Terpaksa Menikahi Om-Om

Terpaksa Menikahi Om-Om

Oleh:  Hikmdr  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
98Bab
6.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ini awal mula Aoi, cewek tomboy yang di jodohkan oleh Makoto. Aoi menolak perjodohan itu dengan berpacaran bersama Ryuji. Tapi Makoto tidak percaya dan mengancamnya akan mengatakan pada Amschel, ayah Aoi. Tetapi Aoi tidak takut, yang terpenting perjodohannya batal. Benci bisa jadi cinta, apakah Aoi akan merasakan cinta kepada Makoto atau membencinya?

Lihat lebih banyak
Terpaksa Menikahi Om-Om Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
98 Bab
Bab 1. Hari Menyebalkan
Langkah sepatu yang tergesa-gesa. Aoi mempercepat langkahnya. Ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Sebuah mobil sport melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan kendaraan yang membunyikan klaksonnya. Sampai ada sebuah genangan air kotor itu mengenai rok Aoi. Aoi berteriak histeris. Para pejalan kaki menatapnya aneh. "Aaa! Jadi kotor! Siapa yang membuat aku seperti ini?" Aoi mencari pelakunya. Tidak ada. Sepertinya mencari pelaku tidak penting. Aoi bisa terlambat ke sekolah. Saat sampai di depan gerbang SMA Sakura, bu Dora berkacak pinggang dengan wajah marahnya. "Aoi Mianami. Kenapa kamu terlambat lagi? Alasan kesiangan? Macet di jalan? Main sama kucing kesayangan?" tanya bu Dora beruntun. Sudah hafal dengan alasan Aoi. Aoi mengatur nafasnya. Lari selama 10 menit itu melelahkan. "Maaf ibu. Saya lupa tidak memasang alarm.
Baca selengkapnya
Bab 2. Di Jodohkan
Hari ini Aoi selesai membereskan tempat tidurnya. Bangun lebih awal sangat baik, apalagi ia harus jalan kaki ke sekolah. Pintu kamarnya di ketuk. "Nona Aoi, sarapan di bawah sudah siap. Semua anggota keluarga Rotschild berkumpul lengkap," bu Idah sang pembantu yang bekerja 6 tahun lamanya sangat beruntung di terima kerja di keluarga besar Rotschild. Aoi meletakkan ponselnya di meja nakas, perutnya juga lapar ingin makan."Iya. Tunggu sebentar," Aoi beranjak dari duduknya, berjalan menuju meja makan. Pasti semua keluarganya sudah berkumpul, menunggunya datang.Di meja makan, design mejanya memanjang seperti di istana kerajaan. Sangat sanggup mengajak satu kampung untuk makan. Aoi menuruni tangga. Bunyi sepatunya menarik atensi semua keluarga Rotschild. Pandangannya pun menyorot Aoi. Karin menatap Aoi yang berjalan dengan pelan seperti putri raja, anak tunggalnya itu benar-benar anggun."Aoi. Udah bangun sayang?" ta
Baca selengkapnya
Bab 3. Bertemu Makoto
Di ruang kantor guru, Makoto berbincang dengan kepala sekolah bahwa dirinya ingin menjadi guru di SMA Sakura ini. "Apakah anda memiliki pengalaman mengajar sebelumnya?" tanya Pak Daiji Sato selaku kepala sekolah SMA Sakura. Makoto menggeleng. "Tapi saya pernah menjadi dosen di Universitas Sakura. Untuk mengajar, jangan di ragukan lagi. Saya sudah berpengalaman selama lima tahun," jawab Makoto tegas. Universitas Sakura adalah kampus paling elite di kota Cherry Blossom ini. Tidak akan mudah orang bisa lolos seleksi dari kampus terbesar nomor satu di Jepang itu. Pak Daiji Sato mengangguk. "Baik. Anda di terima mengajar disini. Mulai besok, anda menjadi guru pelajaran Bahasa Jepang." Makoto tersenyum penuh arti. Dengan begini, ia bisa mengawasi Aoi dan pacarnya itu. 'Lihat saja kamu. Gak akan pernah lolos. Aku akan melaporkanmu kepada Tuan Amschel karena berani berpacaran,' mungkin dirinya keterlaluan. Tapi lebih baik di k
Baca selengkapnya
Bab 4. Perhatian Makoto
Hari ini Aoi mengecek kembali jadwal pelajarannya. Aoi tersenyum simpul. Akhirnya lengkap semuanya. "Kalau begini gak bisa di hukum lagi," Aoi juga selesai memasukkan kaos olahraga. Jam pertama pelajaran Penjas. Aoi menyampirkan tasnya di bahu. Menuruni anak tangga, bergabung sarapan pagi dengan semua anggota keluarga Rotschild. Karin menyiapkan roti selai stroberi, kesukaan Aoi. "Sayang. Kamu sarapan yang banyak ya. Kalau perlu, habis 3 roti," ucap Karin perhatian. Ia tau hari ini Aoi olahraga. Dan Aoi harus kuat. Tuan Amschel mengangguk. "Di habisin. Gak ada alasan kenyang apalagi pahit. Roti saja manis, apalagi mama kamu," godanya membuat Karin tersipu. "Apa sih yah. Ada Aoi kok gombal," Karin malu-malu kucing. Amschel susah di tebak, kadang bisa romantis tiba-tiba. Aoi menghela nafasnya. "Ma, satu roti aja cukup. Aoi gak mau gendut, nanti semua pakaian Aoi gak muat," keluhnya
Baca selengkapnya
Bab 5. Bunga
Ryuji SakumaRyuji memejamkan matanya sejenak. Malam yang sangat dingin. Jendela kamarnya ia buka agar bisa menatap lebih dekat dengan ribuan bintang.Ucapan Syougo itu membuatnya kepikiran. Apalagi Aoi semakin dekat dengan pak Makoto."Gue kenapa sih? Selalu aja mikirin dia," Ryuji mengacak rambutnya frustasi."Kenapa perasaan gue gak rela kalau Aoi deket sama pak Makoto?" tanya Ryuji pada dirinya sendiri.Ryuji menggeleng. "Paling cuman kepikiran doang,"Ryuji mengambil note dan menyobeknya. Menuliskan kata-kata manis untuk Aoi.Kalau kamu tanya aku lagi ngapain. Jelas lagi dumika.Gak tau ya dumika itu apa? Duduk mikirin kamu. Gombal ya aku? Di simpen ya bunganya?Ryuji SakumaRyuji menempelkan itu di bunga mawar yang siap ia berikan kepada Aoi esoknya."Ya. Gue mulai suka sama Aoi. Selamat, lo berhasil buat hati gue sepenuhnya milik lo Aoi," Ryuji tersenyum. Ia benar-benar gila karena Aoi. Kenapa
Baca selengkapnya
Bab 6. Bekal
Makoto bangun jam 4 subuh. Berkutat di dapur setelah sholat, Himarin melarangnya memasak. "Aku pingin masak buat Aoi ma," ucap Makoto memelas. Ternyata masak tak semudah yang ia pikirkan. Dan Makoto memilih nasi goreng karena paling mudah. Tapi bumbunya ia tidak tau. "Udah, mama aja yang masak. Ntar keasinan lagi, mending kamu nyapu rumah dulu ya. Sana," ujar Himarin lembut. Makoto menggeleng. "Mama masak nasi goreng kok enak? Bumbunya apa sih ma?" tanya Makoto kepo. "Kalau itu rahasia. Udah sana nyapu, kalau mama yang masak pasti nagih mau lagi," ucap Himarin bangga. Hanya kali ini Makoto mau ke dapur, sebelumnya tak mau karena terciprat minyak goreng yang panas. "Apa di goreng sama minyak juga ma?" Anaknya ini terlalu banyak tanya. Tapi lucu, Himarin suka itu. "Iya. Nanti kamu kecipratan lagi mau? Panas loh," sengaja Himarin bohong, Makoto masak dapur sudah bukan lagi dapur, tap
Baca selengkapnya
Bab 7. Salah Tingkah
"Aoi. Aku pinjem catatan Kimia ya? Besok janji deh aku balikin," pinta Haruka saat Aoi baru saja memasuki kelas.  Aoi mengangguk. Memberikan buku tulis Kimia-nya.  "Tapi, besok balikinnya pagi-pagi aja. Pr dari bu Ima kan harus selesai besok juga," ucap Aoi, sekaligus mengingatkan Haruka yang mudah lupa.  Haruka mulai menyalin catatan Aoi. Fumie mengomeli Haruka karena tidak berbagi.  "Ngomong dong daritadi. Kalau diem mana aku peka," gerutu Haruka kesal.  Fumie mengernyit. Kenapa Haruka jadi curhat begini? Apa sudah mempunya gebetan? Hanya Bumi yang tau.  Tak lama kemudian bu Beta datang. Pelajaran Fisika pun di mulai.  *** Haruka dan Fumie sudah berusaha mengajak Aoi ke perpustakaan. Tapi Aoi tidak mau.  "Kenapa? Padahal bau novel baru itu naikin mood Aoi.
Baca selengkapnya
Bab 8. Terjebak Hujan
Bel pulang berbunyi, Aoi sangat bosan berada di UKS sendirian.  Akhirnya pulang juga, saat dirinya turun dari ranjang sebuah uluran tangan besar membuat Aoi tau siapa. Makoto lagi.  "Apa kondisimu sudah lebih baik?" tanya Makoto khawatir.  Aoi mengangguk. Ia terlalu kejam mengabaikan Makoto, pria itu sudah berbuat banyak demi melindunginya.  "Ambilkan tasku di kelas," titah Aoi, rasanya senang juga tinggal duduk manis dan menyuruh Makoto.  "Biar aku suruh temanmu saja," Makoto mengirimkan pesan ke adiknya itu.  Makoto menatap Aoi. "Masih sakit? Apa perlu kita ke rumah sakit saja? Sepertinya kondisimu sangat parah ya," ujar Makoto kasihan.  Aoi berdecak kesal. Kenapa Makoto berlebihan? Memangnya ia sakit hati yang perlu di perikaakan ke dokter? Eh? Tidak akan pernah.  "Kenapa sih
Baca selengkapnya
Bab 9. Manis Seperti Gula
Aoi tidak bisa tidur. Entah kenapa pikirannya bermasalah, selalu ada Makoto yang menjadi bayang-bayangnya. "Kenapa mikirin dia sih? Bikin orang susah tidur aja," teriak Aoi frustasi. Untung saja kamarnya kedap suara, kalau tidak orang tuanya pasti khawatir. Entah kenapa tubuhnya panas, mulai bersin-bersin dan pusing. "Pasti gara-gara kehujanan," Aoi menarik selimut sebatas dada, mencoba tidur meskipun sangat sulit. ***Makoto sudah lebih sehat dari sebelumnya. Saatnya bersemangat menjemput Aoi. Saat sampai di rumah, Karin mengatakan Aoi sedang sakit. Tentu saja dirinya siaga jika calon istrinya itu sakit. Aoi tidur dengan wajah damainya. Makoto saja yang melihat itu terasa adem. "Kalau tidur aja kayak putri salju yang nunggu pangerannya datang. Sekarang udah ada disini loh. Yakin gak mau bangun?" Makoto mengajak Aoi bicara, entah cewek judes itu dengar atau tidak. Aoi meras
Baca selengkapnya
Bab 10. Manja
Makoto tersenyum, akhirnya habis juga bubur buatannya. Aoi sangat doyan. "Kamu istirahat sekarang. Biar besok bisa sekolah lagi," Makoto membenarkan rambut Aoi yang lupa di sisir. Aoi mengangguk. "Ya udah, sana pulang," usir Aoi ketus. Makoto menoleh, menatap Aoi. "Yakin nih? Masa gak kangen?" "Gak! Mimpi aja dulu," Aoi masuk ke dalam rumah, biarkan saja Makoto berdiri sendirian disana. 'Duh tambah gemes deh,' senang? Iya, apalagi menemani Aoi sakit. Sifat galaknya tidak pernah hilang. ***Aoi sudah siap dengan seragamnya. Akhirnya ia bisa bersekolah lagi setelah dua hari di rumah saja. Saat ia berjalan menuju meja makan, tidak ada siapapun. "Ma! Mama!" Aoi berteriak memanggil mamanya. Tumben banget sepi. "Jam berapa sih?" Aoi menatap arloji di tangannya, masih jam 6. "Orangnya gak ada, tapi makanannya ada. Aneh," Aoi duduk dan mengambil roti. 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status