Semua Bab Mr.Parasite: Bab 31 - Bab 40
90 Bab
31. Pindah
Dean bermaksud membawa Sherly menuju ke kondominium miliknya dengan segera setelah ia dan Sherly selesai berkemas. Ia membawa Sherly dengan mobil mewahnya, melesat meninggalkan apartemen sesegera mungkin. Tak memerlukan waktu yang lama hingga akhirnya mereka sampai di tempat Dean. "Wow ..." gumam Sherly saat Dean mempersilakannya masuk ke dalam kediamannya yang terbilang cukup mewah. "Sebelumnya mobil mewah, lalu sekarang ini ... nanti apa lagi yang akan kau tunjukkan?" Sherly menggeleng takjub. "Kau akan tahu nanti ..." Dean mengedipkan matanya. "Dasar ... tukang pamer!" Sherly menatap kesekeliling ruangan yang begitu menakjubkan. Seumur hidupnya ia tak pernah memasuki kediaman yang terbilang mewah seperti ini. "Kau lebih dari mampu untuk memiliki yang seperti ini. Bahkan lebih baik dari punyaku. Kau ingat, aku tahu berapa besar jumlah total di dalam rekeningm, Sayang ..." goda Dean. "Bukannya kau berjanji akan membiay
Baca selengkapnya
32. Rencana Marie
"Menurutmu siapa yang bermaksud mengincar Sherly?" Dean berbicara dengan Max melalui telepon di depan ruang TV nya. "Sudah jelas pria yang hampir kita tangkap tempo lalu yang mengincar Sherly. Mungkin ia kembali ke apartemen Sherly saat ia tahu Sherly tak ada di sana." "Apa kau sudah menemukan petunjuk terbaru tentang pria itu? Aku rasa aku tahu siapa lagi tersangka yang masuk dalam daftarku. Yang harus kita cari tahu adalah siapa dibalik orang-orang suruhan itu" "Beberapa saksi melihat mobil yang sama yang berkeliaran di sekitaran apartemen kalian Dean. Tim sedang memeriksa pemilik kendaraan tersebut." "Max ... tolong kau selidiki perjalanan dan lacak riwayat telepon bibi dan paman Sherly. Apa pun informasi yang dapat kau temukan tentang mereka, tolong segera laporkan padaku. Aku masih belum yakin paman Sherly menghilang karena melarikan diri atau karena alasan lain. Yang pasti kita harus mencari tahu dan segera menyelidikinya." "Baik Dean ..
Baca selengkapnya
33. Foto Siapa?
"Selamat pagii, Sayang." Dean mengecup kening Sherly saat ia telah membuka matanya sepenuhnya. Sherly menggeliat dari bawah selimut Dean yang tampak lembut. "Kau tak membangunkanku, jam berapa ini?!" Sherly tersentak dan segera menegakkan badannya. "Hei hati-hati lukamu. Kau mungkin juga bisa menumpahkan semua sarapan kita," Dean mengangkat kembali meja kecil yang sempat ia letakkan di atas kasur tadi. Meja yang berisi hidangan untuk sarapan mereka. "Aku sudah menelepon Nick, jangan khawatir ia sudah memberikanmu izin untuk cuti hari ini." "Benarkah? Apa yang kau katakan padanya?" "Aku memberitahu yang sebenarnya, tentang apartemenmu dan kepindahanmu ketempatku, itu saja." Sherly mengangguk tanda mengerti. "Lagipula kau membutuhkan lebih banyak waktu untuk beristirahat untuk pemulihanmu. Kau sudah mengalami hal-hal yang berat beberapa hari ini, beristirahatlah agar keadaanmu membaik, oke?" "Baiklah ... kau benar." "Makanlah, ki
Baca selengkapnya
34. Kelepasan
Sherly menatap Dean dengan mata berkaca-kaca setelah ia menanyakan foto yang ia temukan tadi. Ia hanya menunggu Dean yang sejenak tampak terkejut sesaat setelah dirinya bertanya. Sherly bahkan tak sanggup bertanya lagi karena ia takut air matanya tumpah dan tak bisa terbendung. Pria itu menghela napasnya perlahan, tatapan Dean lalu melembut. Ia mengusap ujung mata kekasihnya yang telah tergenang air mata. "Sayang ... Vivian adalah masa laluku." jawabnya kemudian. "Ia adalah kekasih dan tunanganku dulu. Pertunangan kami batal segera setelah aku mengetahui bahwa ia mengkhianatiku dengan seorang pria. Setelah aku mengetahui bahwa ia hamil dari pria lain, aku segera memutuskan pertunangan dengannya." "Dan pria yang pergi bersamanya merupakan salah satu pimpinan dari sebuah organisasi kriminal. Kebetulan ia menjadi target kami beberapa tahun ini. Karena ia begitu licin dan lihai dalam hal pengiriman uang, penyelundupan dan penipuan yang sulit dilacak." jel
Baca selengkapnya
35. Parasit
Lucy merasa seolah dirinya menciut dengan tatapan tiga pasang mata serius yang terang-terangan sedang menghakiminya untuk meminta penjelasan. "Bisa kau ulangi lagi ucapanmu tadi Lucy?" Nick membuka pembicaraan untuk mencari penjelasan dari karyawan di depannya itu. "Kau bilang kekasih Sherly tadi apa? Apa maksud ucapanmu tadi?" tanya Nick lagi. Lucy menggeleng perlahan dengan mimik memelas, berharap agar mereka melepaskannya. Tapi tampaknya itu tidak mungkin, ia sendiri sebenarnya tahu bahwa dirinya sudah tak dapat lolos lagi dari situasi yang sedang dihadapinya sekarang. Dan ia juga sebenarnya masih ragu untuk mengungkapkan rahasia Sherly. "Lucy tolong, katakan apa yang kau ketahui tentang kekasih Sherly. Kau tak ingin Sherly dirugikan oleh orang tak bertanggungjawab yang hanya memanfaatkannya saja kan?" Nick tampak mulai tak sabar. "Kalau kita bisa menolong dan melepaskannya dari genggaman si berengs**k itu, aku mohon bicaralah. Apa kau ingi
Baca selengkapnya
36. Bersitegang
"Jadi, mau sampai kapan kau berdiam diri dan tak mengatakan apa-apa?" desak Nick pada gadis mungil yang sedang duduk di sofa ruang tamu miliknya. Sherly duduk di atas sofa di dalam apartemen Nick dengan dikelilingi wajah-wajah tegang yang menatapnya dalam-dalam. Ia begitu bimbang dan terpojok dengan tatapan teman-temannya itu. "Oh, kalian please ... jangan begini padaku." Sherly memasang wajah memelas. "Jangan harap kami akan melepaskanmu walau kau memohon sekali pun. Kami sangat khawatir denganmu, jadi katakan sekarang juga tentang Dean. Semuanya." ulang Nick. Sherly sedikit tergagap. Ia merasa sangat kepanasan dan berkeringat. "A ... aku rasa aku butuh minum," gumamnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajahnya. "Ah ... kau sengaja mengulur waktu bukan? Lucy, ambilkan Sherly minum." perintah Nick. Lucy mengangguk mengerti. Ia menuju kulkas Nick, mengambil sebuah botol minuman dingin dan menyerahkannya untuk Sherly.
Baca selengkapnya
37. Gadis Vulgar
Tak memerlukan waktu lama bagi Dean untuk menemukan unit apartemen milik Nick. Pasalnya setengah jam yang lalu dirinya sudah dalam perjalanan untuk menuju lokasi tempat Sherly berada. Dean membanting kemudinya untuk berbalik arah saat ia membaca pesan dari Sherly. Ia begitu terkejut dengan pesan yang gadis itu kirim dan mengatakan ingin mengunjungi Nick pada malam hari seperti ini. Dean seketika merasa tak tenang jika ia membiarkan Sherly. Ia menyerahkan tanggung jawab tugasnya malam ini pada Max sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Sherly. Perasaan tak tenangnya semakin menguat. Dan dugaannya menjadi kenyataan saat ia mendengar suara pria itu mengangkat panggilannya tadi. Berani-beraninya Nick membuat wanitanya datang ke apartemennya pada malam hari dan sekarang membuatnya mabuk!? Berkali-kali Dean mengumpat dalam hati. Ia semakin tak tenang mengingat lagi bagaimana kelakuan Sherly saat mabuk. Sungguh ia merasa seolah akan menggila s
Baca selengkapnya
38. Penangkapan
Dean merebahkan Sherly pada tempat tidurnya, melepaskan sepatu bootsnya, dan menyelimutinya segera setelah mereka sampai di kediamannya. "Kau memang benar-benar sesuatu, Sayang ..." gumamnya sambil menyibakkan rambut Sherly. Dean tersenyum mengingat lagi kelakuan Sherly tadi. Dia merasa kasihan pada Nick yang pasti sekarang masih shock dengan tingkah Sherly saat mabuk. Dean tidak berencana meninggalkan Sherly malam ini. Siapa tahu Sherly bisa saja mengacau jika ia tinggalkan sendirian. Dan gadis itu sudah bisa dipastikan akan terbangun berkali-kali dari mabuknya, sebelum akhirnya ia bisa tertidur nyenyak hingga pagi. Dean memutuskan untuk kembali membasuh badannya. Setelah kegilaan singkat yang menguras energinya tadi, Dean merasa begitu lengket karena berkeringat. Ia mengenakan kaus dan celana longgarnya untuk menemaninya tidur. Baru beberapa saat ia merebahkan diri di samping Sherly, gadis itu sudah mulai bereaksi. Ia tiba-tiba saja terduduk
Baca selengkapnya
39. Bertemu Paman Alfred
Sherly mengerjap dan terbangun dari tidurnya saat ia merasa terusik dengan suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Ia mengusap kedua matanya dan menguap. Tak beberapa lama kemudian, Dean keluar dari dalam kamar mandi dan muncul dengan handuk yang melilit di atas pinggangnya. "Kau sudah bangun? Apa kau baik-baik saja?" Dean menghampiri Sherly dan duduk di pinggir ranjang. "Ya, aku tak apa-apa, hanya sedikit pusing." "Aku tak heran, kau tahu yang kau minum semalam bukan? Jika kau masih butuh istirahat, tak apa. Tapi sepertinya kau harus ikut denganku, Sayang, ada sesuatu yang harus kau ketahui." Sherly menatap Dean dalam. "Ada apa Dean? Apa telah terjadi sesuatu?" tanyanya was-was. "Ya, tapi jangan khawatir, itu bukan sesuatu yang buruk." Dean mencium punggung tangan Sherly. "Begini, semalam pamanmu telah diselamatkan oleh kepolisian setempat." "Diselamatkan? Apa mungkin ... oh, jadi benar paman disekap? Apa ia baik-baik saja
Baca selengkapnya
40. Will You Marry Me?
"Terima kasih Nick, kau sungguh pengertian." Sherly menutup panggilan telepon yang tersambung dengan Nick sebelumnya. Ia menjelaskan secara singkat keadaan dirinya pada pria itu sekaligus meminta izin untuk cuti sementara selama waktu yang dibutuhkan. "Bagaimana ia? Tak akan ada masalah dengan pekerjaanmu bukan?" Dean mengaduk jus dingin di depannya. Ia dan Sherly sedang makan siang yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit. "Tak apa, Nick mengerti. Aku rasa satu-satunya hal yang mungkin belum dapat ia terima adalah saat mengetahui tingkah anehku ketika aku mabuk kemarin." Sherly tersenyum geli. "Yeah, bisa aku pastikan itu. Jika saja aku tak datang tepat waktu, entah apa yang mungkin sudah kau lakukan padanya Sayang. Kau mungkin saja akan menyerangnya seperti kau dulu menyerangku," gumam Dean. "Oh, please! Aku tak akan mungkin melakukan hal-hal seperti itu pada Nick!" protes Sherly. "Dan pada pria lainnya! Ingat juga itu." Dean sedikit melotot
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status