All Chapters of Terpaksa Menikahi Om-Om: Chapter 41 - Chapter 50
98 Chapters
Bab 41. Cie Cemburu
Aoi sangat senang, coba tebak karena apa? Bukan mendapatkan izin memakai lamborghini, itu salah. Tapi, ayah dan mamanya sudah berangkat jam 5 pagi karena ada urusan mendadak dan sangat penting di kantor. Aoi meloncat-loncat karena senangnya. "Yeay! Akhirnya bisa berangkat ke kampus bebas tanpa perlu di awasin ayah apalagi harus bareng sama om Makoto," rasanya mimpi saja. Jam 4 tadi sang mama membangunkannya dengan tenang. Flashback onKarin menepuk pipi Aoi beberapa kali, sampai anak tunggalnya itu menggeliat merasa terganggu. "Apa?" mata Aoi setengah terbuka, ia menguap karena saking mengantuknya ingin tidur lagi namun ucapan dari sang mama itu membiusnya untuk bangun dengan semangat. "Mama sama ayah mau berangkat ke kantor jam 5. Kamu berangkat ke kampus sendiri aja.""Terus aku boleh ya bawa lam-""Boleh," Karin mengangguk. Aoi menghambur memeluk mamanya. "Makasih ma."
Read more
Bab 42. For Eyes
"Aoi," panggil Aldebaran, Aoi menoleh. "Kamu? Oh ya, ayo sekarang aja," Aoi sudah ada janji pulang dengan Aldebaran. Makoto menarik tangan Aoi. "Kamu pulangnya sama aku. Dan ayah kamu sudah mempercayakannya padaku," tegasnya penuh penekanan. Aoi menepis tangan Makoto. "Emangnya kamu itu siapa?"Makoto terkekeh. "Aku? Calon suamimu."Aldebaran maju selangkah mendekati Makoto. "Kalau Aoi gak mau jangan maksa. Apa pak Makoto mau jadi suami yang mengekang istrinya?"Aoi gugup, jangan sampai ada peperangan antara Aldebaran dengan Makoto. Bagaimana nasib Aldebaran nanti? Mengenai Makoto adalah dosen di US dan bisa melakukan apa saja yang dia mau. "Al, yuk kita pulang," Aoi menggenggam tangan Aldebaran menjauh dari Makoto. Sedangkan hati Makoto sangat hancur melihat Aoi dengan Aldebaran. Aoi tak mungkin menolak pesona presma tampan dan berwibawa itu. ***Makoto duduk melamun, laptopnya
Read more
Bab 43. Cincin yang hilang
Aoi terpaksa pulang jalan kaki, sendiri. Aldebaran tiba-tiba ada urusan mendadak entah apa itu Aoi tidak tau. "Tega banget sih nyuruh aku pulang sendiri? Jalan kaki lagi. Aldebaran ngeselin!" Aoi menggerutu kesal. Jalan yang ia lalui saat ini sangat sepi dan gelap, Aoi hanya mengandalkan senter di ponselnya. "Aldebaran tega banget sih nyuruh aku pulang sendiri?" Rasanya sedih, rupanya Aldebaran hanya bersikap manis di depan saja selain itu belum tentu dia baik. Aoi pikir Aldebaran akan memiliki perhatian yang sama seperti Makoto, ternyata tidak. "Ternyata cowok itu bisa sama juga gak. Maunya apa sih?"Empat pria bertubuh besar dan berotot itu tersenyum nakal saat Aoi melewatinya, apalagi sendiri. "Hai cantik. Pulang sendirian nih? Abang temenin yuk!" Salah satu pria menarik tangan Aoi. "Lepas! Kalian siapa? Jangan ganggu aku!" Aoi berusaha melepaskan cengkraman pria itu tap
Read more
Bab 44. Wedding chapel
Tibalah 2 hari setelah itu, Aoi masih memikirkan rencana untuk kabur. Aoi terbangun pada jam 3:00 am kepalnya terasa pusing. Mungkin ia terlalu banyak pikiran. "Ayah memang gila merencenakan pernikahan dalam waktu singkat. Apa ayah gak tau kalau nikah itu bukan main-main? Suatu hubungan suci yang sudah resmi di akui negara, untuk berpisahnya saja susah dan Makoto harus setuju. Tapi om nyebelin itu semakin hari tambah cinta saja sama aku," Aoi memijat pelipisnya, di masa muda bukannya ia menikmati asiknya dunia remaja dan kuliah malah terjerat pernikahan paksa atas campur tangan orang tuanya. "Kabur gimana? Ayah aja punya bodyguard yang selalu ngikutin aku kemana-mana. Kenapa sih hidup aku se-menderita ini?" Aoi meninju tembok tak bersalah sebagai sasaran pelampiasan amarahnya. Aoi meringis sakit. "Aw! Sakiitt!" Aoi meniup buku-buku tangannya yang memerah. "Ya Tuhan bantu aku buat lari dari perjodohan ini!" Aoi meraung
Read more
Bab 45. Bali
Makoto menatap Aoi yang masih tertidur pulas. "Sayang? Bangun, ayo siap-siap. Lebih cepat lebih baik Aoi, meskipun sekarang jam 4 pagi. Ayo bangun," dengan suara lembutnya bagaikan nyanyian merdu di pagi hari, tetap saja Aoi tidur. Makoto menghela nafasnya, harus pakai cara apalagi agar istrinya itu bangun?Makoto memiliki ide cemerlang, ia mendekat dan semakin dekat. Sampai...Cup.Hanya kecupan singkat di bibir. Aoi membelalakkan matanya. Benda kenyal dan manis itu seenak dahi menempel di bibirnya. Benar saja ternyata tersangkanya adalah Makoto. "Kamu kok cium aku sih? Ya gak-""Boleh," Makoto tersenyum nakal. "Kata siapa gak boleh? Kita udah sah Aoi."Aoi berdecak kesal. "Kenapa gak bangunin dengan suara aja?""Kamu susah di bangunin. Ayo mandi," ajak Makoto yang sontak membuat mata Aoi terbelalak tak percaya. "Maksud kamu mandi bareng? Heh! Mandi aja sana! Mending aku lanjut tidur lagi,
Read more
Bab 46. Hanya Kamu
Selesai makan, Makoto mengajak Aoi ke pantai. "Liat sunset kan? Jangan lupa bawa hpku! Ambilin di tas ya?" pinta Aoi, ia tengah mager kakinya masih pegal. Makoto mengangguk. Di kamar, Makoto suka dengan harum jeruk khas Aoi. Makoto ingin tau dengan siapa saja Aoi berbalas chat.Ting!Ryuji mantankuPadahal hari ini aku pingin ngajak ketemu sama kamu Aoi. Tapi lain waktu aja, kan kamu lagi liburan. 04:15 pmMakoto memblokir nomor Ryuji, apa cowok itu tidak tau kalau Aoi sudah menikah dengannya? Aoi menggerutu kesal. "Lama banget sih? Apa jangan-jangan dia kepo sama chatku?" Aoi berlari menuju kamarnya, Makoto masih serius dengan ponselnya. Dengan cepat Aoi merebutnya. "Awas aja ya kalau buka isi chatku. Emangnya mencurigakan apa?" Makoto menggeleng. "Ayo, nanti keburu malem sayang."***Disinilah Aoi dan Makoto, menunggu sunset.&
Read more
Bab 47. Pulang
Setelah 5 hari berada di Bali, Aoi ingin pulang. Padahal jauh lebih lama dari yang di rencanakan yaitu 7 hari. "Kenapa pingin cepet-cepet pulang?" tanya Makoto ingin tau, ia mengerti Aoi sangat senang dan betah di Bali bahkan istrinya itu suka mengajaknya ke pantai entah bermain pasir atau foto dengan sunset. Aoi menghadap Makoto, akhirnya selesai pula menyisir rambutnya. "Aku gak mau kalau kerjaan kamu di kantor jadi terganggu," ucap Aoi tak enak hati, pasti setelah pulang dan sampai di Jepang nanti pekerjaan Makoto menumpuk. "Tapi Aoi? Kalau ayah kamu nanti heran kenapa kita pulangnya cepet?" Makoto tak ingin mengecewakan Amschel. Aoi menggeleng. "Biar nanti aku yang bicara sama ayah. Ayo pulang, aku kangen ibu sama sahabatku juga," Aoi ingin mengajak Haruka dan Fumie ke Bali kalau saja ini bukan liburan ala bulan madu. Makoto mengangguk saja, asal Aoi senang jika permintaannya di turuti. **
Read more
Bab 48. Piknik mendadak
Makoto membuka pintu kamar Aoi, istrinya tidak ada. "Sayang? Kamu dimana?" Makoto rindu dengan aroma jeruk itu yang bisa menenangkan pikirannya kacau saat ini. Tak ada sahutan. Makoto mempercepat langkahnya, ia mencari segala sudut ruangan dari ruang makan, tengah, ruang tamu dan nihil tidak di temukan. Makoto menelepon Aoi, terdambung. Hatinya tidak tenang. Tak mau jauh-jauh dari Aoi, kangen memang berat apalagi yang sedang menjalani LDR-an. "Kamu ada dimana sih? Aku panggil daritadi gak muncul-muncul," omel Makoto cepat, bahkan seperti emak-emak. "Aku di belakang rumah, kesini aja."Makoto mempercepat langkahnya, setelah capek dan pusingnya minta ampun dari kantor terutama mencari pelaku itu yang masih belum bisa di temukan. Makoto bernafas lega, Aoi duduk sendirian. "Aoi? Sini peluk," Makoto ingin mencari ketenangan dalam dekapan Aoi. "Iya," Aoi memeluk Mako
Read more
Bab 49. Rencana Nakura
Rumi berdecak kesal, sudah sekitar hampir 1 jam Nakura tak mau bicara. "Rencana apaan Naku? Daritadi mikirnya kok gak kelar-kelar?" tanya Rumi gemas. Nakura menggaruk rambutnya yang memang gatal. "Besok adalah rapat penting di kantor aku Rum, kamu tau? Aku kerja di perusahaan milik pak Makoto," pikiran Nakura masih bekerja keras mencari rencana yang pas untuk membalas dendam, melalui Makoto pasti Aoi akan marah dan tak terima. Rumi mengaga tak percaya. "Kapan diterima? Kok gak ngajak aku sekalian disana sih! Gak adil!"Nakura terkekeh. "Sekitar 3 hari yang lalu Rum. Aku juga pingin punya pengalaman kerja, aku mau hidup mandiri. Biaya kuliah sekarang kan mahal, aku gak mau uang ayah menipis. Kamu tau?" nada suara Nakura tercekat, matanya terasa perih ingin menangis. Rumi menggeleng, ia ikut merasakan kesedihan yang Nakura alami. "Kenapa? Cerita aja Naku," Rumi mengusap bahu Nakura, sahabatnya itu ber
Read more
Bab 50. Ulang tahun Aoi
"Yah?" panggil Karin, Amschel mengalihkan fokusnya menatap sang istri. "Iya? Ada apa ma?" "Besok lusa ulang tahun Aoi. Ayah udah lupa?"Amschel menepuk dahinya. "Ya ampun, kenapa baru ingat ma. Ya udah, mulai sekarang persiapkan pestanya."Karin mengangguk. "Iya yah siap yah."***Haruka beranjak dari kasurnya, kebiasaannya setelah bangun tidur adalah melihat kalender. Haruka mengucek matanya. Ia terpaku pada tanggal 18 Juni yang sengaja di berikan lingkaran merah. Ulang tahun Aoi Mianami. Haruka menelpon Fumie, memberitahukan bahwa besok lusa itu saatnya Aoi bertambah umur. "Wah Haru, kalau gitu kita harus beli kado sekarang. Ayo Haru, kita ke mall," Fumie sangat antusias, apalagi soal memilih hadiah. "Ayo, tapi kamu aja yang pilih. Selera Aoi kan sama kayak kamu," Haruka menutup panggilan teleponnya, saatnya kejutan dimulai. ***Aoi berjalan se
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status