Malam terakhir Asha menginap di rumah Harris, membuatnya semakin gelisah tak tentu arah. Rasa kagum Asha pada sosok Harris seperti terpupuk subur menumbuhkan benih cinta. Meskipun Asha di buat penasaran akan Harris yang begitu tertutup dan dingin. Asha hanya ingin memastikan jika dia sedang jatuh hati pada pria yang benar. Asha bukan perempuan gila yang akan menghancurkan perempuan lainnya, jika memang Harris bukan seorang lajang.
Seingat Asha, dia hanya mendapati dua photo berukuran besar di dinding ruang tengah. Photo itu adalah gambar seorang wanita paruh baya dengan senyum terpaksa. Rambutnya hitam, tebal dan ikal terurai sebatas bahu.
Di sisi lainnya Asha menemukan photo seorang nenek dengan kerudung yang menutup puncak kepalanya, meski beberapa helai rambut putihnya melesak keluar. Nenek itu tersenyum lebar, menampilkan barisan gigi putih nan rapi di usia senja. Persis seperti gigi palsu buatan dokter ternama.
Harris mengantarkan Asha hingga ke kantor travel perjalanan yang akan mengantarkan Asha kembali ke Bogor. Sebelum berpisah Harris akhirnya memberikan nomor telponnya pada Asha. "Semoga Mbak Asha tidak menghubungi saya karena kasus-kasus yang merugikan." ujar Harris seraya mengulurkan ponsel Asha. Asha ingin melompat kegirangan saat Harris menyimpan sendiri nomor telponnya di ponsel Asha. Namun ia tahan, Asha tentu tak ia ingin terlihat konyol hanya karena berhasil mendapatkan nomor telpon. "Amiin, saya mungkin akan mentraktir Bapak beberapa kali lagi. Kemarin-kemarin saya sampai enam kali di traktir Bapak makan!" kata Asha berkilah. Harris tersenyum tipis. Mulutnya yang terbuka, hendak bicara tersela ucapan Asha, "Anggap saja Pak Harris sedang beruntung. Jadi tidak ada orang yang bisa menolak keberuntungan kan?" tambah Asha membuat alasan tepat. *** Asha dan Harris semakin intens berkomunikasi meski hanya via pesan sing
Mendapatkan teman baru di tempat kursus menari, tak lantas membuat Asha lupa akan kedua sahabatnya, Devi dan Fani.Rasa rindu Asha pada ocehan kedua sahabatnya itu mulai menemukan titik temu, saat akhir pekan itu, Harris tiba-tiba harus bertugas. Asha jadi punya alasan agar bisa keluar berkumpul dengan Fani dan Devi.Asha mendekap tangan kekar Harris saat keduanya berjalan menuju teras rumah. Harris hendak pamit untuk bekerja setelah perutnya terisi nasi uduk rumahan buatan tangan Asha. "Mas aku mau ke rumah Devi siang ini, boleh?" ujar Asha berharap mengantongi ijin Harris dengan mulus. "Hanya ke rumah Devi atau akan jalan keluar?" tanya Harris menyelidik. "Belum tau sih, mungkin ke rumah Fani juga bareng Devi atau Fani yang ke rumah Devi. Aku belum ada rencana apapun, karena dapet ijin kamu aja belum, kan?" cerocos Asha dengan manja bergelayut di lengan kekar Harris.Harris mengangguk mengerti, lalu mengamb
Asha melesakan mobilnya terparkir sempurna di halaman rumah. Sebelum turun Asha melirik dua kantung plastik di kursi belakang. Dia tengah berasumsi tentang reaksi Harris saat dia pulang dengan berbagai makanan gratis. "Seharusnya Mas Harris juga senang. Hari gini, siapa coba yang gak senang dapet rejeki tak terduga kayak gini?!" ujar Asha bermonolog. Asha masuk ke rumah dengan wajah yang terus-menerus tersenyum. Hari itu, harinya Asha. Sejak pagi dia hanya menyiapkan sarapan seadanya yang tetap di lahap habis suaminya. Kemudian berlenggang melepas rindu dengan kedua sahabatnya. Di saat bersamaan, dia mendapat pengalaman makan siang istimewa, lalu kembali ke rumah dengan beberapa kotak makanan yang dia terima secara cuma-cuma. Asha bahkan tak perlu memasak lagi untuk makan malam. Entah mimpi apa semalam, hari itu Asha seperti kejatuhan bulan. Asha sudah menghangatkan rendang, sop buntut dan c
Butuh waktu setengah jam untuk Asha menghapus sisa air matanya. Mengontrol kesedihannya, untuk bangkit membersihkan semua kekacauan di dapur selama lima belas menit.Asha tak lantas siap bertemu dengan Harris. Butuh waktu satu jam agar ia bisa menenangkan dirinya dengan segelas teh hijau pahit yang kembali ia seduh setelah tadi pagi meminumnya.Menurut beberapa artikel kesehatan, teh hijau memang memiliki kandungan asam animo L-Thanine yang dapat memberi efek relaksasi. Selain itu kandungan serotonin dan dopamine dalam teh hijau di ketahui dapat melawan kecemasan. Di luar itu Asha memang sudah lama jadi seorang pecandu teh. Tepatnya saat masa-masa sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.Sorot mata Asha kosong memandang lurus kedepan. Asha masih enggan beranjak dari tempat duduknya. Tangannya memutar-mutar cangir teh yang ia genggam di udara.Meski tak melakukan kegiatan apapun selain meneguk teh dan me
Asha sudah enam kali mengikuti kursus menari, di tempat kursusnya, ada enam belas jenis tarian yang di ajarkan. Diantaranya jenis tarian ladies styles, jenis tarian yang mantap dipilih Asha saat ia melihat demonstrasi dari para instruktur yang merupakan seorang profesional di bidangnya. Setiap tarian memang memungkinkan penarinya untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Khusus untuk jenis tarian ladies styles ini, latihan terus-menerus memiliki efek penguatan pada sistem kardiovaskular. Selain itu, Asha jatuh cinta dengan tarian ladies styles karena dapat membantu seorang wanita menemukan aspek emosionalitas, menekankan keanggunan dan keindahan tubuh. Jenis tarian ini juga memungkinkan si penari mendapatkan tubuh yang lebih berkembang secara harmonis dan fleksibel, dan postur tubuh pun indah. Rutinitas baru ini begitu menyenangkan, Asha riang melakukannya. Dia segera ke ruang fitnes di samping halaman belakang rumahnya setiap kali memilik
Pernikahan memang hubungan antar manusia yang paling kompleks, sebab meski hanya melibatkan dua kepala tapi masalah yang muncul bisa bercabang-cabang bahkan beranting. Lalu tumbuh subur jika tak segera ditebas habis. Itu sebabnya ada pasangan yang memilih menghentikan hubungan pernikahannya di tengah jalan. Banyak pula pasangan yang di takdirkan bersama-sama hingga akhir hayat mereka. Tetapi tak sedikit juga pasangan yang gagal sebelum mengikatkan diri dalam kompleksnya hubungan pernikahan. Asha dan Harris tidak mungkin menjadi pasangan nomor tiga, sebab mereka telah melewati masa itu. Hanya ada dua kemungkinan bagi mereka. Apakah Asha dan Harris akan menjadi pasangan yang menyerah di tengah jalan? Atau menjadi pasangan impian yang hanya akan di pisahkan oleh maut?Nyatanya Asha dan Harris baru saja melewati sepuluh bulan pertama usia pernikahannya. Usia yang bahkan belum menginjak satu tahun itu tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan pasangan yang sudah
Harris mondar-mandir di balik pintu kamar mandi yang sudah setengah jam lebih tertutup rapat. Suara Harris yang terus menerus mengiba agar pintu di buka tak juga di dengar Asha. Harris tak tahu apa salahnya hingga Asha mengunci diri dalam waktu yang cukup lama. Harris gusar. "Sha. Kamu kenapa? Buka pintunya. Bicara yang jelas sama saya?" pinta Harris mengiba. "Mas Harris tidur aja. Gak usah sok peduli." hardik Asha di balik pintu. Isak tangis Asha terdengar jelas oleh telinga Harris yang masih berfungsi dengan sangat baik. "Saya memang peduli sama kamu Sha. Kamu kenapa tiba-tiba marah sama saya?" balas Harris seraya menggerak-gerakan gagang pintu yang terkunci. "Saya tunggu di sini ya, kamu kapan mau keluar dari sana?" tambah Harris yang sudah terduduk menyandar di daun pintu kayu yang tebal. "Aku gak akan keluar kalau Mas Harris nunggu di situ. Udah Mas Harris tidur sana! Malam ini aku gak mau bicara sama Mas Harris." cerocos Asha merajuk.Harris diam beberapa
Harris sama sekali tidak bisa tenang bekerja, pikirannya di penuhi Asha hingga hampir mau pecah. Mengesalkan sekali memang, berhubungan dengan wanita yang tengah merajuk. Semua yang Harris lakukan akan tetap terlihat salah. Persis seperti saat ia tengah mencoba nembujuk.Mas Harrisku'Mau dibawain bunga anyelir?'Harris mengirim pesan singkat kepada Asha di sela-sela jam makan siangnya. Seperti biasa Asha pun menjawab dengan cepat pesan singkat suaminya itu.Istriku'Gak usah Mas.'Mas Harrisku'Mau saya bawain apa nanti malam supaya kamu maafin saya?'Istriku'Gak usah bawa apa-apa. Bawa diri kamu selamat udah cukup. Udah aku bilang berkali-kali kan, Mas Harris gak salah.'Harris mengacak rambutnya saat pesan terakhir Asha membuat Harris semakin stress. Kepalanya pening sekali memikirkan Asha yang justru semakin melebarkan jarak a