – yang jelas berada di dimensi lain.Itu sama sekali bukan ilusi. Melihat ekspresi Paragon Rizt yang penuh kesakitan dan amarah, sudah cukup memberitahu Uisho apa yang terjadi – secara garis besar.Eira menyerang Paragon.Uisho seketika mengeluarkan senjatanya. “Kenapa kau…!”“Tunggu sebentar,” kata Eira tanpa menoleh. Ia masih tetap tenang sambil mengamati air danau. “Kau akan melihat sesuatu yang lebih menarik sebentar lagi daripada wajah kakek yang menggemaskan itu.”T
Read more
Chapter 125. Grandpa Lau
Orang-orang itu memandang keduanya dengan curiga. Tangan mereka memegang perlengkapan bertani, seperti garu, celurit, dan sebagainya.“Bukan cara menyambut tamu yang ramah, ya?”“Berhenti melempar komentar kurang ajar.”Setelah Soren berkata demikian, ia turun dari kuda dengan gerakan anggun. Padahal, Lock baru saja hendak protes karena menurut hematnya, tampang angkuh Soren jelas beberapa tingkat di atas kategori kurang ajar. Dibandingkan tatapan Soren yang menghina, komentar Lock yang paling brengsek-pun terdengar seperti lantunan karya sastra yang indah.“Pergi dari sini bila kalian ingin menawarkan sesuatu!” hardik salah seorang penduduk. “Kami tidak akan menerima apapun yang kalian tawarkan!”[Oh, aku pernah mendengar kalimat itu sebelumnya di Earthkine! Hei, hei, Manusia! Dimana aku mendengrnya?][Saat kau menonton petugas asuransi ditolak di televisi?]“Benar! Kami tidak aka
Read more
Chapter 126. And His Grandson
“Bukankah ini menyangkut dimensi tempat kau tinggal? Perlukah seseorang memberitahumu bahwa apabila Makhluk Gosong muncul, gubuk reotmu ini tidak akan mampu melindungimu – bahkan dalam waktu setengah menit?” Lock bangkit berdiri untuk membuka jendela yang masih tertutup karena Soren benar-benar mengabaikannya. Jendela itu kotor, jelas tidak pernah dibuka maupun dibersihkan. Lock berhasil membukanya dengan susah payah lalu menghirup udara hutan dalam-dalam. “Kau salah,” jawab Kakek Lau. “Gubuk reotku ini tidak akan bertahan bahkan dalam satu detik. Aku tahu banyak mengenai hal seperti itu.” Lock seketika tertawa mendengarnya. Kakek Lau menatap Lock dengan mata berkilat senang. Lain halnya dengan Soren yang ekspresi wajahnya tampak jengkel permanen. “Aku tidak peduli berapa lama kau akan bertahan,” kata Soren dingin. Suasana mendadak terasa lebih berat. “Tetapi, jika kau ingin kami membantu dimensi tempat kalian tinggal, kau harus membagikan semua infor
Read more
Chapter 127. And His Enormous Pet
Ucapan dan cara Kakek Lau menyingkirkan barang-barang si bocah sembunyi-sembunyi membuktikan bahwa kakek itu tidak ingin cucunya bertemu dengan Lock dan Soren.‘Yang mana itu artinya, bocah ini tahu sesuatu,’ Lock tersenyum. ‘Dan mungkin tidak bisa menutup mulutnya serapat kakeknya.’Lock sadar Kakek Lau tidak akan memberikan informasi sebanyak yang mereka inginkan. Ada sesuatu yang membuatnya tidak dapat memercayai Soren dan Lock, dan Lock tidak menyalahkannya karena Soren memang terlihat seperti orang brengsek tukang ikut campur.“Aku melihatmu keluar dari rumah tadi,” jawab Lock, menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya. “dan secara diam-diam.”Bocah itu menggertakkan gigi sebelum ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Baiklah, laporkan saja pada Kakek!” ujarnya melengking. “Aku tak peduli!”“Benarkah? Lalu, mengapa kau keluar mengendap-ngendap seperti itu? Wajahmu juga
Read more
Chapter 128. Pusaka Hutan
“Dia tidak mungkin mati,” jawab Lock. “Kau tidak lihat tubuh besarnya? Bagaimana mungkin pukulan kecil seperti itu membuatnya mati?”[Kau menggunakan ‘Caera’ untuk memukulnya. Dia bisa saja mati meskipun kekuatan tinjumu terasa seperti cubitan bayi untukku.]Lock mengabaikan komentar Rael. Walaupun dia tidak dapat mengelabui Rael dan Iophel, perkataan Lock jelas terdengar masuk akal di telinga si bocah.Nguik..Babi itu mengeluarkan suara lemah, yang segera disambut oleh desahan dan tangisan lega sahabatnya. Yang tidak diketahui bocah itu adalah, Lock juga lega karena babi hutan itu tidak mati. Sedikit.‘Jika dia mati, bocah ini tidak akan buka mulut.’“Mengapa kau menghajarnya seperti itu!? Dasar orang asing barbar! Tidak heran Kakek menyuruhku untuk menjauhi kalian!”Lock bersandar pada sebuah pohon dan melipat tangannya di depan dada. “Bukankah kau terlebih
Read more
Chapter 129. Perjamuan
“Anda cantik sekali, Nona Aeri.”Aeri mendongak mendengar ucapan pelayannya. Matanya bertemu dengan matanya sendiri di cermin. Rambutnya sudah dikepang dengan rapi membentuk mahkota, lengkap dengan jalinan bunga yang menambah kesan elegan dan cantik di rambut panjangnya yang bergelombang.Pelayan Aeri membantu nona-nya bangkit berdiri, lalu menyemprotkan minyak wangi beraroma segar ke tubuh rampingnya yang sudah mengenakan gaun panjang bewarna putih gading.“Nona,” seorang pelayan datang menghampiri Aeri sambil membungkukan tubuh. “Tuan Muda Ares datang menjemput Nona.”Aeri mengangguk. “Baiklah. Aku akan keluar beberapa menit lagi.”Pelayan tua setia-nya datang menghampiri dan membetulkan posisi gaun Aeri. “Anda sungguh beruntung, Nona. Tuan Muda Ares sangat mencintai Nona.”Aeri tersenyum, tetapi tidak menjawab. Matanya kembali menatap cermin, melihat tatapan kosong seorang wanita
Read more
Chapter 130. Menguping
Dua hari telah berlalu sejak malam perjamuan terakhir dengan Raja Ergo. Setelah makan malam tersebut, tidak ada satupun [Yang Terpilih] yang mendatangi jamuan makan malam bersama sang Raja, meski mereka diundang secara terbuka untuk datang kapanpun mereka mau. Sebenarnya, mereka tidak datang bukan karena mereka sangat sibuk – karena mereka sama sekali tidaklah sibuk – melainkan karena Soren melarang. Sejak kedatangan [Yang Terpilih] di Dimensi Waveryn, tidak ada penyerangan oleh Makhluk Gosong lagi. Dua hari lamanya mereka berenam bergiliran menyusuri tempat-tempat mencurigakan di malam hari hingga subuh, tetapi nihil. Fakta ini tentunya membuat Soren jengkel. “Kau pasti senang bisa mengintai di gorong-gorong dan tempat sampah seperti keinginanmu, ‘kan, Lock Easton?” tanya Soren pada suatu hari. “Jadi, lakukanlah.” Dan Lock menjadi sasaran kejengkelan Soren. Lock belum memberitahu siapapun mengenai hasil percakapannya dengan Ian. Buka
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status