All Chapters of Pernikahan Warisan: Chapter 11 - Chapter 20
44 Chapters
Lingerie Merah Menyala (21+)
Harris sudah keluar dari kamar mandi berbalut jubah mandi dan handuk kecil yang menggantung di lehernya. Kedua benda itu sudah tersedia di kamar hotel secara cuma-cuma. Berewok tipis yang biasa menghiasi permukaan wajah hingga ke lehernya kini sudah bersih tak bersisa. Harris memang rutin mencukurnya setiap sebulan sekali.   Di saat yang sama Asha terduduk di tepi ranjang menatap Harris lekat meski jarak mereka tidak dekat. Tangan Asha bersidekap di dada dengan kaki yang di silang sebelah. Asha tengah dongkol sebenarnya, saat topik-topik serius yang di bahas Asha lebih sering buntu dari perhatian Harris. Topik yang sengaja di angkat Asha seperti menguap begitu saja. Dan malam itu jelas bukan yang pertama Harris abai.   "Mas Harris mau sampai kapan berdiri di sana?" tanya Asha membuyarkan suasana hening di antara keduanya. "Aku mau mandi." tambah Asha di iringi gerakan Harris menyingkir dari ambang pintu kamar mandi.   "K
Read more
Pillow Talk
Asha dan Harris terlentang menatap langit-langit dengan tubuh polos yang basah dengan keringat dimana-mana. Tangan kanan Asha meraih selimut dan meletakannya sembarang di atas tubuhnya. Sementara Harris mulai turun dari tempat tidur meraih pintu lemari es mini di samping lemari besar dekat pintu keluar. Harris mengambil satu kaleng kopi dingin siap minum dan satu kaleng teh beraroma melati. Harris kembali berjalan menuju tempat tidur dimana Asha masih betah merebah. "Makasih ya Mas." ujar Asha saat Harris meletakan satu kaleng teh kaleng itu di atas nakas di samping Asha. Harris tak membalas ucapan 'terima kasih' dari Asha. Rupanya nyawa Harris sudah kembali kehidupan nyata. Membawa Harris kembali ke mode datar yang menyebalkan.  Harris sempat memakai celana dalamnya sebelum dia duduk di kursi sofa menikmati sekaleng kopi dingin di tangannya. Suasana panas yang sempat menguasai ruangan itu mulai memudar menjadi sepi beberapa saat. Harri
Read more
Rutinitas Baru
Akhir pekan sudah selesai. Kini waktunya Asha dan Harris kembali pada rutinitas mereka sebagai suami dan istri di Ibu Kota Jakarta. Kembali pada rutinitas pagi yang padat namun teratur dan terjadwal setiap harinya. "Aku lagi gak mood buat masak Mas. Jadi pagi ini aku siapin roti panggang saja, nanti tinggal oles selai." ujar Asha mengulurkan satu piring yang di isi lima buah roti panggang yang warnanya sudah kecoklatan. Tampak begitu renyah saat di gigit. Tak lupa, secangkir kopi hitam tanpa gula yang masih begitu panas.   Harris sudah duduk mantap di depan meja makan, tangannya meraih beberapa toples yang berisi macam-macam selai. Harris mengoleskan selai kacang di atas dua buah roti panggangnya dan melahapnya. Lalu Harris mengoleskan dua buah roti panggangya dengan selai coklat pun melahapnya dengan cepat. Roti panggang terakhirnya, hanya Harris oles dengan unsalted butter. Harris memang tak pernah ada masalah dengan makanan. Dia selalu melahap semua makanan y
Read more
Cerita Cinta Asha [1]
Kedua tangan Asha menggenggam botol air mineral saat ia menarik napas panjang dan dalam. Asha menutup matanya untuk membuka memori di otaknya saat Jasmine memintanya untuk menceritakan kisah cintanya dengan seorang polisi bernama Harris, yang berujung di meja kantor urusan agama.   *** 'Srrrat' "Ah jambret, tolong! Tas saya di jambret, tolong!" teriak Asha panik. Saat tas hitam di tangannya di jambret seseorang berjaket hitam dengan wajah yang di balut masker warna senada. Asha berteriak menangis seketika. Dia terduduk lemas di trotoar jalan yang ramai dengan orang berlalu lalang. Kepala Asha mendadak pening, membayangkan tas hitam miliknya tidak kembali. Bagaimana tidak, seluruh isi tas hitam itu adalah dokumen-dokumen penting pun kartu-kartu penting yang tentu saja akan menyulitkannya jika harus di buat ulang.  Beberapa orang memang berusaha mengejar jambret yang larinya begitu cepat
Read more
Cerita Cinta Asha [2]
Harris turun dari mobilnya, membuka pintu gerbang besi dari halaman sebuah rumah bergaya minimalis. Rumah itu tak terlalu besar jika di bandingkan dengan rumah sultan yang kaya raya. Namun cukup nyaman dengan teras kecil yang menyatu dengan taman minimalis.  Asha melangkah pelan, sesaat setelah turun dari mobil sedan putih milik Harris.  Akhirnya Asha memang memilih untuk tinggal sementara dengan Harris, dari pada memaksakan diri pulang ke Bogor malam itu juga. Entah kenapa, Asha begitu percaya pada Harris. Mungkin karena jarang sekali orang jahat yang berprofesi sebagai seorang polisi.  *** 'Ceklek' Harris membuka pintu rumahnya yang sepi seperti kuburan. Ternyata hanya Harris yang menghuni rumah dengan tiga kamar tidur itu. "Di atas ada dua kamar tidur, Mbak bisa istirahat di sana." ujar Harris setelah menutup dan mengunci pintu.  Asha m
Read more
Cerita Cinta Asha [3]
Malam terakhir Asha menginap di rumah Harris, membuatnya semakin gelisah tak tentu arah. Rasa kagum Asha pada sosok Harris seperti terpupuk subur menumbuhkan benih cinta. Meskipun Asha di buat penasaran akan Harris yang begitu tertutup dan dingin. Asha hanya ingin memastikan jika dia sedang jatuh hati pada pria yang benar. Asha bukan perempuan gila yang akan menghancurkan perempuan lainnya, jika memang Harris bukan seorang lajang.  Seingat Asha, dia hanya mendapati dua photo berukuran besar di dinding ruang tengah. Photo itu adalah gambar seorang wanita paruh baya dengan senyum terpaksa. Rambutnya hitam, tebal dan ikal terurai sebatas bahu. Di sisi lainnya Asha menemukan photo seorang nenek dengan kerudung yang menutup puncak kepalanya, meski beberapa helai rambut putihnya melesak keluar. Nenek itu tersenyum lebar, menampilkan barisan gigi putih nan rapi di usia senja. Persis seperti gigi palsu buatan dokter ternama.  
Read more
Cerita Cinta Asha [4]
Harris mengantarkan Asha hingga ke kantor travel perjalanan yang akan mengantarkan Asha kembali ke Bogor. Sebelum berpisah Harris akhirnya memberikan nomor telponnya pada Asha. "Semoga Mbak Asha tidak menghubungi saya karena kasus-kasus yang merugikan." ujar Harris seraya mengulurkan ponsel Asha. Asha ingin melompat kegirangan saat Harris menyimpan sendiri nomor telponnya di ponsel Asha. Namun ia tahan, Asha tentu tak ia ingin terlihat konyol hanya karena berhasil mendapatkan nomor telpon. "Amiin, saya mungkin akan mentraktir Bapak beberapa kali lagi. Kemarin-kemarin saya sampai enam kali  di traktir Bapak makan!" kata Asha berkilah. Harris tersenyum tipis. Mulutnya yang terbuka, hendak bicara tersela ucapan Asha, "Anggap saja Pak Harris sedang beruntung. Jadi tidak ada orang yang bisa menolak keberuntungan kan?" tambah Asha membuat alasan tepat.     ***   Asha dan Harris semakin intens berkomunikasi meski hanya via pesan sing
Read more
Wanita Asing Pemilik Restoran
Mendapatkan teman baru di tempat kursus menari, tak lantas membuat Asha lupa akan kedua sahabatnya, Devi dan Fani.  Rasa rindu Asha pada ocehan kedua sahabatnya itu mulai menemukan titik temu, saat akhir pekan itu, Harris tiba-tiba harus bertugas. Asha jadi punya alasan agar bisa keluar berkumpul dengan Fani dan Devi.  Asha mendekap tangan kekar Harris saat keduanya berjalan menuju teras rumah. Harris hendak pamit untuk bekerja setelah perutnya terisi nasi uduk rumahan buatan tangan Asha. "Mas aku mau ke rumah Devi siang ini, boleh?" ujar Asha berharap mengantongi ijin Harris dengan mulus. "Hanya ke rumah Devi atau akan jalan keluar?" tanya Harris menyelidik. "Belum tau sih, mungkin ke rumah Fani juga bareng Devi atau Fani yang ke rumah Devi. Aku belum ada rencana apapun, karena dapet ijin kamu aja belum, kan?" cerocos Asha dengan manja bergelayut di lengan kekar Harris. Harris mengangguk mengerti, lalu mengamb
Read more
Reaksi Aneh Harris [1]
Asha melesakan mobilnya terparkir sempurna di halaman rumah. Sebelum turun Asha melirik dua kantung plastik di kursi belakang. Dia tengah berasumsi tentang reaksi Harris saat dia pulang dengan berbagai makanan gratis. "Seharusnya Mas Harris juga senang. Hari gini, siapa coba yang gak senang dapet rejeki tak terduga kayak gini?!" ujar Asha bermonolog.    Asha masuk ke rumah dengan wajah yang terus-menerus tersenyum.   Hari itu, harinya Asha. Sejak pagi dia hanya menyiapkan sarapan seadanya yang tetap di lahap habis suaminya. Kemudian berlenggang melepas rindu dengan kedua sahabatnya. Di saat bersamaan, dia mendapat pengalaman makan siang istimewa, lalu kembali ke rumah dengan beberapa kotak makanan yang dia terima secara cuma-cuma. Asha bahkan tak perlu memasak lagi untuk makan malam. Entah mimpi apa semalam, hari itu Asha seperti kejatuhan bulan.    Asha sudah menghangatkan rendang, sop buntut dan c
Read more
Reaksi Aneh Harris [2]
Butuh waktu setengah jam untuk Asha menghapus sisa air matanya. Mengontrol kesedihannya, untuk bangkit membersihkan semua kekacauan di dapur selama lima belas menit. Asha tak lantas siap bertemu dengan Harris. Butuh waktu satu jam agar ia bisa menenangkan dirinya dengan segelas teh hijau pahit yang kembali ia seduh setelah tadi pagi meminumnya. Menurut beberapa artikel kesehatan, teh hijau memang memiliki kandungan asam animo L-Thanine yang dapat memberi efek relaksasi. Selain itu kandungan serotonin dan dopamine dalam teh hijau di ketahui dapat melawan kecemasan. Di luar itu Asha memang sudah lama jadi seorang pecandu teh. Tepatnya saat masa-masa sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Sorot mata Asha kosong memandang lurus kedepan. Asha masih enggan beranjak dari tempat duduknya. Tangannya memutar-mutar cangir teh yang ia genggam di udara. Meski tak melakukan kegiatan apapun selain meneguk teh dan me
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status