All Chapters of Anak Mafia: Chapter 51 - Chapter 60
68 Chapters
Bab 51
Tiga hari berlalu dengan cepat. Di siang hari yang cerah, sebuah mobil Pajero Sport berwarna hitam melaju santai menyusuri jalanan hutan. Itu adalah Gerry bersama si kembar yang berkendara menuju padepokan di puncak bukit.  Luka-luka Gerry belum sembuh, namun sudah cukup membaik untuk bisa menggerakkan tubuhnya dengan lebih leluasa.   Malam hari sebelum Gerry berangkat ke padepokan, Handoyo memberikan kabar bahwa dia sudah mendapatkan izin untuk berlatih di sana atas referensinya. Dan memerintahkan si kembar untuk mengantar Gerry, karena mereka juga pernah berlatih di sana di tempat itu.  Gerry tampak bahagia. Dia sangat bersemangat, dan tanpa ragu memaksa tubuhnya yang masih terbalut perban untuk pergi menempuh jarak dua jam perjalanan.  “Apa kau yakin dengan keputusanmu untuk berlatih bela diri, Gerry?” tanya Dedi yang duduk di belakang kemudi tiba-tiba memecah keheningan dalam perjalanan mereka.  Gerry yang duduk di
Read more
Bab 52
 Butuh waktu tiga jam berjalan kaki untuk mendaki sampai ke padepokan di puncak bukit. Gerry melanjutkan perjalanannya seorang diri, dan benar seperti yang dikatakan Dedi, dia sampai di puncak bukit saat hari menjelang gelap.  Sesampainya di puncak bukit, Gerry tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terkejut. Sebab padepokan itu tidak seperti apa yang ada di dalam bayangannya. Kenyataannya itu hanyalah hamparan pekarangan luas dengan pagar kayu setinggi sekitar satu meter berdiri di sekelilingnya dan beberapa gubuk kayu yang terlihat tampak rapuh termakan usia.   Seakan semua itu belum cukup menyedihkan, ketika Gerry mulai membayangkan bagaimana dia akan menjalani hidup di tempat itu dalam waktu yang lama, tanpa adanya listrik dan jaringan internet. Bagaimana dia bisa memantau bisnisnya jika tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar? Memikirkan hal itu membuat pikirannya melayang dalam gambaran-gambaran kesusahan yang akan menyulitkannya. Di sisi
Read more
Bab 53
 Suatu malam di kota, suasana rumah Dicky Surya Negara tampak ramai. Puluhan mobil mewah terparkir rapi di halaman dan juga lalu lalang sekumpulan pria bersiaga. Di dalam rumah, Dicky sedang mengadakan perjamuan makan malam bersama para keluarga lain relasi bisnisnya.  Setalah makan malam, para pria penting di dalam masing-masing keluarga melanjutkan pertemuan di sebuah ruangan yang dijadikan ruang rapat. Mereka duduk pada kursi yang tertata saling berhadapan di kedua sisi meja panjang.   Selain Dicky, ada enam pria lain yang mengikuti pertemuan itu, yaitu Robertus Franky, Florentinus Andrew, Robbi Surya Negara, Gregorius James putra kedua Franky, serta dua orang pria lagi adalah bandar narkoba yang bekerja sama dengan kedua keluarga itu, Ronald dan Anthony. Mereka semua tampak rapi dan gagah mengenakan setelan jas, membuat suasana terkesan sangat serius dan formal.  “Kenapa Pimpinan belum datang, Frank?” tanya Dicky kepada Frank
Read more
Bab 54
*** Pemimpin yang dipanggil dengan sebutan kakak oleh Franky tidak lain adalah Albertus Ghasandi. Sosok pria yang dikenal oleh Gerry sebagai sahabat dari ayahnya, Freddy Kurniawan. Yang ternyata belum disadari oleh Gerry bahwa Albert yang dia kenal adalah musuhnya. Albert dengab sengaja membuka jati dirinya yang selama lebih dari sepuluh tahun dia sembunyikan dari kahidupannya kepada Gerry. Itu adalah bagian dari rencananya. Dia berencana menceritakan kisah perselisihan di masa lalu kepada Gerry untuk memancingnya membuat perselisihan baru setelah meninggalnya Freddy. Namun, tidak seperti yang dia harapkan. Ternyata Gerry sama sekali tidak melakukan tindakan yang gegabah untuk memicu konflik seperti yang dia inginkan. Hingga akhirnya dia memerintahkan putranya, Jordi Andreas, untuk melakukan pembunuhan terhadap Gerry. Yang ternyata juga gagal dilakukannya. Jordi Andreas, adalah putra semata wayang Albertus Gashandi, yang identitasn
Read more
Bab 55
 Bagaikan menemukan sumber mata air di tengah padang pasir yang luas. Ketika mengetahui fakta tentang misteri kejadian yang sudah berlalu hingga beberapa tahun lamanya tentu saja membuat Franky merasa sangat lega. Apalagi kenyataan itu dilakukan oleh kakaknya sendiri, yang telah melakukan pekerjaan dengan sangat rapi bahkan sampai siapa pun tidak dapat mengungkapnya.  Namun, bagi Dicky itu adalah fakta yang sangat mengejutkan dan juga menyakitkan. Dalam hatinya, dia merasa sangat marah kepada Albert. Bagaimana tidak, karena atas tindakan pembunuhan terhadap Jhony itu mengakibatkan Dicky dijadikan kambing hitam sebagai pihak yang bersalah oleh keluarga Freddy Kurniawan, hingga menyebabkan kematian putra ketiganya, Reno Surya Negara.  Meskipun sangat marah, dia masih bisa menggunakan akal sehatnya. Bagaimanapun dia tidak bisa melampiaskan kemarahannya untuk saat ini. Karena itu akan memperburuk keadaan.  Dicky menarik nafas panjang berusaha
Read more
Bab 56
 Pagi hari menjelang siang di pelosok pedesaan, Jack sedang duduk di teras rumah menikmati secangkir kopi dan rokoknya, ketika petugas pos datang mengirimkan sebuah surat untuknya.  “Selamat pagi, pak.” Sapa petugas pos dengan sopan kepada Jack. “Apakah benar di sini alamat pak Jack?” tanyanya sambil sekilas membaca alamat tujuan yang tertulis pada amplop surat di tangannya.  “Ya benar.” Jawab Jack seraya berdiri menghampiri petugas pos. “Saya Jack.”  “Ada kiriman surat untuk Anda.” Kata petugas pos kemudian sambil menyodorkan sebuah amplop kepada Jack. “Silakan!”    “Baik. Terima kasih pak.” Kata Jack tersenyum saat menerima surat itu dari petugas pos.  Tergurat senyuman tipis dari ekspresi wajah Jack saat menerima dan membaca nama pengirim surat yang tertulis di atas amplop. Itu adalah surat dari Gerry.  “Sama-sama pak. Kalau begitu saya permisi ya pak.” Kata petugas pos hendak berpamitan kepad
Read more
Bab 57
 Dedi terdiam memandang Dodi seolah meminta saudara kembarnya itu untuk mengingatkannya tentang siapa Jack yang sedang meneleponnya.  “Apa kau tidak mengenaliku?” tanya Jack lagi setelah menunggu beberapa saat Dedi yang masih terdiam.  “Oh. Maaf.” Kata Dedi yang masih berpikir menebak-nebak tentang Jack. “Sepertinya aku belum bisa mengingatmu. Mungkin kau bisa membantuku untuk itu?” tanya Dedi dengan blak-blakan.  Di tempatnya, Jack menggelengkan kepala dan tersenyum sinis yang tidak bisa dilihat oleh si kembar.   “Aku teman Gerry.” Jawab Jack kemudian. “Kita pernah bertemu waktu itu, saat Gerry mengunjungiku sebelum dia pergi ke pengasingan. Kau ingat?”  “Oh, paman Jack. Ya, tentu aku mengingat Anda, paman.” Kata Dedi sambil mengusap dahi hingga rambutnya karena merasa lega sekaligus malu.   Pantas jika Dedi dan Dodi tidak langsung bisa mengenali Jack. Karena meskipun mereka pernah sekali b
Read more
Bab 58
 Malam hari di sebuah rumah mewah, Jordi Andreas sedang berdiskusi bersama beberapa anak buahnya di ruang kerjanya.   Dia sangat serius berbicara kepada para anak buahnya. Pada saat bersamaan seseorang membuka pintu ruang kerjanya yang membuatnya seketika berhenti berbicara.  Terlihat seorang pria paruh baya mengenakan setelan jas rapi berdiri tegap di ambang pintu menatapnya tajam, yang mau tidak mau membuat Jordi terkejut atas kehadiran pria itu.  Dengan tergesa-gesa Jordi berdiri dari tempat duduknya kemudian segera berjalan menghampiri pria itu.   “Kenapa ayah tiba-tiba datang mengunjungiku?” tanya Jordi kepada pria itu dengan raut wajah panik yang tidak dapat dia sembunyikan.  Pria itu adalah Albertus Ghasandi, ayah Jordi. Dia hanya tersenyum sinis menanggapi pertanyaan anaknya, kemudian dengan perlahan berjalan masuk ke dalam ruang kerja Jordi tanpa permisi.  Sesaat Jordi melihat ke ar
Read more
Bab 59
***  Di tempat lain yang tidak pernah diketahui oleh Albert dan Jordi, saat waktu sudah mendekati tengah malam, seorang pria mengenakan pakaian serba hitam, topi koboi serta berkacamata sedang berjalan perlahan memasuki area sebuah rumah mewah.  Dia tampak melangkah dengan hati-hati memperhatikan sekitar untuk memastikan situasi tempat yang sedang dia tuju dalam keadaan aman.  Pria itu adalah Jack yang sedang berjalan menuju rumah Jhony.  Jack sudah berdiri tepat di hadapan pintu utama rumah Jhony. Sesaat dia mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk memastikan kembali bahwa tidak ada orang lain yang melihatnya.  Lalu dia segera memasuki rumah itu yang memang pintunya sengaja tidak di kunci oleh si kembar, Dedi dan Dodi. ***  Setelah melalui beberapa perdebatan, Jordi sama sekali tidak bisa membantah keinginan Albert untuk bertemu dengan Helen.  “Bukankah ini sudah terlalu larut untuk
Read more
Bab 60
 Jack menemui Dedi dan Dodi sesuai kesepakatan mereka. Sesaat sebelum tengah malam, Jack sudah memasuki rumah Jhony.  Sebuah rumah mewah, namun tampak menyeramkan jika dilihat dari luar saat malam hari. Begitu gelap tanpa penerangan lampu, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.  Disalah satu ruangan di dalam rumah itu, Jack bersama Dedi dan Dodi sedang bertemu.  Mereka bertiga tengah duduk dan berbincang di ruangan bekas tempat kerja Jhony.  “Hal penting apa yang ingin Anda bicarakan dengan kami, paman?” tanya Dodi tanpa berbasa-basi sesaat setelah mereka saling berbicara tentang kabar masing-masing.  Jack tersenyum sebagai tanggapan atas pertanyaan Dodi. “Sebelum kita membicarakan hal itu, aku ingin mengetahui apa yang Gerry perintahkan kepada kalian?” kata Jack balik bertanya.  Dodi mengalihkan tatapannya ke arah Dedi, sebagai tanda agar saudara kembarnya itu yang memberikan jawaban ata
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status