All Chapters of Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang: Chapter 41 - Chapter 50
57 Chapters
Empat Puluh Satu
"Berengsek!" Damar menendang ban mobilnya dengan mulut terus mengoceh. Perut lapar, hati kesal lengkap sudah penderitaan pria dengan kaus merah itu.Dengan sisa putung rokok yang ia hisap, Damar terduduk lesu di halaman rumah. Hatinya masih sangat emosi, bukan karena apapun, tetapi karena masih mnghargai Erika sebagai istrinya."Astaga, dosa apa aku ini? Terus saja Erika membuat aku habis kesabaran." Lagi, ia mengoceh tentang kesialannya.Ia menikah karena ingin ada yang mengurusnya. Tingal bersama sang ibu membuatnya kehabisan uang. Namun, ternyata malah pernikahannya kali ini membuat ia selalu pusing kepala dengan tingkah sang istri juga mertuanya yang begitu menyebalkan.Ia mengambil ponsel untuk menelepon seseorang."Man, ngopi, yu, tempat biasa. Bisa nggak?" "Boleh-boleh, gue juga baru otw, biar gue balik arah." Suara Arman terdengar antusias saat diajak bertemu Damar.Damar men
Read more
Empat Puluh Dua
"Hampir saja," ujar Bu Jasmin saat sampai di rumah. Wanita itu gegas menemui sang suami untuk memberitahukan tentang pembatalan perjodohan Hana dan David. Ia tidak menduga jika Oma Meria akan langsung membatalkan rencana mereka."Mas, Ibu membatalkan rencana kita menjodohkan David dengan Hana," ujar Jasmin."Kok, bisa?" Sang suami bertanya heran."Iya, karena wanita itu. Wanita yang dipilih David menjadi calon istrinya." Jasmin seperti pasrah dengan keadaan. "Bagaimana bisa Oma setuju dengan David?" Denis, ayah David pun ikut cemas dengan semuanya. Rencana selama tiga puluh sembilan tahun itu sudah matang dan akan menuai hasil. Namun, tiba-tiba hancur begitu saja oleh sang anak."Anak sialan, tidak tahu berterima kasih," keluh Denis.Dua orang itu seperti tidak tenang setelah Oma Meria membatalkan semua rencana mereka. Dengan sekejap, apa yang mereka bayangkan hancurlah sudah.
Read more
Empat Puluh Tiga
Asih menaruh gelas setelah minum. Sang ibu terus saja mengikuti ke mana ia melangkah. Bu Andar ingin tahu tentang Damar, sejak beberapa hari menikah, ia masih kesal dan malas menelepon atau mengunjungi anaknya.Asih datang membawa berita tentang Damar yang datang ke kantor Laras. "Kamu yang benar, Sih, Damar kurus sekarang?" tanya sang ibu."Iya, Bu. Masa Asih bohong, sih. Mana banyak jambang di wajahnya, pokoknya kusut, deh." Lagi, Asih sengaja memanasi sang ibu sesuai instruksi Laras."Kenapa malah punya istri jadi nggak keurus, si Damar? Weleh, apa istrinya nggak bisa ngurus dia?" Bu Andar begitu emosi mendengar cerita Asih, sedangkan Asih, sangat menikmati ocehan sang ibu."Besok, kan Minggu, kita samperin aja, Bu. Asih anter naik motor mau nggak?" Asih menawarkan untuk ke rumah Damar esok hari.Tanpa berpikir panjang sang ibu langsung setuju dengan ajakan Asih. Bu Andar sudah merencanakan hal yang akan memb
Read more
Empat Puluh Empat
Damar mengacak-acak rambutnya, lalu menarik napas dalam. Ia tidak mengerti dengan kejadian yang terjadi begitu saja. Ibunya datang dan mengetahui semua keadaan yang memang seharusnya tidak terjadi. "Aku bingung mau bagaimana? Mau bilang apa? Ibuku memang tidak salah, karena memang kamu tidak becus menjadi seorang istri!" hardik Damar."Kok, kamu jadi menyalahkan aku? Kamu saja yang tidak becus menjadi suami yang benar," balas Erika."Tidak benar bagaimana? Apa karena aku memberi jatah uang belanja tidak sesuai dengan keinginan kamu, lalu, bilang aku tidak becus? Harusnya aku yang tanya, peran kamu sebagai seorang istri mana? Apa hanya melayaniku di rajang saja kebisaanmu, hah?" Emosi Damar kian memuncak jika mengingat sejak awal menikah, sejak itulah kebiasaan jelek Erika terbuka.Tak kuasa mendengar ucapan Damar, Erika menampar keras pipi sang suami. Embun di matanya kini mulai luruh ke pipi. Hatinya begitu sakit dengan tudinga
Read more
Empat Puluh Lima
David menemui sang Oma untuk membicarakan hal tentang apa yang Ayu terima dari kedua orang tuanya. Sebuah ancaman yang membuat Ayu merasa tidak tenang. "Mereka mengancam Ayu, Ma. Bahkan aku saja nggak mengerti apa tujuan mereka untuk menjodohkan aku dengan Hana," ucap David.Oma Meria mendengarkan cerita David. Tidak mungkin ia menceritakan hal sebenar tentang rahasia itu. Pasti akan menyakitin hatinya saat ini. Namun, bagaimana pun David harus tahu suatu saat nanti."Mereka tidak tahu diri. Bagaimana bisa mengancam seperti itu. Hal yang sangat memalukan bagi keluarga Adijaya." Sang Oma marah besar dengan penuturan David.David pun sangat menyayangkan tenteng ancaman tersebut. Ia pun tidak mengira akan menjadi seperti itu."Pokoknya kita harus melindungi ayu," ujar sang oma.Sementara, Denis dan Jasmin sedang menelepon Hasbullah, ayahnya Hana agar segera bertindak agar tidak terjadi pembatalan perjodohan.
Read more
Empat Puluh Enam
David datang setelah Ayu meneleponnya. Pria itu langsung datang bersama sang Oma. Ayu yang sejak tadi terus menangis, terdiam saat kedatangan Oma Meria dan David."Bagaimana keadaan Bagas?" tanya David."Sudah ditangani, ayahnya sedang mendonorkan darah untuk Bagas," ujar Ayu."Damar?" David bertanya lagi."Iya, Mas Damar datang dan langsung mendonorkan darahnya karena memang darah mereka sama."David merasa sedikit cemburu dengan kedatangan Damar, tapi ia tak bisa berkomentar karena Bagas memang anak Ayu dan Damar."Jangan menangis," ucap Oma Meria."Iya, Oma. Ada yang aku mau bicarakan." Ayu menarik napas.David mendadak jantungnya berdetak tak karuan. Apa yang akan dibicarakan oleh Ayu membuat David sedikit bisa menebak."Apa ini ada hubungan dengan ancaman kedua orang tuaku?" tanya David."Aku nggak tahu ini berhubungan atau tidak. Namun, setelah datang ancaman itu, aku
Read more
Empat Puluh Tujuh
Sampai di rumah David langsung menemui kedua orang tuanya. Ia ingin langsung bertanya tentang kecelakaan yang menimpa anak Ayu."Papa, kalian memang kejam, ya. Kalian menyuruh orang untuk melukai anak ayu, kan?" tanya David tanpa basa basi."Maksud kamu apa? Kami tidak ada hubungan dengan hal itu!" Netra sang ayah nyalang menatap David."Jangan mengelak, aku tahu kalian mengancam Ayu, kan? Sekarang anaknya sedang berada di rumah sakit! Siapa lagi kalau bukan ulah kalian?" David semakin emosi menghadapi dua orang di hadapannya.Namun, mereka sama sekali tak menjawab tuduhan David. Menolak secara mentah-mentah tuduhan yang ditujukan pada keduanya."Jangan menuduh tanpa bukti. Kami bisa menuntut balik!" "Memang tidak ada bukti, tapi suatu saat kejahatan kalian akan terbongkar." David mengusap wajah kasar, lalu meninggalkan mereka yang tidak mau mengakui semuanya.Jasmin melirik ke arah suaminya. Senyum t
Read more
Empat Puluh Delapan
David datang dan langsung mengamuk pada Denish. Apa yang ia lakukan sungguh membuat dirinya muak. Bukan masalah kacang lupa kulitnya, tetapi dia bukan robot atau alat yang sesuka hati mereka bisa gunakan.Di sana ada beberapa keluarga dan juga Hana beserta keluarga yang membesarkannya. Oma Meria bersama Pras dan anak-anak lainnya."Berhenti mengancam Ayu, hentikan kegilaan kalian!" teriak David pada Denis. Semua mata memandang pria yang tak pernah marah itu. Emosinya meluap kala Ayu meminta untuk menjauhinya. Usaha untuk mendapatkan wanita itu begitu sulit, tetapi harus begitu saja dilepaskan."Dasar kurang ngajar. Anak tidak tahu diuntung, masih untung kami naikkan derajat kamu, sekarang malah berteriak di depan kami." Penuturan Denis membuat geram David. Tangannya mengepal keras, lalu menghampiri Denis.David menarik kerja baju pria dengan rambut yang hampir memutih itu."Aku nggak meminta kalian membawaku ke
Read more
Empat puluh sembilan
Kondisi Bagas sudah membaik, kemarin sudah pulang dan di jemput oleh Damar. Pria itu dengan telaten mengajak sang anak main dalam beberapa jam sebelum pulang.Berulang kali Bagas membujuk ayahnya untuk tetap tinggal. Namun, itu tidak mungkin karena Ayu dan dirinya sudah berpisah. Tidak mungkin bisa untuk bersama."Kalau kamu mau, nanti nginep di rumah papa, bagaimana?" Damar mencoba membujuk Bagas. Anak laki-laki itu mengerucutkan bibir. Ia sama sekali tidak mau melepaskan pelukan sang ayah. Rasa rindunya kian membuncah, saat ia terbangun melihat hanya sosok ibunya yang ada."Nanti Papa main lagi, Bagas sama Mama dulu, ya," bujuk sang ibu.Beruntungnya Bagas menurut dengan apa yang dikatakan sang ibu. Walaupun dengan wajah masam, anak itu tetap mengantar sang ayah sampai ke halaman rumah. "Yu, pamit," ucap Damar."Iya, Mas." Setelah Damar pulang, Ayu kembali membujuk sang anak u
Read more
Lima Puluh
"Oma, Maaf, aku belum bisa mengatakan ia atau tidaknya. Ini bukan pernikahan pertamaku dan aku sudah gagal dalam pernikahan pertamaku. Aku mohon, beri aku waktu utuk berpikir." Ayu berharap sang oma mau menerima alasannya."Baik, Yu. Kalau itu keputusan kamu, Oma dan David menunggu kabar baik dari kamu," ujar Oma Meria.Davit terlihat kecewa, tetapi ia harus menerima apa yang diputuskan oleh Ayu. Mungkin tidak lama lagi ia akan memberikan kabar baik untuknya.Beberapa menit mengobrol, akhirnya David dan Oma Meria pamit pulang. Sudah terlalu malam hingga mereka lupa waktu.Ayu bisa berbapas lega, ibunya pun ikut lega dengan keputusan sang anak. Baginya, pernikahan itu tidak bisa terburu-buru. Apalagi Ayu pernah gagal. "Ibu setuju sama kamu, pokoknya pikirkan yang terbaik, ya, Sayang." "Iya, Bu. Aku juga takut gagal lagi," ucap Ayu.Ayu melihat keadaan kedua anaknya, mereka sudah tertidur nyenyak.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status