Kita Hanya Menikah의 모든 챕터: 챕터 41 - 챕터 50
91 챕터
Elisa Kecewa
Roy bergegas menuju lobi kantor dan berniat menuju parkiran, rencananya ia akan pulang lebih dulu, lalu singgah sebentar ke rumah untuk menemui Rey sebelum ia berangkat ke Jogja nanti. Kali ini ia akan menemui kerabat ayahnya sendiri dan mencari tau siapa ibu kandung yang telah melahirkan, sekaligus yang tega meninggalkannya begitu saja.Ia melangkah cepat, mengejar waktu 4 jam lagi sebelum ia berangkat menuju Bandara, namun langkahnya terhenti saat sebuah suara memanggilnya dari belakang."Kamu serius mau berangkat sekarang? Masih 4 jam lagi lho jadwal keberangkatannya," Alina yang sedang berdiri di depan lobi langsung menghampiri Roy, entah apa yang di lakukan perempuan itu disana sejak tadi."Aku akan menemui putraku lebih dulu sebelum pergi. Kamu sendiri, sedang apa disini?" Roy bertanya balik, melihat Alina seperti kebingungan sendiri, padahal ia tau kalau jam kerja Alina sudah habis dari satu jam yang lalu."Aku....?""Kamu tidak pulang?" tan
더 보기
Menyusul
"Alina adalah mantan Tuan Roy, Nona..."Mantan...Mantan...Mantan...Hanya kata itulah yang sedari tadi berputar-putar di kepala Elisa, membuat handphone yang sedang ia pegang jatuh begitu saja tanpa sadar.Elisa tak habis pikir, bagaimana bisa papinya sendiri mengenal sosok perempuan itu, sedangkan jelas-jelas mantan dari suaminya.Apa mereka sengaja melakukan ini?Apa perempuan itu sengaja mendekati Papi agar rencananya tidak ketahuan.Elisa masih berdiri di ruang tamu dengan pandangan kosong, bahkan handphone yang jatuh mengenai kakinya tadi tidak sedikitpun terasa."Padahal aku udah pikirin kata-kata kamu semalaman, Kak? Aku juga udah berusaha mengesampingkan egoku demi semuanya, tapi...apa yang kamu bilang kemarin bohong?" Elisa berbisik pelan, mengulang apa yang sempat ia bicarakan berdua bersama Roy di kantor waktu itu.Ternyata kata-katamu waktu itu tidak main-main, Kak.Apa hanya sebatas ini rasa
더 보기
Jogja
"Jangan ngaku-ngaku kamu," ucap seorang pemuda berusia dua puluh tahun itu, tangannya berkacak pinggang sambil terus menunjuk ke arah Roy yang baru saja sampai.Entah apa maksud dari pemuda ini yang tiba-tiba marah padanya, padahal Roy hanya mengatakan bahwa kedatang kesini hanya untuk mencari keluarga ayahnya yang masih ada."Tadi kamu bilang apa, Paman Edi? Memang siapa kamu?" pemuda itu kembali bersuara, membuat Roy yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara."Aku memang mencari Paman Edi, apa benar ini rumahnya?" ungkap Roy kemudian, laki-laki itu menatap rumah sederhana yang di penuhi tanaman-tanaman hias di sekelilingnya."Bapak tidak akan menemuimu, jadi pergilah."Cih, benar-benar pemuda ini membuatku kesal.Perjalanan yang ia tempuh selama satu jam lebih, di tambah lagi ia yang begitu kepikiran dengan Rey membuatnya tidak bisa tidur semalaman, namun ia memaksakan diri untuk melanjutakan perjalanannya demi ingin menemui saudara yang
더 보기
Kebenaran
      "Beneran, Bibi lagi nggak bohongin El, 'kan?" tanya wanita itu sekali lagi, Elisa masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Lho, yo  bener tho, Nduk? La wong Bibi juga pernah di kenalin sama laki-laki bernama Wahyu itu kok," ungkap Bi Ami meyakinkan, membuat Elisa kembali mengingat dimana ia pernah mendengar nama itu.Wahyu Aditama...Wahyu, Adi-ta-ma...Aku pernah tau nama itu, tapi dimana ya?Sekalipun hanya menjabat wakil CEO, tapi setidaknya dulu ia seringkali menjalin kerjasama dengan banyak para pengusaha.Kalo nggak salah itu kan nama belakangnya..."Nggak, nggak mungkin. Ini pasti cuma kebetulan sama."Setelah lama memutar otak, Elisa menemukan satu nama yang ia yakini sangat mirip dengan nama itu, tapi..."Kenapa, Nduk? Kepalamu pusing?" Bi Ami yang melihat Elisa gelisah sendiri pun heran, padahal ini semua tidak ada hubungannya dengan dirinya."Tidak Bi, El hanya sedikit lelah,"
더 보기
Merusak
Beres...Anton menyimpan kembali peralatan yang baru saja ia gunakan untuk merusak mobil Elisa, lantas berjalan menghampiri Alina yang masih terlihat sibuk mengawasi sekitar."Bagaimana?""Sip. Beres," ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya ke arah perempuan itu, lantas menarik tangan Alina menjauh dari parkiran Bandara."Ingat. Ini tidak gratis, sayang."Anton melajukan mobilnya perlahan meninggalkan tempat itu, sembari terus melirik ke arah Alina yang sudah duduk tepat di sampingnya."Iya, iya. Pokoknya semaumu," janji Alina pada pria itu, meski ia sendiri bisa menebak akan seperti apa nantinya.Pasti Anton akan mengerjainya habis-habisan sampai ia lemas tak berdaya, dan anehnya pria itu selalu terlihat bugar seakan tidak mempunyai rasa lelah."Oke, kita ketempat biasa."Anton terlihat bersemangat, padahal baru kemarin mereka berlibur bersama, bahkan banyak menghabiskan waktu berdua di dalam kamar."Apa ti
더 보기
Melepaskanmu
Setelah sambungan telepon terputus, Elisa mencoba menghubungi laki-laki itu lagi, namun sayangnya sampai panggilan ke tiga Roy sama sekali tidak merespon. Tidak patah semangat, Elisa mengirimkan pesan singkat pada suaminya, yapi tetap saja Roy tak membalasnya, bahkan nomer yang ia gunakan sekarang tidak bisa di hubungi lagi.Elisa beralih menghubungi nomer Mbok Nah, karena ingin tau keadaan di rumah saat ini. Meski Elisa harus berulang kali menepikan mobilnya, karena tidak ingin membahayakan keselamtan dirinya sendiri. Baru panggilan pertama, terdengar suara Mbok Nah di seberang sana, membuat Elisa ingin segera tau bagaimana keadaan dirumah saat ini."Mbok, apa Kak Roy sekarang ada di rumah?""Non...?""Iya, Mbok. Apa Kak Roy...?""Den Rey....?"Elisa menjatuhkan handphonenya seketika, jujur saja sekarang pikiran wanita itu benar-benar buntu. Pantas saja Roy tadi menghubunginya berkali-kali, bahkan laki-laki itu memutuskan sambungan telepon
더 보기
Tidak Menginginkannya Lagi
"K-ak...?" bibir Elisa bergetar. Benarkah apa yag baru saja ia dengar, atau saat ini ia sedang bermimpi. Namun kenapa rasanya sakit sekali."Aku serius, El, bukankah itu yang kamu mau. Mulai sekarang kamu bebas melakukan apapun. Kejarlah, kejar laki-laki itu, jika dia memang bisa membuatmu bahagia."Dan akhirnya Roy memilih menyerah. Ia pikir saat Elisa mendatanginya ke kantor, wanita itu benar-benar ingin dirinya kembali, tapi nyatanya Elisa hanya ingin membuatnya semakin terikat dengan perasaan yang ia miliki."Kak, kumohon...?" tangis Elisa kembali pecah, bahkan suara tangisannya memenuhi lorong sepi itu."Jangan katakan itu lagi," pintany pada Roy.Elisa masih berharap kalau Roy tidak benar-benar mengatakan itu."Bukankah itu mau mu? Kamu sendiri kan yang bilang, Kita Hanya Menikah. Apa kamu lupa?" Roy tersenyum sinis, mengingatkan kembali syarat dari Elisa sebelum pernikahan mereka terjadi."Bahkan kamu tidak pernah sekalipun mel
더 보기
Wanita Muda
Seminggu telah berlalu, setelah pertengkaran itu keduanya semakin menjauh. Roy memilih tetap tinggal di apartemen, dan menemui Rey setiap akhir pekan. Sedangkan Elisa yang memang merasa bersalah masih terus berusaha mendapatkan maaf, dari menghubunginya lewat telepon, atau menemuinya langsung ke kantor. Tapi sayangnya Elisa tidak pernah bisa menemui laki-laki itu, entah sengaja atau hanya alasan Roy saja, yang pasti ia selalu tidak ada saat Elisa datang mencarinya. Mau tidak mau Elisa harus pulang dan berusaha menemuinya lagi besok.Dan hari ini saat Elisa datang ke kantor, Roy lagi-lagi menghindar. Laki-laki itu memilih pergi ke sebuah pusat perbelanjaan demi untuk menghindari istrinya.Istri?Mungkin status itu sebentar lagi tidak akan ada, karena Roy sudah bertekad untuk melepaskan Elisa secepatnya.Roy hanya berjalan dan melihat-lihat tanpa membeli satupun barang di setiap toko yang ia lewati, berharap waktu cepat berlalu dan Elisa cepat pergi dari ru
더 보기
Menemuinya
"Siapa...?"Sang perawat tadi diam, sambil mengingat ciri-ciri wanita muda yang tadi datang kerumah, dan membawa pergi majikan perempuannya."Wanita itu cantik, Pak. Mata bulat, kulit putih bersih, dan dia memperkenalkan diri sebagai, Elisa," jawab perawat itu begitu yakin."Elisa, siapa. Apa dia teman ibu?" Wahyu Aditama masih bingung. Seingatnya kalau sang istri tidak mempunyai teman bernama Elisa, apalagi wanita muda seperti yang di ceritan perawat tadi."Saya kira bukan, Pak. Maaf, saya hanya mendengar itu."Karena tidak menemukan petunjuk apapun selain nama wanita yang membawa istrinya tadi, Wahyu Aditama akhirnya menghubungi Alex yang sekarang masih lembur di perusahaan tempat dia bekerja."Ibumu pergi dengan seorang wanita muda, dan Ayah tidak bisa mencegahnya."Yang di seberang sana seketika panik, bahkan pekerjaan yang sedikit lagi hampir selesai terpaksa ia tinggalkan begitu saja.  *****
더 보기
Ibu yang Kecewa
"Nak, sebenarnya kita mau kemana?" Bu Lastri menatap heran Elisa. Mungkin perempuan itu berpikir akan di ajak ke rumah wanita itu, tapi nyatanya Elisa tidak membawanya kesana."Tenang, Bu. Kita akan menemui Kak Roy," Elisa tersenyum, lalu melanjutkan lagi langkahnya menyusuri lorong apartemen tempat Roy tinggal. Setelah sampai di depan pintu kamar, Elisa mengeluarkan kunci lantas segera membukanya."Lho, kalian tinggal disini?" tanya perempuan paruh baya itu lagi, matanya meneliti seluruh ruangan yang ada di depannya."Maaf, Bu. El nggak bisa kasih tau sekarang, Ibu tunggu disini sebentar ya?"Elisa meninggalkan Bu Lastri di ruang tamu sendirian, sedangkan dirinya menerobos masuk begitu saja mencari keberadaan tuan rumah yang sedari tadi belum terlihat."Kak...!" Elisa memekik keras saat ia melihat laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan menggunakan handuk sebatas pinggang, Roy yang semula santai tak kalah terkejut saat tiba-tiba me
더 보기
이전
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status