All Chapters of LATIFAH: Derita Istri yang Terbuang: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
PART 21
        "Usia saya 25 tahun lebih 2 bulan, Pak Bos.       "Sudah menikah?"       "Belum, Pak Bos."       "Kalau pacar atau calon?"       "Pacar... sebenarnya punya, Pak Bos...," ada keraguan yang tersirat dari suara dan raut wajah Mirdas.       "Kalau sudah punya pacar atau calon,  lamar dan nikahilah. Apa yang kautunggu? Biar ada yang mengurusmu. Jangan terus membujang jika sudah mampu secara mental dan fisik," nasihat Zoelva.       "Iya sih, Pak Bos. Saya memang sudah setahun yang lalu memikirkan soal itu. Tapi saya masih ragu, apakah..., maaf, saya nanti mampu memenuhi kebutuhan rumah
Read more
PART 22
         Setelah pembicaraan dengan Latifah itu, Zoelva pun segera menghubungi Mirdas dan memberitahukan tentang hal itu. "Mirdas masih ingat dengan Ustadzah Latifah?"       "Tentu, Pak Bos, saya masih ingat. Kenapa dengan beliau, Pak Bos?"       "Nah, yang punya lokasi yang mau dijual itu adalah sepupunya beliau. Kaudatanglah ke tempat beliau, dia akan menunjukkan lokasi itu padamu. Tadi aku sudah memberitahukannya jika kau akan menemui dia. Soal harga yang ditawarkan aku sudah cocok. Terserah kalian nanti penawarannya, itu rejeki kalian.Hanya saja, strategis apa tidak tempatnya, kamu yang putuskan."        "Oh, siap, Pak Bos. Sekarang pun saya akan meluncur ke sana," sahut Mirdas.        "Bagus. Lebih cepat lebih baik,&rdq
Read more
PART 23
Dan benar, tak berapa lama kemudian, pemilik ruko sudah datang dan memberi salam.        "Maaf ni, Pak, mengganggu kesibukannya?" ucap Zoelva, berbasa-basi, ketika pemilik ruko sudah duduk di sofa. “Kenalkan, nama saya Zoelva.”        "Oh, gak apa-apa, Pak Zoelva. Saya Pak Yahya,” sahut pemilik ruko sembari menyalami Zoelva.       “Saya ingin melihat melihat dulu tempatnya, Pak Yahya?”         "Oh, boleh, Pak "        Karena Latifah turut serta, dia pun harus menutup dulu tokonya. Mereka berempat meluncur ke lokasi. Sengaja Zoelva bukakan pintu depan mobil buat Latifah, agar duduk sampingnya.      
Read more
PART 24
 Dan apakah Zoelva pun pernah terlibat skandal hati atau pun terkena jeratan asmara di dunia maya? Jawabnya: tidak! Kalau tertipu pernah. Iya, tertipu oleh seorang wanita yang relatif muda dan mengaku berstatus janda, padahal ternyata masih bersuami. Tapi untungnya ia belum sempat terjerat jauh oleh rayuan yang penuh kepalsuan. Dia blokir sang penggoda itu. Setelah itu ia menjadi kapok untuk memiliki hubungan yang spesial dengan perempuan yang dikenalnya di dunia maya.        "Hm, begitu ya, Akhi?"        "Iya dong, cantik," sahut Zoleva, sabar. "Tapi begini, misalnya, saya punya teman spesial di dumay, ya itu wajar-wajar saja, Mbak, karena saya kan seorang lajang, tak ada yang akan keberatan, marah, atau pun cemburu dengan kedekatan itu. Saya masihlah seorang laki-laki normal. Namun demikian, kan sama sekali tak ada pengaruhnya dengan hubungan kita se
Read more
PART 25
         Saat menjawab salamnya, suara Latifah terdengar agak parau. Kedua mata indahnya pun kulihat lembab, sayu, dan tak berbinar seperti biasanya, yang menandakan bahwa dia baru saja menangis cukup lama. Wajahnya yang biasanya segar merona bak kembang labu di malam hari, saat itu terlihat muram dan layu.        "Ada apa dengan kamu, Mbak?" tanya Zoelva dengan suara rendah dan perasaan was-was. " Apa dia menyakiti Mbak lagi?"        Latifah menggeleng-geleng pelan. "Semua akan segera berakhir, Akhi. Dia...," Latifah tak mampu melanjutkan kata-katanya.  Ia menutup wajahnya dengan ujung hijab hitamnya. Tak ada suara tangisan yang keluar, hanya kepalanya yang bergerak-gerak, menandakan dia sedang sesenggukan.      
Read more
PART 26
     Seperti janjinya pada Latifah, seminggu kemudian Zoelva datang ke Demak.  Ia masih menginap di hotel yang dulu tempatnya  menginap. Semalam ia dan Latifah bercengkerama lewat video call, seperti biasanya. Silih berganti keduanya bercerita tentang pengalaman hidupnya masing-masing. Latifah meminta Zoelva untuk menceritakan tentang kehidupan dan pengalaman hidupnya. Jadi sekarang Zoelva tidak lagi dijadikan sebagai pendengar yang baik dan setia untuk kisah-kisah hidupnya.         Di akhir-akhir obrolan, tak lupa sang bidadari memberi Zoelva 'hadiah' berupa lantunan ayat suci Al-Quran dengan suaranya yang indah, seperti biasanya. Setelah itu dia pamit untuk istirahat karena kepalanya terasa sakit. Zoelva pun ikut rehat.        Keesokan harinya, sejak pukul 10.00 WIB Zoelva sudah berada di cabang rukonya yang akan segera dibuk
Read more
PART 27
     Malam itu Zoelva dan Latifah tidak mengobrol hingga larut malam seperti biasanya, karena besok pagi mereka harus bangun dalam keadaan kondisi bugar. Lagi pula rasa penat akibat kegiatan seharian membuat kami sepakat untuk rehat lebih cepat dari biasanya.       Keesokan paginya, seperti yang sudah mereka sepakati, pukul 09.00 WIB keduanya sudah OTW. Latifah menunggu Zoelva di trotoar di depan ruko yang sudah Zoelva beli. Dari situ keduanya langsung menuju Museum Mesjid Agung Demak.        Sekitar dua jam mereka berkeliling dalam ruangan museum tersebut, setelah itu mereka menuju arah selatan. Zoelva mampir di sebuah rumah restoran yang khusus menyiapkan menu seafood, menikmati makan siang, sekalipun saat itu baru menunjukkan pukul sebelas siang. Karena kebetulan juga ia memang belum sempat sarapan di hotel. Tadi sebelum berangkat
Read more
PART 28
       Zoelva  menatap wajah Latifah. Di situ tak tampak kesedihan yang berarti, apalagi cairan bening yang menggenangi sepasang bola matanya yang indah. Dia tampak begitu tegar.        "Lantas hak asuhnya Syifa gimana, Mbak?”        "Dia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada saya, Akhi. Faktor itu juga yang membuat saya tak lagi terlalu bersedih, karena buah hati saya tetap bersama saya."        "Ya, syukurlah kalau begitu. Akhi percaya Mbak Ifah mampu mendidik dan membesarkan mereka dengan baik."       "Insha Allah, Akhi.."        Sebulan kemudian Zoelva diberitahu oleh Latifah, bahwa ia telah menerima surat vonis cerai dari Pengadilan Agama. Hal itu dika
Read more
PART 29
        Latifah pun lagi-lagi menyembunyikan tawanya di balik bagian hijabnya. "Iya, Akhi, saya tahu. Saya cuma bercanda, kok," ucapnya "Iya, saya akan mengajak mungkin dua teman saya, Akhi."        "Sip! Dua teman lebih bagus!"        "Lalu kami ke Jogja naik kereta atau bis, Akhi?"         "Bagusnya naik kereta karena aman, nyaman, dan cepat. Siapa tau Syifa menginginkannya. Untuk pulang lagi ke Demak, sama saya saja, pakai mobil," saran Zoelva.        "Oh iya, benar, Akhi. Syifa memang pernah menanyakan enaknya naik kereta kepada saya," sahut Latifah.        "Nah, itu!" ujar Zoelva. "Dia pasti sangat senang sekali, tentunya."&nb
Read more
PART 30
        Semua terdiam dan memandang ke arah Zoelva. Mungkin mereka bingung tak tau harus jawab apa, karena mereka tak tahu tempat-tempat wisata di DIY dan sekitarnya.      “Okey,”ucap Zoelva lagi, “ saya kasih dua pilihan tempat, ya? Tempat yang pertama adalah: Pantai Nglambor di Gunung Kidul atau ke…Candi Borobudur!”        Semua sesaat terdiam sebelum seperti dikomando, Arumi, Nisa, dan Syifa, menjawab dengan setengah berteriak: “Borobudur…!”        Zoelva menoleh kepada Latifah, sebab dia yang belum menjawab.        Latifah menangkap isyarat itu dan menjawab, “Ikut suara terbanyak.”       “Baiklah,”
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status