Semua Bab Terpaksa Menikahi Om-Om: Bab 21 - Bab 30
98 Bab
Bab 21. Cuek
Aoi bangun jam 4 pagi memasak di dapur. Sebelum Makoto memasak, ia harus cepat. Pasti pria itu akan melarangnya memasak. "Bikin nasi goreng aja deh yang gampang. Ryuji pasti suka," Aoi mengupas beberapa bumbu nasi goreng yang ia tau. Di ruang tamu, Makoto terbangun karena mencium aroma masakan. Apakah Aoi yang ada di dapur?Langkahnya menuju dapur, Aoi memasak? Memangnya bisa? Makoto melihat Aoi membuat nasi goreng. Rambutnya yang masih berantakan, dan piyama pink membuatnya gemas ingin memeluknya. Tapi Makoto sadar, belum saatnya. "Kamu masakin nasi goreng buat aku?"Seketika Aoi terpaku. Kenapa sih harus bangun? Aoi menoleh. Makoto memasang wajah bahagianya. Pria itu terlalu geer. "Masak aja sendiri. Ini bukan buat lo!""Buat pacarmu itu?""Iya," Aoi mengangguk. "Jadi, gak usah ganggu. Tidur aja sana," usirnya malas. "Enak ya tinggal di rumah kamu. Aku aja betah.
Baca selengkapnya
Bab 22. Dinner?
Di ruang tengah, Aoi dan Makoto menonton televisi kisah romansa dua remaja SMA.Aoi memakan camilannya dengan lahap, sushi kesukaannya."Kamu kalau ada apa-apa cerita sama aku ya? Kalau gak mau juga gak apa-apa kok," Makoto menoleh menatap Aoi yang serius melihat televisi."Kenapa sih cowok gak bisa pakai logika? Kenapa harus perasaan?" tanya Aoi gemas, Ryuji tak bisa memikirkan bagaimana perasannya yang sakit ketika Nakura berhasil mengajak Ryuji saat itu."Mungkin dia mau yang baru dan berbeda. Semua cowok itu gak sama Aoi. Ada yang memilih perasaan karena gak rela atau kasihan. Ada juga yang pakai logika karena dia pikir kembali atau pergi adalah pilihan terbaiknya," jelas Makoto bijak. Meskipun ia bukan ahli cinta, tapi ia faham bagaimana pemikiran seseorang.Aoi terpaku. Apakah benar seperti itu?"Terus kalau lo?""Apanya?" tanya Makoto bingung."Pakai apa? Perasaan atau logika?" karena Aoi tak mau kalau Makoto sama dengan
Baca selengkapnya
Bab 23. Diajarin masak
Makoto mengetuk pintu kamar Aoi, sudah jam delapan cewek itu tidur."Aoi? Bangun, ayo masak. Aoi?" Makoto membuka pintunya, Aoi tergeletak di lantai.Makoto panik. "Aoi! Aoi! Kamu gak mati kan? Aoi!" Makoto mengguncangkan tubuh Aoi.Aoi menggeliat. Dengan mata yang setengah terbuka, ia menatap Makoto."Apa sih? Ganggu orang tidur aja," Aoi kembali memejamkan matanya."Aoi. Anak perempuan jam segini udah nyapu, masak-masak, ngepel. Kamu malah tidur," omel Makoto gemas. "Gimana mau nikah nanti, masa aku makan di luar Aoi?"Aoi duduk. Kenapa Makoto tak bisa diam sih? Sangat mengganggu tidur nyenyaknya."Lo ngarep banget ya nikah sama gue? Gak usah percaya diri deh! Bisa aja gue kabur," ketus Aoi, usianya dengan Makoto terpaut jauh. Bagaimana reaksi teman-temannya nanti.Makoto menghela nafasnya. "Bukan ngarep, tapi ayahmu sendiri yang nyuruh aku nikahin kamu," ucap Makoto membenarkan. "Kenapa? Daripada pacarmu itu. Belum tentu dap
Baca selengkapnya
Bab 24. Bekal untuk Makoto
Dan Makoto pun tak tinggal diam. Ia..."Aoi!" serunya. Aoi menoleh dengan wajah terkejutnya.Makoto menarik tangan Aoi menjauhi Ryuji."Jadi ini yang kamu lakuin kalau aku lagi rapat? Mentang-mentang aku gak awasin kamu malah kencan sama dia. Mending pulang," hanya karena rapat selama beberapa menit saja, Aoi sudah tidak ada di kelasnya. Bahkan Haruka dan Fumie saja tidak tau keberadaan Aoi."Lepas gak?" Aoi meronta. Namun Makoto semakin mencengkram kuat."Sakiitt!" Aoi meringis. Apa ini sisi lain dari Makoto saat marah?Ryuji menarik tangan Makoto yang bebas. "Gak usah nyakitin Aoi juga!"Makoto menoleh. Menatap bengis Ryuji. Mengganggu saja."Kenapa emangnya? Salah?""Jelas salah. Apa pak Makoto gak liat Aoi kesakitan?"Makoto tersenyum miring. "Coba aja kalau nurut sama saya sekali pun. Saya gak bakal lakuin hal itu," pandangannya menatap Aoi yang kini menunduk."Tapi cara pak Makoto salah. Memangnya-"
Baca selengkapnya
Bab 25. Protected
Nakura hanya bisa memandangi Ryuji dari kejauhan."Dan aku bakalan buat kamu sama Aoi putus!"***Kelas 12 Ips 1 saat jamkos mungkin se-ramai pasar.Syougo dan Taiga membujuk Ryuji agar ikutan bermain Truth or Dare."Apa sih? Buang-buang waktu aja. Gue lagi belajar," Ryuji kembali membaca perbedaan kosa kata British dan USA."Belajar terus. Emang gak bosen apa?" tanya Taiga jengah. Apa-apa buku."Karena gue mau kuliah di luar negeri. Jadi gak semudah itu lolos seleksinya. Mulai sekarang belajar, biar waktu tes lancar ngerjainnya," jawab Ryuji bijak. Ia memang jarang ikut bermain dengan Syougo dan Taiga."Please ya? Sekali aja," Syougo menyatukan kedua tangannya. Matanya mengerjap imut. Semoga Ryuji mau."Emang lo gak kangen masa-masa terakhir gini?""Huhuhu, sedih gue ga. Masa iya secepat ini kita berpisah?" Syougo memeluk Taiga terharu."Iya-iya. Gue ikut. Mulai aja deh, gak usah nangis!""Yeay! Git
Baca selengkapnya
Bab 26. Curiga
"Yang? Kenapa liatin dia sih?" tanya Nakura dengan nada tak sukanya."Balik aja ke kelas. Aku mau ke kantin," langkah Ryuji mengikuti Aoi dan Makoto diam-diam.Kedua alis Ryuji menyatu. Toilet? Tapi Makoto memilih ke kantin. Baguslah, Ryuji tak perlu khawatir dengan Aoi."Hei! Sini! Gue udah beres!" teriak Aoi memanggil Makoto.Ryuji menyembunyikan dirinya di balik tembok.Makoto tersenyum. "Jadi gak nunggu lama-lama deh," rasanya senang bisa berdua langsung dengan Aoi. Apalagi di sekolah."Ke UKS ya? Itu tangan kamu perlu di obatin," ucap Makoto khawatir. Tapi ekspresi Aoi biasa saja."Gak usah. Gak sakit. Cuman luka gores doang," tapi yang sakit adalah hatinya. 'Kenapa Ryuji sama Nakura? Buat ulah apalagi sih tuh cewek?' batin Aoi menggerutu kesal."Di rumah aja kalau gitu," sahut Makoto tenang. Aoi sakit hati, tapi diam.Ryuji yang mendengar itu semakin penasaran. Apa benar Makoto menginap di rumah Aoi?"Kayakn
Baca selengkapnya
Bab 27. Pelukan Terakhir
Ryuji memejamkan matanya. Tangannya terasa berat untuk menghapus semua foto Aoi yang sudah ia simpan di file komputernya.Ryuji memandang lekat foto-foto Aoi, dari candid, sampai tersenyum ke arah kamera."Maaf Aoi kalau aku nanti buat hancur perasaan kamu. Ini demi kebaikan kita. Aku gak mau diantara kita ada yang merasa berjuang sendirian," Ryuji mulai menekan ceklis semua, terhapuslah 50 foto Aoi.Tanpa sadar, mata Ryuji berkaca-kaca. Cairan sebeing kristal itu meluncur bebas. Ryuji menangis. Rasanya tak rela melepaskan orang di sayang, sudah nyaman.Hanya menunggu hari esok, semuanya akan berakhir. Ryuji tak sanggup jatuh cinta dengan Aoi tapi saingannya Makoto.***Aoi berusaha menghubungi Ryuji, tapi panggilannya di tolak otomatis."Kok nomorku di blokir sih? Segitu marahnya kamu sama aku ya?" Aoi menatap wallpaper ponselnya, foto itu ia ambil saat Ryuji bermain basket.Aoi mengirimkan pesan WhatsApp tapi centang satu.
Baca selengkapnya
Bab 28. Badmood
Ryuji melepaskan dekapannya."Anggap aja aku orang asing yang gak kamu kenal," Ryuji pergi dengan langkah terberatnya.Aoi menangis sesenggukan. Ia tak menyangka Ryuji akan meninggalkannya tanpa alasan yang jelas."Kenapa? Kenapa? Kalau aku ada salah, setidaknya kita bicara baik-baik. Bukan seperti ini, mengakhiri!" teriak Aoi emosi, suaranya menguap di langit dengan sia-sia tanpa ada yang mendengar kesedihannya.Sedangkan Makoto cemas mencari Aoi di kelas tapi tidak ada. Di kantin pun sama, Makoto mencari Haruka dan Fumie.Dua cewek semanis gula dan kamu itu fokus mukbang jajan."Aoi mana? Kenapa gak sama kalian?" tanya Makoto langsung pada intinya, biasanya ia menyapa Haruka dan Fumie."Gak tau pak. Tadi Aoi langsung pergi gitu aja gak ngomong apa-apa," jawab Haruka. Ia sempat heran mengapa Aoi pergi tiba-tiba.Makoto mencari Aoi di taman belakang sekolah. Nihil. Lalu menyuruh siswi yang ada di toilet mengeceknya juga sama, t
Baca selengkapnya
Bab 29. Makoto bawel
Pak Jiro menghela nafas lelah. Kenapa kelas 12 Ipa 1 sangat ramai?"Semuanya diam sebentar. Saya ingin menyampaikan informasi penting!" dengan sekali tarik nafas separuh kamu. Gombalnya.Sunyi. Sepi. Tanpa dirimu."Baik, seminggu lagi akan di adakan Try Out. Persiapkan diri kalian, belajar yang giat, semoga nilainya bagus sesuai harapan kalian. Jadwalnya akan di catat oleh sekeetaris. Maki, catat di papan ya," pak Jiro memberikan selembar kertas mata ujian Try Out."Oh iya, untuk Ujian Nasional juga semakin dekat. Karena ini pemberitahuan dari pemerintah Jepang, jadi selisih waktu ujian akan singkat," tambah pak Jiro lagi."Waduh? Tiba-tiba UN gitu aja. Gue kira masih lama!""Yah, siap-siap di marahin mama papa. Belajar yang bener!""Sabar, biar dapat nilai bagus!""Lama-lama aku pusing nih," keluh Fumie memijat pelipisnya.Haruka terkekeh. "Hahaha, deritamu Fumie. Lagian kalau gak belajar mana bisa kan masuk Universitas
Baca selengkapnya
Bab 30. Di semangatin
Saat hari Try Out tiba, Aoi masih saja tidur. Ia kelelahan belajar semalaman, turuti saja apa yang di katakan Makoto.Flashback on"Kamu itu salah mengalikan bilangannya. Masa ini di kali ini. Ya jelas hasilnya salah Aoi. Coba kamu-""Udah?" sela Aoi datar. Ia sampai pusing di omeli terus-terusan."Aku lagi jelasin ini. Diam dulu dong. Jadi kalau di kalikan silang pasti-""Benar!" seru Aoi cepat.Sampai kedua mata Aoi terasa berat, ia mengantuk. Salah sendiri Makoto menjelaskan tanpa jeda dan titik koma."Kalau tidur aja imut, apalagi galak. Jadi gemesin," Makoto tersenyum sendiri. Bukan sama kamu.Flashback offMakoto menyibak gordennya."Aoi. Aoi, bangun ayo. Udah jam lima nih, kamu Try Out loh. Sana mandi," Makoto mengguncang tubuh Aoi, cewek itu hanya menggeliat."Satu jam lagi deh. Gue masih ngantuk tau," Aoi memeluk guling, tambah ngantuk juga."Mandi dulu. Sarapan, terus belajar lagi. Berangka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status